Ciri, Resiko dan Hubungan Bisnis dengan Pemerintah | Bisnis Modern

Pengantar Bisnis - Materi 2
KEGIATAN BELAJAR 2
Judul Bab: Ciri, Resiko dan Hubungan Bisnis dengan Pemerintah

1. Alokasi Waktu
 Pertemuan dilakukan pada saat minggu kedua (1 x pertemuan)
 Alokasi waktu : 3 x 50 Menit


2. Petunjuk Penggunaan
 Pahami kompetensi dan indikator dalam modul ini
 Baca dengan seksama dan pahami materi pada masing-masing kegiatan dengan baik
 Kerjakan semua latihan dan tugas-tugas yang terdapat pada modul
 Catatlah bagian-bagian yang belum saudara pahami, kemudian diskusikan dengan teman saudara atau tanyakan pada Dosen pengampu mata kuliah atau orang yang saudara anggap mampu
 Tulislah jawaban dari setiap pertanyaan, kumpulkan ke Dosen pengajar setiap selesai pembelajaran,
 Lakukan evaluasi diri, untuk mengukur kemampuan saudara pada persiapan pembelajaran bab berikutnya
 Selamat belajar, semoga berhasil dan ”sukses untuk anda”

3. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu menyebutkan ciri-ciri dari bisnis dalam tata ekonomi, dan mengetahui resiko yang terjadi dari pengelolaan bisnis, sekaligus mampu mencari keterkaitan bisnis dengan Pemerintah sebagai lembaga penentu bisnis.

4. Indikator
 Memahami dan menyebutkan ciri-ciri dari bisnis
 Mengetahui resiko dari bisnis, jika terjadi perubahan
 Menganalisis keterkaitan bisnis dengan Pemerintah

5. Pengalaman Belajar
Menjelaskan dan mengidentifikasi ciri-ciri dari bisnis, memahami resiko bisnis jika terjadi perubahan /dihadapkan pada permasalahan, berdiskusilah dengan mahasiswa yang lain untuk memahami dan mengkaji realitas yang terjadi tentang keterkaitan bisnis dengan fungsi pemerintah sebagai pengatur perekonomian, supaya pengalaman belajar yang dialami lebih bermakna.
Ciri, Resiko dan Hubungan Bisnis dengan Pemerintah

A. Ciri-ciri Bisnis Modern
 Spesialisasi
Jika kita perhatikan bisnis ada yang hanya bergerak dalam memproduksi barang-barang tertentu. Seperti membuat sepatu, membuat tekstil, membuat onderdil mobil, ada yang bergerak dalam bidang membuat barang (pabrik), ada yang menjual barang saja (para pedagang) dan sebagainya. Demikian pula dalam pembagian kerja, sudah dijumpai spesialisasi jabatan.
 Interpendence, karena bisnis sudah bergerak dalam bidang tertentu suatu perusahaan bergantung kegiatannya pada perusahaan lain. Misalnya pedagang besar bergantung usahanya kepada para produsen dan dia bergantung pula kepada perusahaan angkutan yang mengangkut barang. Dia juga sangat membutuhkan sarana telepon, pos, listrik yang dikerjakan oleh sektor lain.
 Produksi massal, barang dihasilkan dalam jumlah besar dan terus menerus dalam berbagai ukuran, sehingga mudah dipilih oleh konsumen. Produsen membuat barang untuk orang-orang yang tidak dikenal. Oleh sebab itu produsen harus mengetahui selera konsumen agar produksi yang dibuat secara massal mudah dipasarkan. Dengan adanya produksi massal dan barangnya laku dipasar akan timbul keuntungan baik bagi bisnis itu sendiri maupun bagi masyarakat dan Negara. Tenaga kerja akan lebih banyak tertampung, pendapatan karyawan makin meningkat demikian pula pendapatan masyarakat akan bertambah dan standar hidup akan membaik. Pengertian produksi dapat ditinjau dari dua sudut :
 Pengertian produksi dalam arti sempit yaitu mengubah bentuk barang menjadi barang baru, ini menimbulkan form utility.
 Pengertian produksi dalam arti luas yaitu usaha yang menimbulkan kegunaan karena place, time dan possession.
Form utility, akan kita jumpai di pabrik dimana barang-barang akan mengalami perubahan bentuk, sedangkan kegunaan tempat, waktu dan hak milik akan terjadi dalam usaha-usaha marketing. Marketing berusaha menyalurkan barang dari tangan produsen ke tangan konsumen, dengan cara mengangkut barang dan mendistribusikanya (place utility) menyimpan barang di gudang menunggu saat penjualan (possession atau owner ship utility).
Istilah produktivitas yang berarti perbandingan antara hasil produksi dengan pengorbanan-pengorbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut. Produktivitas ini erat hubunganya dengan efisiensi, makin tinggi efisiensi maka makin tinggi pula produktivitas. Apalagi orang melihat biaya yang dikorbankan untuk membuat suatu barang disebut efisiensi (daya guna) dan bila melihat hasil yang dicapai dibandingkan dengan biaya yang dikorbankan disebut produktivitas (hasil guna).
Produksi massal yang dibuat oleh dunia bisnis akan mendatangkan keuntungan karena adanya efisiensi penggunaan faktor produksi. Dengan adanya efisiensi keuntungan pengusaha akan meningkat, keuntungan digunakan lagi untuk memperluas bisnisnya, memperkerjakan tenaga kerja baru, meningkatkan upah, dan menekan harga jual. Efisiensi dalam segala bidang akan mendatangkan keuntungan yang berlipat ganda.
Oleh sebab itu para pengusaha selalu mencari titik efisiensi yang paling maksimal melalui produksi massal. Produksi massal dengan segala bentuk penghematan dilakukan dengan cara :
 Mekanisasi yang menggunakan mesin serba otomatis dan canggih, penanganan bahan baku, sistem kontrol yang akurat, penggunaan komputer, dan alat angkut serta alat angkat yang serba otomatis.
 Spesialisasi yaitu masing-masing tenaga kerja melakukan pekerjaan tertentu sehingga mereka betul-betul ahli dalam bidang tersebut. Akan tetapi sistem spesialisasi mempunyai kelemahan yaitu timbulnya kebosanan pada pekerja, sehingga mereka seringkali meninggalkan pekerjaan atau pindah ke perusahaan lain. Penelitian di Amerika menyatakan bahwa pada perusahaan tekstil, tingkat perpindahan karyawan mencapai angka 70 % setahun dan pada beberapa industri lainya ada yang mencapai 100% setahun, artinya karyawan yang keluar dari perusahaan selama satu tahun, jumlahnya sama dengan seluruh karyawan yang ada di perusahaan tersebut.
 Standarisasi, ini membuat ukuran-ukuran standart dari barang-barang yang dihasilkan. Standarisasi ini menimbulkan penghematan dalam pemakaian bahan dan waktu karena semua barang sudah mempunyai ukuran dan kode tertentu.
 Penggunaan komputer, sekarang penggunaan komputer sudah sangat meluas sehingga betul-betul menimbulkan efisiensi tingkat tinggi. Dengan komputer dilakukan pengawasan pemasangan onderdil-onderdil mobil, pesawat terbang dalam pabrik besar, sampai ke dunia perdagangan, perusahaan telekomunikasi dan boleh dikata semua lapangan pekerjaan menggunakan komputer. Dunia perbankan menggunakan komputer untuk melayani nasabahnya secra cepat dan mudah mengambil uang atau menyetor uangnya. Komputer bank yang ditempatkan di tempat-tempat yang strategis dapat melayani nasabah 24 jam (sehari semalam) kapan saja orang mau ambil uang boleh langsung berhubungan dengan komputer tersebut. Mesin komputer sangat membantu kemajuan dunia bisnis.

B. Resiko Bisnis
 Perubahan permintaan.
 Perubahan konjungtur
 Persaingan
 Perbaikan teknologi
 Perubahan peraturan pemerintah
 Resiko intern
Penjelasan:
 Perubahan Permintaan
Produsen membuat barang secara massal kemudian dijual ke pasar. Jika terjadi perubahan permintaan konsumen karena berubahnya mode dan selera maka barang tersebut tidak laku. Ini adalah suatu resiko yang harus dipikul oleh bisnis. Perubahan tekstil Majalaya (Jawa Barat) banyak yang mati karena selera konsumen banyak yang berubah, tidak lagi menyenangi produksi mereka, demikian juga produksi payung Tasikmalaya yang dulunya menjadi kebanggaan kita, sekarang sudah lenyap, juga produksi tikar mendong, diganti dengan tikar plastik, yang lebih tahan dan praktis.
 Perubahan konjungtur, adanya fluktuasi kegiatan ekonomi yang turun naik dan merupakan siklus.
Kegiatan ekonomi tumbuh mulai dari titik bawah; tenaga kerja banyak ditampung, modal dipinjam untuk meningkatkan produksi, karena adanya pertambanhan permintaan masyarakat. Akhirnya pertumbuhan mencapai titik puncak, kemudian muncul masa
recessicon
peak
despression
upturn
menurun. Kegiatan merosot timbul resesi dan depresi. Pembahasan lebih luas mengenal konjungtur ini lihat buku-buku ekonomi, sebab disini tidak mungkin dibahas secara terinci.
 Persaingan. Kegiatan bisnis yang dilakukan oleh suatu perusahan tidak akan lepas dari pengamatan para sainganya. Apa yang dibuat oleh suatu bisnis akan segera diikuti oleh saingan. Oleh sebab itu para bisnis tidak boleh lengah terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berkembang. Jika para bisnis lalai dalam memperhatikan saingan dapat menimbulkan akibat fatal dan ancaman yang mematikan bagi bisnisnya.
 Perubahan seperti perbaikan teknologi, sehingga alat produksi yang kita pakai menjadi ketinggalan zaman, akibatnya produksi yang dibuat tidak disenangi oleh konsumen. Juga risiko disebabkan oleh tindakan dan peraturan-peraturan yang baru yang dikeluarkan oleh pemerintah. Juga ada resiko intern; seperti adanya pencurian kecelakaan dan hancurnya barang-barang dagangan dan juga karena meninggalnya orang yang memegang posisi kunci dalam perusahaan.
 Perubahan Peraturan Pemerintah. Adanya perubahan regulasi yang ditetapkan Pemerintah sebagai lembaga pengatur dan pemaksa tentu akan langsung berdampak pada bisnis, misalnya kenaikan/penurunan harga BBM, kenaikan suku bunga SBI, dll.
 Resiko Intern. Pengelolaan internal manajemen dalam sebuah bisnis yang besar merupakan tuntutan yang mutlaq untuk dilaksanakan secara profesional, jika pengelolaannya menggunakan manajemen neglec (semrawut) pasti mengancam keberadaan organisasi bisnis, sekalipun bisnis tersebut memiliki modal yang melimpah, pasti akan tejadi konflik organisasi.

C. Consumerisme = Konsumerisme
Istilah konsumerisme bukan diartikan sebagai hasrat konsumsi tinggi seperti yang banyak diungkapkan oleh media masa istilah yang tepat untuk itu ialah konsumtifisme, bukan konsumerisme. Istilah konsumerisme adalah suatu paham yang berubah menjadi suatu gerakan karena adanya perlakuan produsen yang merugikan konsumen.
Seperti diketahui ada perbedaan pendapat antara produsen dan konsumen tentang barang dan jasa apa yang harus ditawarkan serta jumlah dan mutu yang bagaimana yang disenangi sepuluh sampai 15 tahun yang lalu sudah muncul gerakan protes dari konsumen yang dikenal dengan istilah consumerism. Istilah ini dinyatakana oleh presiden Nixon sebagai adopsi dari konsep hak pembeli (buyer’s rights). Pengertian lain dari consurism menyatakan bahwa consumerism ialah gerakan yang menyangkut individu. Perusahaan, pemerintah dan organisasi–organisasi independen yang berhubungan dengan pihak konsumen di pasar. Gerakan ini sangat meyakinkan almarhum Presiden Kennedy tahun 1962 yang merumuskan suatu pesan khusus buat kongres. Dia menyatakan ada 4 hak konsumen yaitu :
1) Hak untuk selamat
2) Hak untuk memperoleh informasi
3) Hak untuk memilih
4) Hak untuk didengar (dalam hal keluhan-keluhan)
Kemudian oleh General Motor ditambah satu lagi dengan hak untuk dilindungi.
Oleh yayasan lembaga konsumen Indonesia Doktrin di atas dijadikan sebagai landasan kerja yang dinamakan sebagai panca hak konsumen yaitu :
1) Hak atas keamanan dan keselamatan
2) Hak atas informasi
3) Hak untuk memilih
4) Hak untuk didengar
5) Hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik
Yayasan lembaga konsumen Indonesia mengajak para konsumen untuk mengadukan keluhan-keluhan apa saja yang dialami dalam membeli/menggunakan barang dna jasa. Lembag konsumen akan membantu memecahkan persoalan tersebut dengan menghubungi para produsen atau pihak-pihak yang menyebabkan kerugian pada konsumen.
Keluhan-Keluhan Konsumen
Mengapa terjadi gerakan konsumen dan tampaknya makin kuat alasan terjadinya gerakan ini ialah :
 Adanya ketidak puasan menyeluruh terhadap masyarakat
 Barang yang dijual tidak tercermin mutunya tidak murni dan cacat
 Adanya penipuan melalui cara-cara promosi
 Jaminan palsu
 Penipuan dalam penetapan harga
 Biaya reparasi mal dan pekerjaan tidak rapi
 Tidak ada tempat mengadukan keluha-keluhan
 Berita terlalu di besar-besarkan

D. Peranan Pemerintah
Jika kita bertanya pada para pedagang kecil maupun pedagang besar, bagaimana pandangan mereka terhadap pemerintah dalam bidang bisnis. Jawabanya mungkin hanya mengemukakan segi-segi negatifnya saja yaitu memungut pajak dan menarik bermacam-macam iuran. Jawaban mereka mungkin benar karena mereka tidak mengetahui apa sebenarnya peranan pemerintah dalam mengatur sistem perdagangan dan perekonomian secara menyeluruh. Bagi beberapa pengusaha mungkin pemerintah dianggap sebagai saingan tetapi mereka gembira karena bersaing dengan pemerintah dalam bidang bisnis cukup baik karena pemerintah tidak begitu terbiasa mengelola bisnis. Mereka menganggap pemerintah lemah dalam bidang bisnis.
Pemerintah mempunyai 4 peranan dalam dunia bisnis
1. Sebagai pengatur dan pemeriksa
2. Sebagai konsumen
3. Sebagai saingan
4. Sebagai pemberi subsidi
Pemerintah mempunyai peranan untuk mengatur lokasi perusahaan pada daerah tertentu membangun lawasan industri (industrial estate) seperti dijumpai di daerah Bekasi, di sepanjang jalan Tol Cikampek-Purwakarta, di Pulau Gadung Cicalengka ( di Bandung) dan sebagainya. Pemerintah membuat bermacam-macam peraturan untuk menjaga agar suasana perdagangan berjalan secara lancar adanya persaingan yang sehat tidak saling mematikan antara pengusaha yang satu dengan pengusaha yang lain, sehingga timbul konsep bapak dan anak asuh dalam dunia bisnis. Di negara kita tidak dibenarkan penguasaan bisnis ada pada tangan seseorang atau pada sekelompok orang, sehingga menimbulkan monopoli.
Pemerintah dapat turut mengendalikan harga dengan kebijaksanaan harga, ceiling price ataupun floor price. Celing price artinya pemerintah menerapkan harga tertinggi pada pedagang tidak boleh menjual lebih tinggi dari harga pertokoan tersebut. Ini tujuanya untuk melindungi rakyat, misalnya penetapan harga gula pasir, beras, tepung terigu, dan kebutuhan barang lainya. Floor Price yaitu penetapan harga terendah yang dibolehkan oleh pemerintah. Tidak boleh menjual lebih rendah dari itu tujuanya untuk melindungi kaum produsen, umumnya para petani yang menjual harga pertanianya pada musim panen. Cenderung harga menurun terus ini harus dicegah dengan turut sertanya pemerintah memainkan peranan melalui kebijakan harga.
 Pemerintah sebagai pengatur dan pemaksa
Akan mengatur perusahaan mentaati dan menjaga lingkungan dari bahaya polusi pelestarian alam dengan manajemen terpuji dalam berbagai bidang seperti kualitas produksi. Keberhasilan lingkungan, kesejahteraan karyawan, mutu layanan terhadap masyarakat dan sebagainya memberikan berbagai sertifikat kelayakan. Kebijakan Skiming Price/Penetration Price.
 Pemerintah sebagai konsumen
Pemerintah memiliki anggaran belanja yang besar dinegara kita. Dengan anggaran belanja tersebut sebagian digunakan untuk membeli barang dan jasa. Para produsen memanfaatkan dana besar yang pada pemerintah agar mereka dapat ditunjuk sebagai leveransir atau penjual buat pemerintah. Pemerintah membeli segala macam barang, seperti bahan bangunan, kayu, besi, pakaian semen mobil, alat-alat tulis kantor sampai peralatan teknologi canggih.
 Pemerintah sebagai saingan
Pemerintah menguasai bisnis tertentu terutama yang menyangkut hajat hidup orang banyak, akan tetapi para pengusaha swasta juga diberi kesempatan bergerak di bidang tersebut pemerintah menguasai perusahaan air minum, listrik, telekomunikasi, pos, perbankan, kereta api, gedung-gedung dan sebagainya.
 Pemerintah sebagai pemberi subsidi
Subsidi diberikan oleh pemerintah agar kegiatan perekonomian berjalan semestinya misal, subsidi terhadap kaum petani dengan cara membeli gabah lebih mahal dari harga sebenarnya atau memberi subsidi pada pupuk yang dibeli oleh petani. Jika harga pupuk tidak disubsidi oleh pemerintah, harga pupuk tidak akan terjangkau oleh petani. Subsidi juga diberikan pada bensin yang dibeli oleh konsumen dan para pengusaha untuk menjalankan perusahaanya.

6. Penilaian
Mengingat materi yang diajarkan berupa konsep dan analisis, maka model penilaian yang dilakukan menggunakan tes lisan (Quiz) dan memberikan tugas kelompok serta melaporkan dalam kelas.
Soal:
1. Sebut dan jelaskan ciri-ciri dari bisnis?
2. Kemungkinan apa saja yang menyebabkan terjadinya perubahan bisnis, yang mana ini merupakan resiko dari bisnis?
3. Analisislah bersama kelompok saudara, keterkaitan bisnis dengan Pemerintah. Kemudian laporkan ke depan kelas hasil diskusi masing-masing kelompok?

7. Kriteria Ketuntasan
Saudara berhak melanjutkan kegiatan belajar pada bab berikutnya, jika standart ketuntasan yang saudara peroleh 75%. Bila saudara belum menguasai 75% dari tiap kegiatan, maka ulangi kembali petunjuk penggunaan modul di atas. Mudah-mudahan dengan mempelajari modul ini, saudara mampu mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan sekaligus mencapai tarjet indikator yang ditentukan, dan jangan lupa saudara terus mengingat kegiatan belajar ini, karena akan berhubungan dengan modul berikutnya.

8. Daftar Pustaka
Alma , Buchari. 1998. Pengantar Bisnis. Edisi Revisi. Alfabeta. Bandung
Irawan. 1996. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Pengantar Ekonomi Perusahaan. BPFE. Yogyakarta.
Manullang. Pengantar Ekonomi Perusahaan. 1989. Liberty. Yogyakarta.
Mutis, Thoby. 2002. Demokrasi Ekonomi. LP KUKMUS-USAKTI. Yogyakarta.
Swasta, DH, Basu. 1998. Pengantar Bisnis Modern. Liberty. Yogyakarta.
Sumarni, M. Dan Soeprihanto J., 1995. Pengantar Bisnis. Liberty. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar