DISCHARGE PLANNING

A. Pengertian
Perencanaan pulang merupakan komponen yang terkait dengan rentang perawatan. Rentang perawatan sering disebut juga dengan perawatan yang berkelanjutan, yang artinya perawatan selalu dibutuhkan sepanjang rentang kesehatan klien dimanapun kien berada. Rentang perawatan  (continuum of care) adalah integrasi system perawatan yang terfokus pada klien yang terdiri dari mekanisme pelaayanan perawatan yang membimbing dan mengarahkan klien sepanjang waktu kehidupan melalui perencanaan yang komprehensif yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi kesehatan mental, social dalam rentang semua tingkat perawatan (chasca 1990,I:38).

Perencanaan pulang merupakan bagian penting dari program pengobatan klien yang dimulai dari segera setelah klien masuk rumah sakit. Hal ini merupakan suatu proses yang mengambarkan usaha kerjasama antara tim kesehatan, keluarga, klien dan orang yang penting bagi klien.

B. Tujuan dan Prinsip
Tujuan dan prinsip dalam perencanaan pulang merupakan dasar untuk menentukan tindakan selanjutnya, yaitu meningkatkan perwatan berkelanjutan bagi klien, membantu klien dan keluarga memiliki pengetahua, keterampilan dan sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan klien.
Prinsip-prinsip dalam proses perencanaan pulang
a. Klien sebagai fokus dalam perencanaan pulang. Nilai, keinginan dan kebutuhan klien perlu dikaji dan dievaluasi sehingga dapat dimasukkan dalam perencanaan pulang klien dan orang-orang yang dekat atau penting bagi klien. Tenaga kesehatan yang terlibat diikutsertakan dalam perencanaan pulang klien.  
b. Kebutuhan klien diidentifikasi saat masuk, dirawat sampai sebelum pulang. Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbulmsetelah pulang sehingga rencana antisipasi masalah yang dapat dianut untuk dilaksanakan setelah pulang.
c. Perencanaan pulang dilaksanakan secara kolaboratif: yaitu melalui proses multidisiplin dan tergantung pada kerjasama yang jelas dan komunikasi lisan, tertulis diantara peserta tim.
d. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang tersedia. Tindakan diantaranya yaitu rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia, program dan fasilitas tersedia di masyarakat.
e. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap tatanan pelayanan. Setiap kali pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang sudah dilakukan.

C. Jenis-jenis Pemulangan Pasien
1.    Conditional Discharge (pulang sementara atau cuti)
    Bila keadaan klien cukup baik untuk dirawat dirumah maka cara pemulangan ini dapat dilakukan. Klen untuk sementara dapat dirawat di rumah dengan harapan  dapat membantu klien dan keluarga beradaptasi dengan situasi di rumah maupun dimasyarakat. Selama klien pulang pengawasan dari RS ataupun dari Puskesmas tetap diperlukan.
2. Absolute discharge (pulang mutlak selamanya)
Cara pulang jenis ini merupakan terminasi akhir dari hubungan klien dengan RS, tetapi bila klien perlu dirawat kembali maka prosedur perawatan dapat dilaksanakan lagi. Jenis pemulangan ini diberikan kepada klien yang mengalami perbaikan status kesehatan yang baik sehingga dapat berfungsi kembali secara optimal di masyarakat.
3. Judicial Discharge (pulang paksa)
Klien diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatannya belum memungkinkan pulang, misal karena klien adalah narapidana atau karena keluarga klien menginginkan pulang dengan suatu alasan. Klien tersebut harus tetap diberi arahan untuk perawatan di rumah dan fasilitas yang dapat digunakan di masyarakat.
D. Standar Keperawatan Perencanaan Pulang
Deskripsi      
Standar perencanaan pulang merupakan sistem keperawatan yang berkelanjutan yang diperlukan klien setelah masuk RS dan membantu klien menemukan cara penyesuaian masalah yang baik pada saat yang tepat, sumber yang tepat serta biaya yang terjangkau.standar perencanaan pulang dgn melibatkan klien dan keluarganya .
Standar pengkajian
  Data yang harus dikaji meliputi:
1. Aktivitas hidup sehari-hari
a. Makan dan minum
     - penggunaan alat makan dan minum
     - cara makan dan minum
     - kemauan untuk makan dan minum
     - pola makan.
b. Eliminasi
     - kebiasaan dan kemampuan eliminasi
     - pola eliminasi
c. Personal hygiene
    - kemampuan
    -kebiasaan
    - frekuensi
    - sarana yang digunakan.
d. Berpakaian dan kerapian diri
    - Frekuensi ganti pakaian
    - kerapihan
    - kemampuan berpakaian
e. Aktivitas
    - ada tidaknya aktivitas
    - bertujuan tidaknya
    - intensitas/ normal/ hiperaktif/ malas
    - bertanggung jawab/ tidak
    - kemampuan
f. Istirahat tidur
   - pola                                  - mimpi buruk
   - lamanya                           - kesulitan untuk memulai tidur
g. keagamaan
   - kegiatan yang dilakukan sesuai dengan ajaran agama atau tidak.
   - Hubungan dengan pemuka agama.
2. Tingkat kebutuhan perawatan klien
a. kondisi klien yang membutuhkan perawatan intensif
    - disorientasi berat
    - agresif dan amuk
    - perilaku bizzare
    - mengancam integritas fisik dan psikologis klien
    - mengancam integritas fisik dan psikologis orang lain
    - klien yang hari ke I dirawat
    - Derajat ketergantungan klien pada perawat.
b. Kondisi klien yang memerlukan modifikasi perawatan intensif:
    - Disorientasi sedang
    - motivasi terbatas
    - kegiatan harian perlu supervisi dan bimbingan yang sering
    - derajat ketergantungan klien pada perawat yang sedang
c. Kondisi klien yang memerlukan perawatan transisi:
    - penyimpangan perilaku sedang perlu kontrol sedang
    - mampu berkomunikasi dengan bimbingan
    - mampu berinteraksi dengan lingkungan dengan bimbingan
    - mampu melaksanakan kegiatan harian dengan bimbingan.
    - Hanya memerlukan pengarahan terbatas seperti dorongan  dan dukungan
    - Derajat ketergantungan sedang/ perlu pengawasan sebagian.
d. Kondisi klien yang memerlukan perawatan minimal
    - mampu berkomunikasi secara verbal dan non verbal
    - mampu berinteraksi dengan orang lain/ lingkungan
    - mampu melakukan kegiatan harian dengan kontrol minimal
    - mampu melakukan kegiatan yang terprogram
    - derajat ketergantungan klien pada perawatan rendah
    - kegiatan harian dan pengisian waktu luang baik.
3. Pengetahuan dan kemampuan klien dan keluarga tentang:
    a. Penyakit klien
         tanda dan gejala, stressor pencetus, cara penanganan
    b. Pengobatan
         manfaat, efek samping, waktu pemberian.
4. hubungan interpersonal dalam keluarga
- pola komunikasi terbuka/ tertutup
- keakraban dan kerenggangan
- pola hubungan antar generasi
5. kemampuan & kemauan klien & keluarga dalam penerimaan tindakan perawatan.
6. Sumber dan sistem pendukung yang ada di masyarakat: puskesmas, bengkel kerja, perawat komunitas.
7. Sumber finansial & pekerjaan
- ada pekerjaan atau tidak
- jenis pekerjaan
- hoby
- keterampilan yang dimiliki
- tanggungan hidup, ada atau tidak
- penghasilan, ada atau tidak.
Standar masalah
Berdasarkan prioritas masalah yaitu:
- gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas hidup sehari-hari.
- Cemas pada klien & keluarga akan penyakit yang dideritanya yang berkaitan dengan rencana pulang.
- Ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah.
- Sistem pendukung yang tidak adequat.
Standar tindakan
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas hidup sehari-hari
-  Bina hubungan saling percaya antara klien, perawat, keluarga.
- Identifikasi kebiasaan & kemampuan pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hari klien     selama di rumah.
- Beri reinforcement positif/ pujian pada hal-hal positif yang dikemukakan pasien
- Diskusikan dengan klien tentang kebutuhan aktifitas hidup sehari-hari selama masa perawatan dirumah.
- Motivasi klien untuk melakukan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari selama kien di rumah sakit.
- Observasi dan bimbing klien dalam melakukan aktifitas hidup sehari-hari selama dalam masa perawatan di RS.
- Diskusikan dengan klien manfaat setelah melakukan perawatan di RS.
- Anjurkan klien untuk mengikuti terapi okupasi yang sesuai dengan minatnya.
- Anjurkan klien untuk melakukan aktifitas sehari-hari yang telah diidentifikasi & keterampilan yang didapat dari terapi okupasi.
- Kerjasama dengan keluarga untuk memotifasi & mendorong klien melakukan aktifitas hidup zaherí-hari di RS & di rumah.
2. Cemas pada klien & keluarga akan penyakit yang diderita yang berkaitan dengan rencana pulang:
-. Bina hubungan saling percaya antara perawat, klien & keluarga.
- Tanyakan pada klien & keluarga tentang harapan yang ingin di capai setelah pulang.
- Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaan dan mengenai meningggalkan RS maka antisipasi masalah, ketakutan dengan cara menghadapi situasi di luar RS.
- Diskusikan dengan klien & keluarga tentang tujuan & harapan setelah pulang.
- Anjurkan kepada klien & keluarga untuk meihat kepulangan sebagai langkah positif.
- Tekankan pada klien & keluarga bahwa hubungan perawat, klien dan keluarga Di RS adalah hubungan  terapiutik.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah
- Bina hubugan saling percaya antar perawat & keluarga
- Diskusikan dengan keluarga bahwa keluarga terikat secara kontinue mengenai perawatan klien sejak awal.
- Diskusikan dengan keluarga bahwa klien tidak mutlak menjadi tanggung jawab pihak RS tetapi merupakan bagian dari keluarga.
- Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang ada pada klien serta efeknya terhadap klien & lingkungan.
- Identifikasi dengan keluarga tentang kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah.
-Diskusikan dengan keluarga tentang cara-cara konstruktif dalam mengatasi masalah klien termasuk tentang kebutuhan chek up (kontrol), kebutuhan untuk terapi medis serta tempat rujukan.
- Diskusikan tentang obat klien klien, kegunaan, waktu pemberian, instruksikan keluarga untuk melakukan cara-cara yang konstruktif dalam mengatasi masalah klien, merawat klien di rumah.
4. Sistem pendukung (keluarga & masyarakat tidak adequat).
- Bina hubungan saling percaya antar perawat dengan keluarga
- Identifikasi hubungan interpersonal antar klien & keluarga
- Identifikasikan cara-cara keluarga dalam mengatasi masalah
- Diskusikan dengan keluarga tentang cara-cara mengatasi masalah yang konstruktif
- Jelaskan pada keluarga tentang peran penting keluarga sebagai pendukung klien
- Diskusikan dengan keluarga tentang cara-cara untuk menjadi sistem pendukung yang adequat bagi klien yaitu dengan cara ikut terlibat dalam perawatan klien di RS.
- Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan masalahnya
- motivasi klien untuk menggunakan cara-cara konstruktif dalam mengatasi masalah & aktifitas hidup sehari-hari yang positif.
- Diskusikan dengan keluarga tentang kemungkinan kerjasama dengan masyarakat untuk menjadi sistem pendukung bagi klien
- Identifikasi bersama keluarga tentang sistem pendukung yang ada dalam masyarakat: puskesmas, karang taruna & balai latihan kerja
- Motivasi keluarga & kllien untuk memanfaatkan sistem pendukung yang ada dalam masyarakat.

Standar evaluasi
Standar evaluasi klien dapat pindah dari ruangan intensif akut/ modifikasi intensif/ intermidiate/ perawatan minimal.
1. Kondisi klien dapat pindah dari ruang intensif akut ke ruang modifikasi intensif
- Disoreintasi sedang
- Motifasi terbatas
- Kegiatan dan aktifitas perlu bimbingan dan supervisi yang ketat.
- Derajat ketergantungan pada perawat  sedang
- Perilaku tidak mengancam integritas fisik
- Perilaku tidak mengancam integritas fisik & keselamatan orang lain
2. Kondisi klien yang dapat pindah dari ruang modifikasi intensif ke ruang intermediate:
- Penyimpangan perilaku sedang perlu kontrol sedang
- Mampu berkomunikasi dengan bimbingan
- mampu berinteaksi dengan lingkungan dengan bimbingan
- mampu melaksanakan aktifitas sehari-hari dengan bimbingan
- Perlu pengarahan terbatas untuk mendukung/ mendorong
- Derajat ketergantungan pada perawat sedang/ perlu perawatan sebagian.
3 Kondisi klien yang dapat pindah dari ruang intermediate ke ruang perawatan minimal/ persiapan pulang
- mampu berkomunikasi secara verbal & non verbal
- mampu berinteraksi dengan orang lain/ lingkungan konstruktif
- mampu melaksanakan kegiatan harian yang terprogram
- mampu melaksanakan kegiatan harian dengan kontrol minimal
- Derajat ketergantungan pada perawat rendah/ minim
- Kegiatan harian & pengisian waktu luang baik
- Mampu mengungkapkan perasaan dengan orang lain secara asertif
4. Kondisi klien yang dapat pulang:
- mampu melaksanakan aktifitas sehari-hari secara mandiri
- mempunyai jadwal kegiatan sehari-hari serta penggunaan waktu luang dengan kegiatan yang positif
- komunikasi verbal & non verbal
- klien sanggup mengatasi stressor pencetus dengan cara-cara penanganan yang konstruktif
- Klien & keluarga memahami tentang pengobatan yang harus di jalani; manfaat obat, efek samping, waktu pemberian obat.
- Klien & keluarga mengetahui sistem pendukung yang ada di masyarakat : puskesmas, BLK, perawat komunitas.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar