Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam sejahtera untuk kita semua
Yang terhormat :
1. Bapak Rektor beserta Pimpinan Universitas Negeri Malang;
2. Senat Guru Besar Universitas Negeri Malang;
3. Para Dosen Karyawan dan Pimpinan Lembaga Kemahasiswaan;
4. Para wisudawan yang saya banggakan serta hadirin sekalian yang berbahagia.
Pertama-tama marilah kita bersamabersyukur ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya kita semua masih diberi kesempatan untuk hadir pada acara Wisuda Sarjana Universitas Negeri Malang pada hari ini dalam keadaan sehat wal'afiat. Kepada para peserta wisuda dan seluruh keluarga yang menyertai saya atas nama pribadi dan selaku Direktur Jenderal Pendidikan Dasarmengucapkan selamat dan turut berbangga atas prestasi yang telah diraih oleh seluruh adik-adik mahasiswa yang akan diwisuda pada hari ini.
Pada kesempatan ini perkenankan saya juga ingin mengucapkan selamat kepada seluruh civitas akademika Universitas Negeri Malang yang telah berhasil mendidik dan menghasilkan sarjana-sarjana baru yang akan menjadi harapan kita bersama untuk ikut mendorong pengembangan dunia pendidikan bangsa yang lebih berkualitas sekaligus membangun masa depan bangsa yang lebih baik. Untuk itu saya turut berbangga karena sekitar 32 tahun yang lalu saya adalah jugabagian dari kampus ini berkesempatan diwisuda seperti halnya adik-adik pada hari ini kemudian menjadi alumnidari salah satu universitas terbaik di negeri ini setelah ditempa oleh tradisi keilmuan dan kemahasiswaan di jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang begitu kaya. Semua itu telah menjadi bekal berharga dan mengantar saya untuk menempuh pengalaman pendidikan lebih jauh dan mengabdikan diri di dunia pendidikan hingga hari ini saya bangga bisa hadirmemenuhi undangan dari almamater yg telah mendidik dan membesarkan saya untuk memberikan pidato dan berbagi pengalaman mengembangkan pendidikan di tanah air.
Bapak Rektor adik-adik wisudawan dan seluruh civitas akademika UM yang saya banggakan
Saat ini dunia pendidikan di tanah air sedang menghadapi tantangan peningkatan mutu setelah akses pendidikan terutama pendidikan dasar relatif telah berhasil dicapai dengan baik. Hari ini Indeks Pembangunan Pendidikan Untuk Semua (EFA) Indonesia masih berada dalam kategori medium atau sedang. Berdasarkan laporan UNESCO tahun 2012 Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 negara naik sedikit dari tahun sebelumnya di peringkat ke-69 dari 127 negara. Menurut laporan Education for All (EFA) Global Monitoring Report 2012 ada 58 negara yang masuk dalam kelompok Education Development Index (EDI) tinggi dengan nilai di atas 095. Selain itu terdapat 42 negara di kelompok EDI sedang dengan angka di atas 080 dan 20 negara berada di kategori EDI rendah karena nilainya di bawah 080. Indonesia sendiri berada di kategori EDI sedang dengan nilai indeks 0938. Dari empat indikator tujuan pencapaian EFA tahun 2015 terlihat Indonesia mampu meningkatkan akses pendidikan dasar yang tinggi dengan nilai 0991 demikian juga tingkat melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas dan kesetaraan gender dalam pendidikan yang semakin membaik. Namun Indonesia masih memiliki tantangan untuk mengatasi angka putus sekolah di jenjang pendidikan dasar SD-SMP yang masih tinggi.Terlihat pada penilaian angka bertahan siswa di kelas V SD Indonesia mendapat nilai terendah dari tiga indikator EDI yang dihitung.
Sementara itu Organization Economic Cooperation and Development (OECD) melalui Programme for International Student Assesment (PISA) tahun lalu mempublikasikan hasil pemetaan tentang kecakapan anak-anak di dunia di bidang matematika sains dan membaca. Survey pemetaan PISA-OECD dilakukan secara kualitatif melibatkan responden 510 ribu pelajar berusia 15-16 tahun dari 65 negara di dunia yang mewakili populasi 28 juta siswa usia 15-16 tahun sekaligus mewakili kekuatan 80% ekonomi global. Hasilnya sangat menarik ternyata peringkat 10 besar PISA didominasi oleh anak-anak dari Asia yaitu di peringkat pertama ditempati anak-anak dari Shanghai China diikuti Singapura Hongkong Taiwan Korea Selatan Macau Jepang Liechtenstein Swiss dan Belanda.
Lalu di mana posisi anak-anak Indonesia berada?Indonesia yang sejak tahun 2003 aktif mengikuti survey ini menempati posisi ke-64 dengan skor rata-rata matematika 375 sains 382 dan membaca 396. Skor ini masih berada jauh di bawah rata-rata OECD yang mencapai 500 dan anak-anak kita hanya sedikit lebih baik dari anak-anak Peru yang berada di rangking terbawah dan masih di bawah anak-anak Turki di peringkat 44 Thailand 50 atau Brazil 58.
Namun pada saat yang sama PISA-OECD juga merilis hasil survey lainnya yang juga tidak kalah mengejutkan. Melalui survey 'sense of belonging' PISA-OECD ternyata anak-anak Indonesia menempati rangking pertama di dunia untuk indeks kebahagiaan di sekolah yang mencapai prosentase 96%. Menurut survey ini anak-anak Indonesia adalah anak-anak yang paling berbahagia dan pandai bersosialisasi di sekolah disusul oleh anak-anak Albania Peru Thailand dan Kolombia. Survey PISA-OECD memperlihatkan bahwa anak-anak dari negara-negara dengan kecakapan matematika sains dan membaca di bawah rata-rata OECD bahkan di peringkat terbawah ternyata adalah anak-anak yang berbahagia dan merasa senang berada di sekolah dan pandai bersosialisasi.
Apakah artinya semua ini untuk dunia pendidikan di tanah air ?
Banyak yang bisa kita petik sebagai pelajaran dari hasil monitoring dan evaluasi capaian EFA dari Unesco dan survey terbaru PISA-OECD ini. Meskipun bukan satu-satunya parameter yang bisa kita jadikan rujukan tetapi paling tidak kita memperoleh gambaran tentang mutu pendidikanyang kita miliki sampai hari ini. Kenyataan survey OECD bisa jadi karena kelemahan kita dalam menjamin pemenuhan 8 standarnasional pendidikan yang meliputi standar kompetensi lulusan isi proses dan penilaian serta standar pendidik dan tenaga kependidikan sarana/prasarana pembiayaan dan pengelolaan pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh UU Sisdiknas No.20 tahun 2003.
Pada kesempatan ini saya akanmembahas khusus tentang pendidik (guru) sebagai aspek yang menurut saya merupakan salah satu kunci utama dalam menjamin peningkatan mutu pendidikandi tanah air. Penelitian yang dilakukan Professor John Hattie dari University of Auckland (2003) mengungkap berbagai faktor yg berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa secara berturut-turut adalah: 49% oleh karakter siswa 30% oleh guru dan hanya masing-masing 7% oleh sekolah rumah dan temannya. Artinya profesionalitas guru merupakan faktor kedua yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa setelah diri siswa itu sendiri.
Senada dengan studi John Hattie studi Tennessee Value-Added Assessment System -TVAAS (1998)menyimpulkan bahwa betapa guru yang bermutu mempunyai dampak yang besar terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Kesimpulan tersebut didasarkan pada hasil analisis data yang menunjukkan bahwa guru yang profesional mampu meningkatkan prestasi siswa dalam mengikuti ujian terstandar dari 50% menjadi menjadi 90% dalam masa belajar 3 tahun. Sebaliknya guru yang kurang profesional jutsru menurunkan prestasi siswa dalam mengikuti ujian terstandar dari 50% justru menurun menjadi 37% dalam masa' belajar yang sama. Artinya terdapat perbedaan sebesar 53% hasil belajar dan pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru profesional dan yang kurang profesional.
Merujuk pada hasil kedua penelitian tersebut dan sumber-sumber lainnya adalah cukup beralasan jika Pemerintah kemudianmengambil kebijakan reformasi pengembangan guru nasional. Tujuan utama reformasi tersebut adalah untuk meningkatkan profesionalisme guru terutama dalam mendukung terciptanya proses belajar dan mengajar di kelas yang bermuara kepada dihasilkannya tamatan sekolah yang berkualitas unggul dan kompetitif.
Bapak Rektor para wisudawan dan hadirin sekalian
Kini kalau diperhatikan secara makro kondisi objektif tantangan pengembangan guru Indonesia terletak pada sejumlah persoalan penting. Secara kuantitas Indonesia sebenarnya relatif telah memiliki cukup gurunamun sedikitnya terdapat 4 (empat) tantangan pengembangan profesi guru yang harus kita cermati yaitu: penyiapan calon guru rekrutmen guru distribusi gurukualifikasi dan kompetensi guru.
Secara nasional kini terdapat kecenderungan jumlah mahasiswa calon guru meningkat hingga 12 juta mahasiswa yang terdaftar di sekitar 400 LPTK negeri dan swasta sementara perkiraan kebutuhan guru akibat pensiun rata-rata 40.000 orang pertahun. Selain potensi persoalan bleeding-supply atau kelebihan pasokan guru yang dihasilkan juga terdapat persoalan disparitas kualitas lulusan yang besar antar LPTK. Oleh karena itu LPTK memainkan peranan vital untuk membangun sistem perekrutan calon guru yang lebih berorientasi pada demand-driven sehingga penyiapan bibit unggul guru (supply) akan menjadi potensi sumber daya pendidikan sesuai dengan kebutuhan (demand) guru nasional. Demikian juga terkait dengan aspek kualitas LPTK diharapkan dapat menjamin supply guru yang bermutu diantaranya melalui (1) sistem seleksi calon mahasiswa yang memungkinkan dapat menemukenalibukan hanya aspek intelektualitas tetapi juga aspek bakat dan minat fisik dan mental serta aspek jiwa pengabdian; (2) standarisasi kurikulum dan (3) pemenuhan standar kompetensi lulusan.
Tantangan berikutnya tentang sistem rekruitmen guru yang masih jauh dari harapan.Rekruitmen guru sejak tahun 2001 telah menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota. Walaupun sudah diatur standar dan kriteriabaku sistem rekruitmen ini bisa dikatakan tidak menghasilkan guru yg diinginkan. Sistem rekrutmen calon guru lebih berorientasi pada persyaratan administratif daripada memperhatikan aspek profesionalisme calon guru.Akibatnya banyak calon guru yang potensial yang seharusnya dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan mutu pendidikan pada akhirnya harus berada di luar sistem sebagai dampak dari sistem rekrutmen guru non-merit ini. Untuk itu perlu dipikirkan sistem rekruitmen yg betul-betul menjamin merit sistem berjalan dengan baik misalnya dengan sistem talent scouting yang dilakukan oleh LPTK utk menyiapkan calon guru dari mahasiswa terbaik.
Tantangan lain yang paling banyak mendapat perhatian masyarakat adalah distribusi guru yang tidak merata antar daerah dan antar sekolah. Distribusi guru menjadi permasalahan utama ketika kebanyakan guru lebih memilih mengajar di perkotaandan hanya sebagian kecil guru bersedia bertugas di pedalaman terpencil dan tertinggal sehingga menimbulkan disparitas penyebaran antardaerah. Demikian juga persoalan distribusi muncul karena penugasan guru tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah sehingga terjadi kekurangan dan kelebihan guru sehingga menimbulkan persoalan disparitas jumlah guru antarsekolah. Akibatnya mutu pendidikan antar sekolah dan antar daerah menunjukkan kesenjangan yang cukup besar. Walaupun telah diterbitkan Peraturan Bersama 5 Menteri sampai saat ini baru beberapa daerah saja yang melaksanakan aturan ini sehingga distribusi guru belum dapat diatasi secara baik. Sebenarnya cukup banyak daerah yang dengan inisiatif sendiri membuat regulasi sistem pengembangan guru yang mengatur mutasi guru antar waktu dan antar sekolah sehingga persoalan distribusi guru ini dapat diatasi karena menjadi bagian dari sistem pengembangan karir guru yang bersangkutan.
Tantangan terbesar pengembangan guru adalah pemenuhan standar kualifikasi dan kompetensi guru. Dalam konteks umum seseorang yang sudah memenuhi kualifikasi tertentu biasanya kompetensi secara otomatis akan mengikuti kualifikasi tersebut. Di Indonesia tampaknya kedua istilah tersebut selalu dibedakan karena kualifikasi tertentu tidak selalu mencerminkan kompetensinya.Kalau kita lihat dari sisi kualifikasi dan kompetensi dari sekitar 2191 juta guru SD dan SMP67 % telah berkualifikasi sarjana S1 ke atas namun baru sekitar 43% yang bersertifikat pendidik sehingga masih terdapat sekitar 57% nya atau sekitar 12 juta guru belum memiliki sertifikat mengajar.Hasi uji kompetensi guru (UKG) menunjukkan bahwa kompetensiguru-guru Indonesia baik guru yang sudah maupun yang belum bersertifikat mencapai skor rata-rata 4.25 dari skala 10.
Kondisi ini merupakan akumulasi dari berbagai persoalan sebelumnya khususnya terkait penyiapan calon guru dan sistem rekruitmen yang tidak memenuhi standar.Oleh karena itu beberapa program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (Continuing Professional Development) bagi guru perlu diperkuat dan diperluas.Mengikuti diklat dan kegiatan kolektif guru membuat publikasi ilmiah atau buku perlu didorong dan ditingkatkan.Selain itu sistem sertifikasi guru harus direview dan diperbaiki baik metode dan masa berlakunya.Sertifikasi harus menilai keseluruhan kinerja dan penguasaan guru terhadap substansi metodologi dan evaluasi bidang yang diajarkan melalui berbagai instrument penilaian termasuk uji kompetensi.Masa berlaku sertifikat mengajar bukan seumur hidup tapi dibatasi misalnya 3 atau 5 tahun dan diperbaharui manakala seorang guru ingin melanjutkan mengajar di satuan pendidikan tertentu.
Hadirin sekalian yang berbahagia
Memperhatikan kondisi aktual guru pendidikan dasar seperti itu maka sangatlah wajar jika berbagai assessment internasional yang mengukur kecapakapan siswa Indonesia saat ini masih menunjukkan angka yang rendah karena kondisi guru yang belum memadai.Hal ini sekaligus memperkuat tesis John Hattie dan studi Tennessee Value-Added Assessment System (TVAAS) tentang korelasi profesionalitas guru dengan prestasi belajar siswa.Kesenjangan kualitas lulusan LPTK sistem rekruitmen yang kurang diyakini hasilnya distribusi guru yang tidak merata kompetensi guru yang belum memenuhi standar menjadi faktor pembenarrendahnya prestasi belajar siswa di Indonesia.Secara empirik hal ini diperkuat oleh kenyataan hasil assesment internasional sebagaimana dikemukakan di atas.
Sebagai alumni Universitas Negeri Malangsaya selalu berharap agar UM menjadi pelopor dan lebih berperan aktif dalam ikut mengatasi tantangan guru nasional diantaranya dengan melakukan inovasi terus menerus dalam menghasilkan guru-guru yang benar-benar kita butuhkan dan berkualitas sesuai dengan tuntutan pembangunan pendidikan di tanah air.Jika secara kuantitas kita memang perlu waktu panjang untuk memenuhinya tetapi secara kualitas kita bisa terus mengupayakan dihasilkannya guru-guru yang bermutu agar anak-anak didik kita benar-benar diasuh oleh guru-guru yang terbaik. Saya percaya UM telah mampu dan akan terus memerankan perannya dengan baik melalui pelaksanaan amanah Tridharma Perguruan Tinggi; mencetak manusia-manusia Indonesia yang berintegritas tinggi berilmu dan berwawasan luas; melakukan penelitian yang memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan melakukan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas kesejahteraannya.
Bapak Rektor dan hadirin sekalian yang saya muliakan
Akhir kata sekali lagi saya ingin menyampaikan selamat kepada Bapak Rektor beserta seluruh civitas akademikaUM atas diwisudanya para sarjana baru harapan bangsa ini.Tentu saja ucapan selamat saya juga sampaikan sekali lagi kepada para wisudawan dan wisudawati adik-adik sekalian yang telah berhasil mengikuti proses panjang pendidikan yang akan menjadi bekal adik-adik semuanya untuk berkiprah di tengah masyarakat. Saya ingin pula mengingatkan bahwa hari ini salah satu tahap pendidikan formal adik-adik berakhir tetapi mulai hari ini pula tantangan kehidupan menanti adik-adik sekalian.Hari ini adalah awal kehidupan kalian menghadapi kenyataan hidup yang berbeda dengan kehidupan kampus.
Karena itu pada kesempatan yang baik ini saya berpesan empat hal. Pertama jangan pernah berhenti belajar dimanapun kalian bekerja dan menempuh kehidupan.Jadilah manusia pembelajar seperti motto UM: the Learning University agar setiap saat dapat terus mengembangkan diri melakukan inovasi dan memupuk keahlian yang kalian miliki. Kedua tekunilah bidang pekerjaan yang kita pilih dan terus konsisten dengan pilihan kita.Dengan konsistensi kita dapat memfokuskan pikiran dan energy untuk bisa sukses di kemudian hari. Ketigabangunlah jaringan (networking) sebanyak dan seluas mungkin yang sesuai dengan kehidupan dan bidang kerja yang kita tekuni. Dengan jaringan yang luas kehidupan kita akan semakin mudah dan pekerjaan atau profesi kitaakan cepat berkembang.Terakhir jadilah yang terbaik dimanapun kita bekerja dan menempuh kehidupan. Jangan menjadi orang biasa-biasa saja tetapi kita harus menunjukkan bahwa kita punya nilai lebih dari yang lain.
Akhirnya pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada guru dan dosen saya baik di lingkungan Fakultas Ilmu Pendidikan atau di Fakultas lain yang telah mendidik membimbing dan mengantarkan saya mencapai karir sekarang ini. Tak lupa terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Rektor sekaligus guru saya dan seluruh civitas academika UM yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada saya untuk menyampaikan pidato ini.
Demikian yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat dan UM terus berkembang dan maju mengawal pembangunan bangsa.
Sekian dan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar