Tradisi dan Budaya Negara Korea Selatan

a)     Budaya Perkawinan

Kebudayaan garis keluarga di Korea adalah berdasarkan atas sistem Patrilinial. Pria memegang peranan penting dalam kesejahteraan keluarga dan diwajibkan untuk bekerja. Wanita diperbolehkan untuk bekerja hanya kalau diperbolehkan oleh suami atau jika hasil kerja suaminya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tugas utama wanita adalah untuk mengasuh anak dan menjaga rumah.

Budaya perkawinan Korea sangat menghormati kesetiaan. Para janda, jika suami mereka mati muda, tidak dizinkan menikah lagi dan harus mengabdikan hidupnya untuk melayani orang tua dari suaminya. Begitu juga yang terjadi pada seorang duda yang harus melayani orang tua dari istrinya walaupun istrinya tersebut mati muda.

b)    Budaya dalam hal keturunan

Dalam budaya Korea , keturunan atau anak dianggap sebagai sebuah anugerah yang amat besar dari Tuhan. Oleh karena itu, setiap keluarga disarankan untuk memiliki paling tidak seorang keturunan. Oleh karena budaya yang amat menghormati anugerah Tuhan tersebut, aborsi yang bersifat sengaja akan diberikan hukuman yang amat berat secara adapt, yaitu hukuman mati kepada sang Ibu dan orang lain yang mungkin terlibat di dalamnya, seperti suaminya (jika suaminya yang memaksa), dokter (jika dokter yang memberikan sarana untuk aborsi), dan lain-lain. Akan tetapi, secara hukum, tidak akan diadakan hukuman mati. Hukuman mati biasanya hanya dilaksanakan di daerah pedalaman Korea di mana adat masih berpengaruh secara kuat.
Pembagian harta warisan dalam budaya ini amatlah adil. Tanpa memperdulikan jenis kelamin, keturunan dari seseorang akan mendapatkan pembagian harta dengan jumlah yang sama dengan saudara-saudaranya. Akan tetapi, dalam prakteknya ini tidak selalu terjadi. Kebanyakan orang tua menyisihkan lebih banyak harta warisan kepada anak tertua mereka.

c)     Budaya Pakaian Tradisional "Hanbok"

Hanbok (Korea Selatan) atau Chosŏn-ot (Korea Utara) adalah pakaian tradisional masyarakat Korea. Hanbok pada umumnya memiliki warna yang cerah, dengan garis yang sederhana serta tidak memiliki saku. Walaupun secara harfiah berarti "pakaian orang Korea", hanbok pada saat ini mengacu pada "pakaian gaya Dinasti Joseon" yang biasa dipakai secara formal atau semi-formal dalam perayaan atau festival tradisional.

Hwalot, pakaian pengantin
Hanbok digunakan diklasifikasikan berdasarkan peristiwanya: pakaian sehari-hari, termasuk untuk hari ulang tahun pertama anak.
Hanbok modern
Hanbok modern untuk anak-anak terbagi atas 2 atau 3 bagian dan bisa dipakai dengan mudah. Hanbok anak-anak dipakai biasanya satu atau dua kali setahun dalam perayaan chuseok atau tahun baru imlek (seolall). Pada ulangtahun pertamanya (dolljanchi) anak-anak memakai hanbok pertama merekla.
Pola tradisional hanbok memiliki kombinasi garis anggun dan warna yang menampilkan keindahan dari hanbok tersebut. Bentuk pola hewan, tumbuhan, dan pola alam lainnya ditambahkan pada pinggiran rok, maupun pada bagian luar dari kerah disekitar bahu.

Bagian – bagian dari hanbok yaitu:

Jeogori yang dipakai wanita dan pria sedikit berbeda bentuknya. Jeogori yang dipakai pria lebih besar dan panjangnya menutupi bagian tubuh atas sampai ke pinggang. Sedangkan Jeogori yang dipakai wanita hanya sampai bawah dada.

Garis kerah Jeogori yang berbentuk V itu disebut Dongjeong yang kemudian diikat dengan pita pengikat yang disebut Goreum. Jaman dulu Goreum tidak terlalu banyak detil hiasannya, tapi kalau kamu lihat Hanbok modern di Korea sekarang ini, ada begitu banyak varian warna dan bentuk Goreum yang fashionable.

Rok yang menggembung di Hanbok wanita disebut Chima. Nah Chima ini bentuknya panjang dan mengembang menutupi sebagian besar tubuh sang pemakai. Tujuannya selain untuk mengatur penampilan agar terlihat sopan, juga untuk memudahkan gerak agar lebih leluasa.

Baji adalah celana yang dipakai pria Korea dan diikat dengan pengikat bernama Daenim. Di masa kuno, orang Korea baik pria maupun wanita menggunakan Baji, khusus wanita tentunya tergantung kegiatan mereka. Dulu ukuran Baji dijadikan sebagai identitas status sosial.

Baerae adalah garis terbawah dari lengan jeogori atau magoja (jaket luar). Dengan bentuk garis melingkar yang membentuk kurva, seripa dengan garis yang terdapat pada bagian atap rumah tradisional Korea.

Beoseon adalah sepasang kaos kaki. Bentuk dari beoseon sebenarnya tidak merefleksikan perbedaan gender penggunanya, baik pria maupun wanita. Hanya saja beoseon pria memiliki pelipit lurus.

Dulu baik pria maupun wanita memelihara rambut mereka menjadi panjang. Pada saat mereka menikah, mereka mengkonde rambutnya. Pria mengkonde (mengikat) rambutnya sampai atas kepala (sangtu), sedangkan wanita mengkonde sampai batas di belakang kepala atau di atas leher belakang.

Aksesori untuk kepala

Baik pria maupun wanita memelihara rambut mereka menjadi panjang. Pada saat mereka menikah, mereka mengkonde rambutnya. Pria mengkonde (mengikat) rambutnya sampai atas kepala (sangtu), sedangkan wanita mengkonde sampai batas di belakang kepala atau di atas leher belakang. Wanita yang berprofesi sebagai penghibur seperti kisaeng, memakai aksesori wig yang disebut gache. Gache sempat dilarang di istana pada abad ke-18. Pada akhir abad ke-19, gache semakin populer di antara kaum wanita dengan bentuk yang semakin besar dan berat.
Tusuk konde binyeo, ditusukkan melewati konde rambut sebagai pengencang atau aksesori. Bahan pembuatan binyeo bervariasi sesuai kedudukan sosial pemakainya. Wnita juga mengenakan jokduri pada hari pernikahan mereka dan memakai ayam untuk melindungi tubuh dari cuaca dingin.
Pria menggunakan gat, topi yang dianyam dari rambut kuda, yang juga bervariasi model dan bentuknya sesuai status atau kelas.

d)     Budaya Makanan

Dalam budaya Korea , ada satu makanan khas yang memiliki suatu arti yang tidak dimiliki oleh makanan lainnya. Makanan ini disebut kimchi. Di setiap session makanan, ketidakberadaan kimchi akan memberikan kesan tidak lengkap. Kimchi adalah suatu makanan yang biasanya merupakan sayuran yang rendah kalori dengan kadar serat yang tinggi (misalnya bawang, kacang panjang, selada, dan lain-lain) yang dimasak sedemikian rupa dengan bumbu dan rempah-rempah sehingga menghasilkan rasa yang unik dan biasanya pedas. Dalam kenyataannya (menurut hasil penelitian kesehatan WHO), jenis-jenis kimchi memiliki total gizi yang jauh lebih tinggi dari buah manapun.
Hal yang membuat kimchi menjadi makanan yang spesial ada banyak faktornya. Faktor pertama adalah pembuatannya. Kimchi (dalam hal ini adalah kimchi yang dihidangkan untuk acara-acara spesial, bukan kimchi untuk acara makan biasa dan sehari-hari) dibuat oleh wanita dari keluarga bersangkutan yang mengadakan acara tersebut dan hanya bisa dibuat pada hari di mana acara tersebut dilaksanakan. Semakin banyak wanita yang turut membantu dalam pembuatan kimchi ini, semakin “bermakna” pula kimchi tersebut. Kimchi juga merupakan faktor penentu kepintaran atau kehebatan seorang wanita dalam memasak. Konon katanya, jika seorang wanita mampu membuat kimchi yang enak, tidak diragukan lagi kemampuan wanita tersebut dalam memasak makanan lain. Faktor ketiga adalah asal mula kimchi. Kimchi pada awalnya dibuat oleh permaisuri dari Raja Sejong sebagai hidangan untuk perayaan Sesi.

e)   Kebiasaan / Tradisi, Kesenian, dan Bahasa Korea Selatan

Ada sebuah tradisi / kebiasaan yang cukup terkenal di Korea. Tradisi ini dinamakan “sesi custom”. Tradisi sesi dilaksanakan sekali setiap tahun. Sesi adalah sebuah tradisi untuk mengakselerasikan ritme dari sebuah lingkaran kehidupan tahunan sehingga seseorang dapat lebih maju di lingkaran kehidupan tahun berikutnya. Tradisi sesi dilaksanakan berdasarkan kalender bulan (Lunar Calender). Matahari, menurut adat Korea , tidak menunjukkan suatu karakteristik musiman. Akan tetapi, Bulan menunjukkan suatu perbedaan melalui perubahan fase bulan. Oleh karena itu, lebih mudah membedakan adanya perubahan musim atau waktu melalui fase bulan yang dilihat.
Dalam tradisi sesi, ada lima dewa yang disembah, yaituirwolseongsin (dewa matahari bulan dan bintang),sancheonsin (dewa gunung dan sungai), yongwangsin(raja naga), seonangsin (dewa kekuasaan), dan gasin(dewa rumah). Kelima dewa ini disembah karena dianggap dapat mengubah nasib dan keberuntungan seseorang. Pada hari di mana sesi dilaksanakan, akan diadakan sebuah acara makan malam antar sesama keluarga yang pertalian darahnya dekat (orang tua dengan anaknya). Acara makan wajib diawali dengankimchi dan lalu dilanjutkan dengan “complete food session”.
Ada juga mitos lain dalam memperoleh keberuntungan menurut tradisi Korea, antara lain “nut cracking” yaitu memecahkan kulit kacang-kacangan yang keras pada malam purnama pertama tahun baru, “treading on the bridge” yaitu berjalan dengan sangat santai melewati jembatan di bawah bulan purnama pada malam purnama pertama tahun baru yang katanya dapat membuat kaki kita kuat sepanjang tahun, dan “hanging a lucky rice scoop” yaitu menggantungkan skop (sendok) pengambil nasi di sebuah jendela yang katanya akan memberi beras yang melimpah sepanjang tahun.

Kesenian tradisional di Korea, dalam hal tarianTalchum atau talnori (탈춤;탈놀이) adalah pertunjukan tradisi korea yang dipertunjukkan oleh beberapa orang yang mengenakan topeng dan  kostum untuk memainkan sebuah lakon lewat tarian, dialog dan lagu.
orang koreamenyukai pertunjukkan ini karena sering menyampaikan pesan-pesan moral dan menceritakan tentang kehidupan dan permasalahan sehari-hari. Tari topeng memperlihatkan berbagai bentuk emosi seperti kesedihan, kebahagiaan dan kecaman terhadap kaum penguasa. Tema-tema tari topeng antara lain mengenai ritual upacara,biksu yang murtad, kaum bangsawan yang ditimpa kemisikinan, cinta segitiga dan kehidupan sehari-hari rakyat jelata. Pada masa lalu, hiburan ini dipentaskan di halaman sebuah rumah besar atau di pasar untuk menarik perhatian warga.
Tarian dan permainan alat musik
Menari adalah bagian penting dalam talchum. Musik dimainkan selama pertunjukkan oleh kelompok musik petani dengan 9 jenis alat musik yakni geomungo(kecapi 6 senar), gayageum (kecapi 12 senar), hyangbipa (mandolin), genderang besar, genderang panjang, haegeumpi (rebab bersenar 2), piri(suling) dan 2 taepyeongso (terompet).
Topeng Korea dinamakan Tal, namun juga dikenal dengan nama-nama lain seperti gamyeon, gwangdae, chorani, talbak dan talbagaji. Topeng Korea memiliki kain hitam yang tersambung dibelakangnya yang dibuat untuk melapisi kepala atau sebagai rambut hitam.

 Talchum dari Korea Utara
Sendratari topeng yang berasal dari Korea Utara dinamakan talchum. Sendratari topeng pesisir barat dari propinsi Hwanghae memiliki sedikit perbedaan dengan sendratari dari daerah lain. Tokoh yang dimainkan antara lain delapan biksu berwajah hitam, biksu kepala, orang muda dan  orang tua, bangsawan dan nenek Miyal. Ciri khas tari topeng Korea Utara adalah gerakannya yang lincah dan cepat serta
 mengenakan selendang panjang di tangan.
Yayu dan Ogwangdae
Yayu (sendratari topeng lapangan) dan Ogwangdae (sendratari topeng lima badut) adalah jenis tari topeng yang berasal dari wilayah selatan semenanjung Korea, masing-masing dipertunjukkan di sebelah timur dan barat aliran sungai Nakdong. Kedua jenis pementasan sendratari ini kurang berkaitan dengan praktik gutkarena memang bertujuan untuk menghibur. Kelompok yang mempertunjukkan sendratari ini dinamakan Daegwangdaepae yang menghibur rakyat di sepanjang aliran Sungai Nakdong. Kelompok ini menghibur dalam berbagai festival desa dan menyerap banyak karakter lokal.

Bahasa yang digunakan di Korea adalah bahasa Korea . Penulisan bahasa Korea dinamakan Hangeul. Hangeul diciptakan oleh Raja Sejong pada abad ke 15. Hangeul terdiri dari 10 huruf vokal dan 14 konsonan yang bisa dikombinasikan menjadi banyak sekali huruf-huruf dalam bahasa Korea. Hangeul sangat mudah dibaca dan dipelajari. Hangeul juga dianggap sebagai bahasa tulisan yang paling sistematik dan scientific di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar