Makalah Terapi Lingkungan

Makalah Terapi Lingkungan
Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Keperawatan
“Keperawatan Jiwa”
Semester IV B



Disusun oleh :
kelompok 3



STIKES MAHARANI MALANG
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2014/2015



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT, yang telah memberikan berkat sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini, kami memilih judul ” Terapi Lingkungan ” . Kami menyadari sepenuhnya bahwa pengetahuan dan kemampuan kami sangat terbatas, sehingga penulisan makalah ini mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi sempurnanya penulisan makalah ini. Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini ada kesalahan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Klien dengan gangguan jiwa psikotik, mengalami penurunan daya nilai realitas (reality testing ability). Klien tidak lagi mengenali tempat, waktu, dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala ini, maka perlu ada aktivitas yang member stimulus tersebut meliputi stimulus tentang realitas lingkungan yaitu diri sendiri, orang lain, waktu, dan tempat.
Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup berkelompok dan saling berhubunganuntuk memenuhi kebutuhan sosial, secara alamiah individu selalu berada dalam kelompok.Dengan demikian dasarnya individu memerlukan timbal balik yang di dapatkan darikelompok.
Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan jiwaseseorang. Beberapa keuntungan yang di peroleh individu atau klien melalui terapiaktivitas kelompok melalui dukungan pendidikan, meningkatkan hubungan interpersonal (Barkhhead,1989)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud terapi lingkungan?
2. Apa saja tujuan terapi lingkungan?
3. Apa saja karakteristik terapi lingkungan?
4. Apa saja aspek-aspek lingkungan fisik?
5. Apa sajakah Jenis kegiatan terapi lingkungan?
6. Apa sajakah macam-macam terapi lingkungan?
7. Bagaimana Peran perawat dalam terapi lingkungan?

1.3 Tujuan Penulis

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan terapi lingkungan.
2. Untuk mengetahui tujuan terapi lingkungan di keperawatan jiwa
3. Untuk mengetahui karakteristik terapi lingkungan di keperawatan jiwa
4. Untuk mengetahui aspek-aspek lingkungan fisik di keperawatan jiwa
5. Untuk mengetahui jenis-jenis terapi lingkungan di keperawatan jiwa
6. Untuk menyebutkan macam-macam terapi lingkungan
7. Menjelaskan peran perawat dalam terapi lingkungan


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Terapi Lingkungan

Lingkungan telah didefinisikan dengan berbagai pandangan, lingkungan merujuk pada keadaan fisik, psikologis, dan social diluar batas system, atau masyarakat dimana system itu berada (Murray Z., 1985).
Menurut ICN, pada tahun 2020 nanti diseluruh dunia akan terjadi pergeseran penyakit. Perubahan sosial ekonomi yang sangat cepat dan situasi sosial politik Indonesia yang tidak menentu menyebabkan semakin tingginya angka pengangguran, kemiskinan, dan kejahatan, situasi ini dapat meningkatkan angka kejadian krisis dan gangguan mental dalam kehidupan manusia, pada saat ini terjadi peningkatan sekitar 20%.\
Menurut Bloom, 60% faktor yang menentukan status kesehatan seseorang adalah kondisi lingkungannya. Upaya terapi harus bersifat komprehensif, holistik, dan multidisipliner.

2.2 Pengertian Terapi Lingkungan (Milieu Therapy)

Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan modifikasi unsur-unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan.
 ( Farida Kusumawati & Yudi Hartono, 2011)
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.

2.3 Tujuan Terapi Lingkungan
Menurut Farida Kusumawati & Yudi Hartono
1. Membantu Individu untuk mengembangkan rasa harga diri.
2. Mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain
3. Membantu belajar mempercayai orang lain.
4. Mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.

Menurut Stuart dan Sundeen
1. Meningkatkan pengalaman positif pasien khususnya yang mengalami gangguan mental, dengan cara membantu individu dalam mengembangkan harga diri
2. Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan denagan orang lain
3. Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain
4. Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat,
5. Mencapai perubahan yang positif.

2.4 Karakteristik Terapi Lingkungan:
Lingkungan harus bersifat terapeutik yaitu: mendorong terjadi proses penyembuhan, lingkungan tersebut harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pasien merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkannya
2. Pasien merasa senang /nyaman.dan tidak merawsa takut dengan lingkungannya
3. Kebutuhan-kebutuhan fisik pasien mudah dipenuh
4. Lingkungan rumah sakit/bangsal yang bersih
5. Lingkungan menciptakan rasa aman dari terjadinya luka akibat impuls-impuls pasien
6. Personal dari lingkungan rumah sakit/bangsal menghargai pasien sebagai individu yang memiliki hak, kebutuhan dan pendapat serta menerima perilaku pasien sebagai respon adanya stress.
7. Lingkungan yang dapat mengurangi pembatasan-pembatasan atau larangan dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan pilihannya dan membentuk perilaku yang baru.


Menurut Florence Nightingale terapi lingkungan harus memilki karakteristik:

1. Memudahkan perhatian terhadap apa yang terjadi pada individu dan kelompok selama 24 jam.
2. Adanya proses pertukaran informasi.
3. Pasien merasakan keakraban dengan lingkungan.
4. Pasien merasa senang, nyaman, aman, dan tidak meraswa takut baik dari ancaman psikologis maupun ancaman fisik.
5. Penekanan pada sosialisasi dan interaksi kelompok dengan focus komunikasi terapeutik.
6. Staf membagi tanggung jawab bersama pasien.
7. Personal dari lingkungan manghargai klien sebagai individu yang memiliki hak, kebutuhan, dan tanggung jawab.
8. Kebutuhan fisik klien mudah terpenuhi.

2.5 Aspek-aspek lingkungan fisik

1. Lingkungan Fisik Tetap
Mencakup struktur dari bentuk bangunan baik eksternal maupun internal. Bagian eksternal meliputi struktur luar rumah sakit, yaitu lokasi dan letak gedung sesuai dengan program pelayanan kesehatan jiwa, salah satunya kesehatan jiwa masyarakat. Berada di tengah-tengah pemukiman penduduk atau masyarakat sekitarnya serta tidak diberi pagar tinggi. Hal ini secara psikologis diharapkan dapat membantu memelihara hubungan terapeutik pasien dengan masyarakat. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk tetap mengakui keberadaan pasien serta menghindari kesan terisolasi.
Bagian internal gedung meliputi penataan struktur sesuai keadaan rumah tinggal yang dilengkapi ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi tertutup, WC, dan ryang makan. Masing-masing ruangan tersebut diberi nama dengan tujuan untuk memberikan stimulasi pada pasien khususnya yang mengalami ganggua
Setiap ruangan harus dilengkapi dengan jadwal kegiatan harian, jadwal terapi aktivitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga, dan jadwal kegiatan khusus misalnya rapat ruangan.
2. Lingkungan Fisik Semi Tetap
Fasilitas-fasilitas berupa alat kerumahtanggaan meliputi lemari, kursi, meja, peralatan dapur, peralatan makan, mandi, dsb. Semua perlengkapan diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan pasien bebas berhubungan satu dengan yang lainnya serta menjaga privasi pasien.
3. Lingkungan Fisik Tidak Tetap
Lebih ditekankan pada jarak hubungan interpersonal individu serta sangat dipengaruhi oleh social budaya.
Lingkungan Psikososial
Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang memungkinkan pasien berhubungan dengan orang lain dan dapat mengambil keputusan serta toleransi terhadap tekanan eksternal.
Beberapa prinsip yang perlu diyakini petugas kesehatan dalam berinteraksi dengan pasien antara lain :
  a. Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mempertahankan, mengubah tingkah laku pasien.
  b. Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien tergantung dari tingkah laku partisipasi petugas kesehatan dan keterlibatan pasien dalam kegiatan belajar.
  c. Perubahan tingkah laku pasien tergantung pada perasaan pasien sebagai anggota kelompok dan pasien dapat mengikuti atau mengisi kegiatan.
  d. Kegiatan sehari-hari mendorong interaksi antara pasien.
Mempertahankan kontak dengan lingkungan misalnya adanya kalender harian dan adanya papan nama dan tanda pengenal bagi petugas kesehatan

2.6 Jenis-jenis Kegiatan Terapi Lingkungan
1. Terapi rekreasi
Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial. Contohnya: berenang, main kartu, dan karambol.
2. Terapi kreasi seni
Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja sama denagn orang lain yang ahli dalam bidangnya karena harus sesuai dengan bakat dan minat, serta memberikan kesempatan pada klien untuk menyalurkan/ mengekspresikan perasaannya. Contohnya: menari dan menyanyi.
3. Terapi dengan menggambar dan melukis
Memberikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan tentang apa yang terjadi dengan dirinya. Dengan menggambar akan menurunkan ketegangan dan memusatkan pikiran pada kegiatan
4. literatur atau biblio therapy
Terapi dengan membaca seperti novel, majalah dan buku- buku lain. Dimana pasien diharapkan untuk mendiskusikan pendapatnya setelah membaca.Tujuannya adalah untuk mengembangkan wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan perasaan/pikiran dan perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang ada.
5.Pet therapy
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang dan pasien biasanya merasa kesepian, menyendiri, dan menggunakan objek binatang untuk bermain.
6. Plant therapy
Terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk memelihara segala sesuatu/mahluk hidup, dan membantu hubungan yang akrab antara satu pribadi kepada pribadi lainnya dengan memelihara tumbuhan, mulai dari menanam dan memelihara, serta menggunakannya saat tanaman dipetik.

2.7 Macam-MacamTerapiLingkungan
1) Model Terapi Moral
Model ini sangat umum dikenal oleh masyarakat serta biasanya dilakukan dengan pendekatan agama/moral yang menekankan tentang dosa dan kelemahan individu. Model terapi seperti ini sangat tepat diterapkan pada lingkungan masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai keagamaan dan moralitas di tempat asalnya, karena model ini berjalan bersamaan dengan konsep baik dan buruk yang diajarkan oleh agama. Maka tidak mengherankan apabila model terapi moral inilah yang menjadi landasan utama pembenaran kekuatan hukum untuk berperang melawan penyalahgunaan narkoba.
2) Model Terapi Sosial
Model ini memakai konsep dari program terapi komunitas, dimana adiksi terhadap obat-obatan dipandang sebagai fenomena penyimpangan sosial (social disorder). Tujuan dari model terapi ini adalah mengarahkan perilaku yang menyimpang tersebut ke arah perilaku sosial yang lebih layak. Hal ini didasarkan atas kesadaran bahwa kebanyakan pecandu narkoba hampir selalu terlibat dalam tindakan a-sosial termasuk tindakan kriminal. Kelebihan dari model ini adalah perhatiannya kepada perilaku adiksi pecandu narkoba yang bersangkutan, bukan pada obat-obatan yang disalahgunakan. Prakreknya dapat dilakukan melalui ceramah, seminar, dan terutama terapi berkelompok (encounter group).
Tujuannya tidak lain adalah melatih pertanggung-jawaban sosial setiap individu, sehingga kesalahan yang diperbuat satu orang menjadi tanggung-jawab bersama-sama. Inilah yang menjadi keunikan dari model terapi sosial.
3) Model Terapi Psikologis
Model ini diadaptasi dari teori psikologis Mc Lellin, dkk yang menyebutkan bahwa perilaku adiksi obat adalah buah dari emosi yang tidak berfungsi selayaknya karena terjadi konflik, sehingga pecandu memakai obat pilihannya untuk meringankan atau melepaskan beban psikologis itu. Model terapi ini mementingkan penyembuhan emosional dari pecandu narkoba yang bersangkutan, dimana jika emosinya dapat dikendalikan maka mereka tidak akan mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan. Jenis dari terapi model psikologis ini biasanya banyak dilakukan pada konseling pribadi, baik dalam pusat rehabilitasi maupun dalamterapipribadi.
4) Model Terapi Budaya
Model ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah hasil sosialiasi seumur hidup dalam lingkungan sosial atau kebudayaan tertentu. Dalam hal ini, keluarga seperti juga lingkungan dapat dikategorikan sebagai “lingkungan sosial dan kebudayaan tertentu”.
Dasar pemikirannya adalah, bahwa praktek penyalahgunaan narkoba oleh anggota keluarga tertentu adalah hasil akumulasi dari semua permasalahan yang terjadi dalam keluarga yang bersangkutan. Sehingga model ini banyak menekankan pada proses terapi untuk kalangan anggota keluarga dari para pecandu narkoba tersebut

2.8 PERAN PERAWAT DALAM TERAPI LINGKUNGAN
1. Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman
  a. Perawat menciptakan dan mempertahankan iklim/suasana yang akrab, menyenangkan, saling menghargai di antara sesama perawat, petugas kesehatan, dan pasien.
  b. Perawat yang menciptakan suasana yang aman dari benda-benda atau keadaan-keadaan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan/luka terhadap pasien atau perawat.
  c. Menciptakan suasana yang nyaman.
  d. Pasien diminta berpartisipasi melakukan kegiatan bagi dirinya sendiri dan orang lain seperti yang biasa dilakukan di rumahnya. Misalnya membereskan kamar.
2. Penyelenggaraan proses sosialisasi
  a. Membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang lain, mempercayai orang lain sehingga meningkatkan harga diri dan berguna bagi orang lain
  b. Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan dan perilakunya secara terbuka sesuai dengan aturan di dalam kegiatan-kegiatan tertentu
  c. Melalui sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau kemampuan yang baru, dan dapat dilakukannya sesuai dengan kemampuan dan minatnya pada waktu yang luang.
3. Sebagai teknis perawatan
Fungsi perawat adalah memberikan/memenuhi kebutuhan dari pasien, memberikan obat-obatan yang telah ditetapkan, mengamati efek obat dan perilaku-perilaku yang menonjol/menyimpang serta mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dalam terapi tersebut.
4. Sebagai leader atau pengelola.
Perawat harus mampu mengelola sehingga tercipta lingkungan terapeutik yang mendukung penyembuhan dan memberikan dampak baik secara fisik maupun secara psikologis kepada pasien

Syarat menciptakan terapi Lingkungan pada Kondisi Khusus adalah sebagai berikut:
1. Pasien harga rendah diri (low self esteem) , depresi (depression) bunuh diri (suicide).
Syarat lingkungan secara psikologis harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
a. Ruangan aman dan nyaman
b. Terhindar dari ala-alat yang dapat digunakan untuk mencederai diri sendiri atau orang lain
c. Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di lemari dalam keadaan terkunci.
d. Ruangan harus ditempatkan di lantai satu dan keseluruhan ruangan mudah dipantau oleh petugas kesehatan.
e. Tata ruangan menarik dengan cara menempelkan poster yang cerah dan meningkatkan gairah hidup pasien.
f. Warna dinding cerah.
g. Adanya bacaan ringan, lucu, dan memotivasi hidup
h. Hadirkan musik ceria, tv, dan film komedi
Lingkungan sosial:
a. Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa pasien sesering mungkin.
b. Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan keperawatan atau kegiatan medis lainnya.
c. Menerima pasien apa adanya jangan mengejek serta merendahkan.
d. Meningkatkan harga diri pasien.
e. Membantu menilai dan meningkatkan hubungan social secara bertahap.
f. Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya.
g. Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan pasien sendiri terlalu lama di ruangannya.

2. Pasien dengan amuk.
Lingkungan fisik:
a. Ruangan aman, nyaman, dan mendapat pencahayaan yang cukup.
b. Pasien satu kamar, satu orang, bila sekamar lebih dari satu jangan dicampur antara yang kuat dengan yang lemah
c. Ada jendela berjeruji dengan pintu dari besi terkunci.
d. Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis tentang protocol pengikatan dan pengasingan secara aman, serta protocol pelepasan pengikatan.
Lingkungan Psikososial:
a. Komunikasi terapeutik, sikap bersahabat dan perasaan empati.
b. Observasi pasien tiap 15 menit.
c. Jelaskan tujuan pengikatan/pengekangan secara berulang-ulang.
d. Penuhi kebutuhan fisik pasien.
e. Libatkan keluarga.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Terapi lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan kita, yang diciptakan untuk pengobatan termasuk fisik dan sosial.Suatu manipulasi ilmiah pada lingkungan yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan pada perilaku pasien dan untuk mngembangkan keterampilan emosional dan sosial.
Tujuan terapi lingkungan ini membantu individu untuk mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, membantu belajar mempercayai orang lain, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.
Komponen yang harus diperhatikan dalam terapi lingkungan adalah fisik, intelektual, sosial, emosional dan spiritual.

3.2 Saran
Sebagai seorang perawat yang bertugas dalam terapi lingkungan harus dapat menilai diri tentang kesadaran diri, kekuatan, dan kemampuan dalam hal pengetahuan dan kebudayaan karena itu sangat membantu untuk bertoleransi terhadap perilaku-perilaku yang ditujukan oleh pasien.


DAFTAR PUSTAKA


1. Purwaningsih, Wahyu, dkk, Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : Nuha Medika press, 2009.
2. Stuart, G. W, and Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC, 1998.
3. Yosep, Iyus, Keperawatan Jiwa (edisi revisi). Bandung : PT Refika Aditama, 2007.
4. Struart, G. W and sundeen. (1995) Principle and practice of psychiatric Nursing. 5th ed. St Louis Mosby Year Book.
5. http://ryrilumoet.blogspot.com/2012/06/keperawatan-jiwa-terapi-lingkungan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar