MAKALAH PERAN AGAMA DALAM MENGATASI PERGAULAN BEBAS YANG BERDAMPAK PADA
SEKS BEBAS
BAB I
PENDAHULUAN
1.
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa dimana
masa yang akan menentukan masa depan kita. Pada masa ini kita selalu ingin
mencoba dan terus mencoba sampai kita bisa “mencari identitas” kita.
Maka dari itu kita harus memanfaatkan sebaik-baiknya dalam menjalanin pada masa
ini.
Tapi faktanya masih banyak para
remaja yang tidak memanfaatkan masa remajanya ini dengan baik. Terkadang masih
banyak para remaja yang terjerumus kepada pergaulan bebas. Contohnya misalkan
: free sex, pemakaian narkoba, balapan liar, tawuran antar sekolah
dan lain sebagainya. Perbuatan-perbuatan seperti ini masih banyak kita temui
baik di media cetak maupun media elektronik.
Ditambah lagi dengan kemajuan
tekhnologi sekarang ini. Misalkan internet, dengan internet masih banyak para
remaja menggunakannya secara negatif contohnya para remaja masih banyak yang
menggunakannya untuk membuka situs porno, hampir rata-rata yang menggunakannya
itu adalah dari kalangan remaja. Ditambah lagi dengan adanya berita tentang
maraknya dengan remaja-remaja yang mengikuti geng-geng motor. Perbuatan ini
memang sangat meresahkan masyarakat sampai-sampai polisi memberikan kecaman
keras bagi pelajar-pelajar agar tidak mengikuti geng motor.
Memang sungguh mengerikan melihat
kejadian-kejadian di atas. Begitulah fakta sekarang ini meskipun tidak semua
para remaja seperti itu. Fakta-fakta di atas ini menandakan bahwa tidak adanya
nilai-nilai pendidikan Agama kristen dalam kalangan remaja.
Mereka sudah mengabaikan akan
pentingnya agama bagi kehidupannya. Mereka melakukan perbuatan-perbuatan itu
karena mengikuti hawa nafsu mereka dengan mengabaikan aturan-aturan yang ada
pada ajaran agamanya masing-masing.
Pada masa remaja rasa ingin tahu
terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang
lebih matang dengan lawan jenis. Padahal pada masa remaja informasi tentang
masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari
informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan
keliru sama sekali. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting
terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena
berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering tidak
memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual mereka sendiri
(Handbook of Adolecent psychology: 1980). Tentu saja hal tersebut akan sangat
berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan
informasi yang tepat. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja kita tidak
mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan, seringkali remaja
sangat tidak matang untuk melakukan hubungan seksual terlebih lagi jika harus
menanggung resiko dari hubungan seksual tersebut.
Karena meningkatnya minat remaja
pada masalah seksual dan sedang berada dalam potensi seksual yang aktif, maka
remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut. Dari sumber
informasi yang berhasil mereka dapatkan, pada umumnya hanya sedikit remaja yang
mendapatkan seluk beluk seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu remaja
mencari atau mendapatkan dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat
diperoleh, misalnya seperti di sekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan
teman-teman, buku-buku tentang seks, media massa atau internet.
Masa remaja adalah masa yang
penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan
hal-hal yang baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Disaat
remajalah proses menjadi manusia dewasa berlangsung. Pengalaman manis, pahit,
sedih, gembira, lucu bahkan menyakitkan mungkin akan dialami dalam rangka
mencari jati diri. Sayangnya, banyak diantara mereka yang tidak sadar bahwa
beberapa pengalaman yang tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan.
Rasa ingin tahu dari para remaja kadang-kadang kurang disertai pertimbangan
rasional akan akibat lanjut dari suatu perbuatan.
Daya tarik persahabatan antar
kelompok, rasa ingin dianggap sebagai manusia dewasa, kaburnya nilai-nilai
moral yang dianut, kurangnya kontrol dari pihak yang lebih tua (dalam hal ini
orang tua), berkembangnya naruli seks akibat matangnya alat-alat kelamin
sekunder, ditambah kurangnya informasi mengenai seks dari sekolah/lembaga
formal serta bertubi-tubinya berbagai informasi seks dari media massa yang
tidak sesuai dengan norma yang dianut menyebabkan keputusan-keputusan yang
diambil mengenai masalah cinta dan seks begitu kompleks dan menimbulkan
gesekan-gesekan dengan orang tua ataupun lingkungan keluarganya.
Memasuki Milenium baru ini sudah
selayaknya bila orang tua dan kaum pendidik bersikap lebih tanggap dalam
menjaga dan mendidik anak dan remaja agar ekstra berhati-hati terhadap gejala-gejala
sosial, terutama yang berkaitan dengan masalah seksual, yang berlangsung saat
ini. Seiring perkembangan yang terjadi sudah saatnya pemberian penerangan dan
pengetahuan masalah seksualitas pada anak dan remaja ditingkatkan.
Pandangan sebagian besar
masyarakat yang menganggap seksualitas merupakan suatu hal yang alamiah, yang
nantinya akan diketahui dengan sendirinya setelah mereka menikah sehingga
dianggap suatu hal tabu untuk dibicarakan secara terbuka, nampaknya secara
perlahan-lahan harus diubah. Sudah saatnya pandangan semacam ini harus
diluruskan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan membahayakan
bagi anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa. Remaja yang hamil di luar
nikah, aborsi, penyakit kelamin, dll, adalah contoh dari beberapa kenyataan
pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai akibat pemahaman yang keliru
mengenai seksualitas.
Arus modernisasi juga berdampak
negatif di kalangan remaja. Banyak diantaranya yang telah melakukan seks bebas.
Pendidikan seks dan dampaknya masih kurang diperkenalkan kepada remaja
Indonesia. Sebagian kecil remaja Indonesia telah melakukan seks bebas terhadap
pacar atau temanya. Akses informasi yang begitu cepat melalui internet, komik
dewasa, Film dan game menyerbu remaja yang dikemas sedemikian rupa sehingga
perbuatan seks dianggap lumrah dan menyenangkan.
Dari latar belakang di atas, maka
Penulis dapat mengkaji dan menulis Makalah ini dengan judul :“PERAN
AGAMA DALAM MENGATASI PERGAULAN BEBAS YANG BERDAMPAK PADA SEKS BEBAS”
B. Rumusan Masalah
Merujuk kepada uraian masalah
dalam latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah yang di hadapi
dalam penulisan makalah ini adalah, Apa bahaya seks bebas dan bagaimana
menghindari seks bebas ?.
C. Tujuan Permasalahan
Tujuan permasalahan yang dihadapi
yang terdapat dalam makalah ini adalah
1. Menambah pengetahuan tentang
bahaya seks bebas dikalangan remaja;
2. Mengetahui cara untuk
menghindari seks bebas.
D. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan Makalah ini,
diantaranya :
1.
Untuk mengetahui pengertian pergaulan bebas di kalangan remaja;
2.
Untuk mengetahui pengertian bagai mana mengatasi petgaulan bebas;
3.
Untuk mengetahui etika dalam pergaulan remaja menurut agama
4.
Untuk mengetahui solusi menghadapi pergaulan bebas.
E. Manfaat Penulisan
Semoga dengan adanya karya tulis
ini, kita bisa memanfaatkan masa remaja kita dengan sebaik mungkin dan hati
kita tidak dikuasai oleh hawa nafsu. Dan supaya kita tersadar bahwa pentingnya
pendidikan Islam dalam menghadapi pergaulan remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahaya Seks Bebas
Seks bebas merupakan tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual yang ditujukan dalam bentuk tingkah laku.
Menurut beberapa penelitian, cukup banyak faktor penyebab remaja melakukan
perilaku seks bebas. Salah satu di antaranya adalah akibat atau pengaruh
mengonsumsi berbagai tontonan. Apa yang ABG tonton, berkorelasi secara positif
dan signifikan dalam membentuk perilaku mereka, terutama tayangan film dan
sinetron, baik film yang ditonton di layar kaca maupun film yang ditonton di
layar lebar. Dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas
semakin meningkat, dari 5% pada tahun 1990-an menjadi 20% di tahun 2000.
Secara umum ada dua dampak yang
ditimbulkan dari perilaku seks bebas dikalangan remaja yaitu kehamilan dan
penyakit menular seksual (sipilis, HIV/AIDS, dll). Di Amerika Serikat setiap
tahunnya hampir satu juta remaja perempuan menjadi hamil dan sebanyak 3,7 juta
kasus baru infeksi penyakit kelamin diderita oleh remaja.
Untuk menghindari perilaku seks
bebas remaja yang berisiko tinggi, peran orang tua dalam masa tumbuh kembang
remaja sangatlah penting, antara lain bahwa orang tua harus bisa menjadi
sahabat remaja agar hubungan orang tua dengan remaja terjalin dengan baik dan
dapat menyelesaikan masalah remaja dengan baik dan tuntas, diperlukan
komunikasi yang baik dan efektif.
Kehamilan remaja bahkan sudah
terbukti dapat memberikan risiko terhadap ibu dan janinnya. Risiko tersebut
adalah disproporsi (ketiduksesuaian ukuran) janin, pendarahan, prematurilas,
cacat bawaan janin, dan lain-lain. Selain hamil, timbulnya penyakit menular
seksual pada remaja juga perlu dicermati. Penyakit tersebut ditularkan oleh
perilaku seks yang tidak aman atau tidak sehat. Misalnya, remaja yang sering
berganti-ganti pasangan atau berhubungan dengan pasangan yang menderita
penyakit kelamin. Selain akan membawa cacat kepada bayi, penyakit menular seks
yang menyerang usia remaja juga dapat mengakibatkan penyakit kronis dan gangguan
kesuburan di masa mendatang.
Perilaku seks bebas tidak aman
dikalangan remaja karena dapat dan banyak menimbulkan dampak negatif, baik pada
remaja putra maupun putri. Biasanya dampak negatif atau akibat buruk dari
perilaku seks bebas tidak aman tersebut lebih berat dirasakan oleh remaja putri
ketimbang remaja putra. Seringkali remaja berperilaku seks berisiko karena
tidak punya cukup pengetahuan mengenai akibatnya. Berikut beberapa bahaya utama
akibat seks bebas :
1. Timbul Rasa Ketagihan
Seks bebas akan mengundang rasa
ketagihan bagi para pelakunya. Sekali seseorang mencoba melakukan seks bebas,
maka dapat dipastikan orang tersebut akan melakukan terus menerus perbuatan
seks bebas. Hal ini disebabkan karena orang tersebut mendapatkan kenikmatan untuk
menyalurkan hasrat seksualnya.
2. Menciptakan Kenangan Buruk
Norma-norma yang berlaku di
masyarakat menyatakan bahwa seks bebas merupakan perbuatan yang melanggar
kepatutan. Apabila seseorang terbukti telah melakukan seks pranikah atau seks
bebas maka secara moral pelaku dihantui rasa bersalah yang berlarut-larut.
Keluarga besar pelaku pun turut menanggung malu sehingga menjadi beban mental
yang berat.
3. Mengakibatkan Kehamilan
Hubungan seks satu kali saja bisa
mengakibatkan kehamilan bila dilakukan pada masa subur. Kehamilan yang terjadi
akibat seks bebas menjadi beban mental yang luar biasa. Kehamilan yang dianggap
“Kecelakaan” ini mengakibatkan kesusahan dan malapetaka bagi pelaku bahkan
keturunannya.
4. Menggugurkan Kandungan
(aborsi) dan Pembunuhan Bayi
Aborsi merupakan tindakan medis
yang ilegal dan melanggar hukum. Aborsi mengakibatkan kemandulan bahkan kanker
rahim. Menggugurkan kandungan dengan cara aborsi tidak aman, karena dapat
mengakibatkan kematian.
5. Penyebaran Penyakit
Penyakit kelamin akan menular
melalui pasangan dan bahkan keturunannya. Penyebarannya melalui seks bebas
dengan bergonta-ganti pasangan. Hubungan seks satu kali saja dapat menularkan
penyakit bila dilakukan dengan orang yang tertular salah satu penyakit kelamin.
Salah satu virus yang bisa ditularkan melalui hubungan seks adalah virus HIV.
Banyak kehamilan yang terjadi
akibat perilaku seks bebas yang merupakan kehamilan yang tidak diharapkan.
Untuk itu, sebisa mungkin “orang tuanya“ menggugurkan kehamilannya karena
mereka belum siap untuk menjadi ayah maupun ibu dari bayi yang akan
dilahirkannya itu. Tindakan menggugurkan kandungan (aborsi) dengan tidak
berdasarkan alasan medis jelas bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Pelakunya akan mendapatkan hukuman. Dampak lain dari menggugurkan kandungan
adalah akan mengganggu kesehatan seperti kerusakan pada rahim, kemandulan, dan
lainnya.
Kehamilan terjadi jika terjadi
pertemuan sel telur pihak wanita dan spermatozoa pihak pria. Dan hal itu
biasanya didahului oleh hubungan seks. Kehamilan pada remaja sering disebabkan
ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan. Bahaya
kehamilan pada remaja yaitu :
a. Hancurnya masa
depan remaja tersebut.
b. Remaja wanita
yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan
fisiknya belum siap.
c. Pasangan
pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena
terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
d. Pasangan
pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya.
e. Remaja wanita
yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun, tenaga
tradisional) sering mengalami kematian strategis.
f. Pengguguran
kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undang-undang, kecuali indikasi medis
(misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan kehamilan
dapat timbul kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang mengantar
dapat dihukum.
g. Bayi yang
dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan kejiwaan saat ia
dewasa.
B. Menghindari
Seks Bebas
Para ahli berpendapat bahwa
pendidik yang terbaik adalah orang tua dari anak itu sendiri. Pendidikan yang
diberikan termasuk dalam pendidikan seksual. Dalam membicarakan masalah seksual
adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka
dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah
diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak
laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan
antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya.
Kemudian usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai
dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.
Dalam memberikan pendidikan seks
pada anak jangan ditunggu sampai anak bertanya mengenai seks. Sebaiknya
pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
anak. Sebaiknya pada saat anak menjelang remaja dimana proses kematangan baik
fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan.
Beberapa hal penting dalam
memberikan pendidikan seksual, seperti yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa
(1995) berikut ini, mungkin patut anda perhatikan:
1. Cara menyampaikannya
harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
2. Isi uraian yang
disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak,
seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan
contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan,
sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
3. Dangkal atau
mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap
perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun t belum perlu menerangkan
secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena
perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap
kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
4. Pendidikan
seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan
dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak.
Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan
khusus anak.
5. Pada akhirnya
perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu
diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh
sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan
dan memperkuat (reinforcement)apa yang telah diketahui agar
benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya. Perilaku seks bebas sangat
berdampak bagi perkembangan jiwa seseorang. Perilaku seks bebas sangat
berbahaya sehingga patut kita hindari. Untuk menghindari seks bebas, perlu
dilakukan pendidikan seks kepada semua anggota keluarga.
Pendidikan seks dapat diartikan
sebagai penerangan tentang anatomi fisiologi seks manusia, bahaya penyakit
kelamin dan sebagainya. Pendidikan seks bisa juga diartikan sebagai sex
play yang hanya perlu diberikan kepada orang dewasa. Pendidikan seks
bukan hanya mengenai penerangan seks dalam arti heterosexual, dan
bukan semata-mata menyangkut masalah biologis atau fisiologis, melainkan juga
meliputi psikologis, sosio-kultural, agama, dan kesehatan. Dalam pendidikan sek
dapat dibedakan antara sex intruction yaitu penerangan
mengenai anatomi, mengenai biologi dari reproduksi, pembinaan keluarga dan
metode kontrasepsi serta education in sexuality meliputi
bidang-bidang etika, moral, fisikologi, ekonomi, dan pengetahuan lainnya. Sex
instruction tanpa education in sexuality dapat menyebabkan promiscuity
(pergaulan dengan siapa saja) serta hubungan-hubungan seks yang menyimpang.
Di Amerika, materi pendidikan
seks diberikan oleh orang tua secara langsung. Dengan iklim yang sangat
terbuka, mereka mendiskusikan materi pendidikan seks dengan sang anak. Cara ini
dinilai lebih baik ketimbang anak mencari pengetahuan seks sendiri melalui
media internet atau majalah.
Menurut Kartono Mohamad (Diskusi
Panel Islam dan Pendidikan Seks Bagi Remaja: 1991) pendidikan seksual yang baik
mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggungjawab.
Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan
pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam
hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan bahwa tujuan dari
pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin
mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar remaja
tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi
aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material
seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual,
sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo, Seksualitet
dalam mengenal dunia remaja, 1987).
Salah satu bentuk pendidikan seks
di keluarga di antaranya adalah sebagai berikut.
C. Pencegahan Seks Bebas Menurut
Agama
Iman, merupakan hal yang paling
penting dalam berpacaran. Karena penilaian kepribadian pasangan dapat dinilai
saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma yang
dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Seandainya
orang tersebut menjadi suami atau istri kelak, tentunya keinginan untuk
melanggar norma-norma pun selalu ada.
Pencegahan menurut agama antara
lain :
1. Memisahkan tempat
tidur anak; Setiap orang tua berusaha untuk mulai memisahkan tempat tidur
anak-anaknya ketika mereka memasuki minimal usia tujuh tahun.
2. Meminta izin
ketika memasuki kamar orang tua; Sejak dini anak-anak sudah diajarkan untuk
selalu meminta izin ketika akan masuk ke kamar orang tuanya pada saat-saat
tertentu.
3. Mengajarkan adab
memandang lawan jenis; Berilah pengertian mengenai adab dalam memandang lawan
jenis sehingga anak dapat mengetahui hal-hal yang baik dan buruk.
4. Larangan menyebarkan rahasia
suami-istri; Hubungan seksual merupakan hubungan yang sangat khusus di antara
suami-istri. Karena itu, kerahasiaanya pantas dijaga. Mereka tidak boleh
menceritakan kekurangan pasangannya kepada orang lain, apalgi terhadap anggota
keluarga terutama anak- anaknya.
D. Pencegahan Seks Bebas Dalam
Keluarga
Faktor keluarga sangat menentukan
dalam masalah pendidikan seks sehingga prilaku seks bebas dapat dihindari.
Waktu pemberian materi pendidikan seks dimulai pada saat anak sadar mulai seks.
Bahkan bila seorang bayi mulai dapat diberikan pendidikan seks, agar ia mulai
dapat memberikan mana ciri-laki-laki dan mana ciri perempuan. Bisa juga
diberikan saat anak mulai bertanya-tanya pada orang tuanya tentang bagaimana
bayi lahir. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan pendidikan seks
pada usia dini.
Menurut Afief Rahman (Psikologi
praktis, anak, remaja dan keluarga: 1991), pendidikan seks sebaiknya dimulai
dari kandungan. Pembacaan ayat-ayat suci dari Kitab Suci sangat penting. Hal
ini ditujukan agar anak yang dikandung mendapatkan keberkahan dari Sang
pencipta seperti diketahui, identitas seks manusia sudah dimulai sejak di dalam
kandungan, sehingga memang sepantasnya pendidikan seks dimulai pada fase
tersebut.
Pencegahan seks bebas dalam
keluarga antara lain :
1. Keluarga harus
mengertitentang permasalahan seks, sebelum menjelaskan kepada anak-anak mereka.
2. Seorang ayah
mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu mengarahkan anak perempuan dalam
menjelaskan masalah seks.
3. Jangan menjelaskan
masalah seks kepada anak laki-laki dan perempuan di ruang yang sama.
4. Hindari hal-hal yang
berbau porno saat menjelaskan masalah seks, gunakan kata-kata yang sopan.
5. Meyakinkan kepada
anak-anak bahnwa teman-teman mereka adalah teman yang baik.
6. Memberikan perhatian kemampuan
anak di bidang olahraga dan menyibukkan mereka dengan berbagai aktivitas.
7. Tanamkan etika
memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat karena itu merupakan sesuata
yang paling berharga.
8. Membangun sikap saling percaya
antara orang tua dan anak.
Masa remaja merupakan masa yang
rentan seorang anak dalam menghadapi gejolak biologisnya. Ditunjang dengan era
globalisasi dan era informasi yang demikian rupa menyebabkan remaja sekarang
terpancing untuk coba-coba mempraktekkan apa yang dilihatnya. Terlebih bila apa
yang dilihatnya merupakan informqasi tentang indahnya seks bebas yang bisa
membawa dampak pada remaja itu sendiri.
Pihak orang tua cenderung
menganggap bahwa seks bebas dapat dicegah dengan melakukan peraturan yang keras
terhadap anak-anaknya. Padahal hubungan seks tersebut kerap kali dilakukan di
rumah saat orang tuanya sedang pergi.
Untuk menghindari anak-anak dari
hubungan seks bebas, berikut ini ada beberapa tips yang baik untuk menghindari
masalah tersebut.
1. Diskusikan seks
dengan anak, meski anda sendiri, mungkin merasa risih, pendidikan seks
sebaiknya dilakukan dalam perbincangan santai, seperti mengomentari sesuatu hal
yang anda lihat bersama atau menjawab pertanyaan anak.
2. Bercakap-cakap
tentang seks dan kontrasepsi bukan berarti anda setuju dan mengizinkan anak
melakukan hubungan seks. Melalui bercakap-cakap orang tua dapat mengungkapkan
perasaannya tentang seks dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
3. Jadikan orang
tua, tempat bertanya. Orang tua sebaiknya tidak mengkritik pertanyaan anaknya.
Yang pasti anak tahu kalau orang tua akan mendengarkannya. Kalau pertanyaan itu
mungkin membuat anak takut atau marah, cobalah untuk tidak menunjukkan hal itu
atau cepat-cepat mengakhiri diskusi. Berikanlah jawaban yang objektif.
4. Bantu peningkatan
rasa percaya diri, perdalam kemampuan khusus atau hobi bagi anak. Penguasaan
suatu keterampilan akan memicu anak rasa percaya diri tanpa harus memikirkan
seks.
5. Ajak anak
mengikuti kegiatan olah raga, serta organisasi, karena dengan melatih diskusi
akan mengalihkan perhatiannya dari hal-hal yang berkaitan dengan seks.
6. Bila anda seorang
ayah, bersikaplah penuh perhatian terhadap putri anda. Kalau ayah tak lagi
menunjukkan sikap kasih sayang, seperti memeluk, saat putrinya remaja ia jadi
terluka dan mencari perhatian pada lawan jenisnya.
7. Jangan bersikap
terlalu keras terhadap anak, karena akan membuat anak jadi pembangkang.
Terlebih orang tua cenderung menganggap seks dapat dicegah dengan memberlakukan
peraturan yang keras terhadap anaknya. Padahal seks dilakukan di rumah saat
orang tuanya pergi. Untuk menghindari hal itu orang tua bisa membuat peraturan
uang tidak membolehkan teman lawan jenis datang kerumah bila tidak ada orang
dewasa di rumah.
8. Bentengi
anak-anak dengan bekal agama yang cukup sejak kecil, agar mereka mengerti bahwa
melakukan hubungan seks di luar nikah merupakan dosa besar.
1. Keluarga Ujung Tombak
Pencegahan
Pencegahan seks bebas dapat
dilakukan melalui pendekatan ketahanan keluarga. Sayangnya, fungsi keluarga ini
sudah sering ditinggalkan. Pemahaman semua serba boleh dan hilangnya rasa malu,
ikut sosialisasi sehingga nilai-nilai penting yang seharusnya menjadi fungsi
sebuah keluarga ditinggalkan. Ada delapan fungsi keluarga yang perlu diterapkan
terutama kepada anak-anak. Ke delapan fungsi tersebut yakni fungsi agama,
budaya, cinta kasih, fungsi perlindungan, reproduksi, sosial, ekonomi dan
pelestarian lingkungan.
Selain menerapkan fungsi keluarga
tadi, perlu upaya pencegahan lainnya seperti meningkatkan sosialis dan
ketakwaan kepada Tuhan, tidak melakukan hubungan seks di luar nikah, setia
pasangan, menggunakan jarum suntik yang steril. Selain itu bila ingin melakukan
atau menerima sosialisasi darah harus benar-benar bebas dari HIV/AIDS, tidak
menggunakan seks dengan kelompok pengidap, tidak menggunakan pisau cukur,
gunting kuku, sikat gigi dari pengidap HIV/AIDS serta menggunakan kondom.
2. Pola Asuh
Sementara pembicara lain, Dra Hj
Telly P Siwi Zaidan Psi, mengatakan perlunya menerapkan pola asuh yang tepat
untuk menghindarkan remaja dari pergaulan dan seks bebas. Remaja,menurut
psikolog ini, sangat rentan terhadap HIV/AIDS karenanya perlu perhatian ekstra
tapi tetap dengan pola demokratis. “Pila asuh otoriter di mana keinginan
orangtua dinomorsatukan atau pola asuhpermissive (segala keinginan
anak dituruti) bukan pola asuh yang tepat.
Pola asuh demokratis yang perlu
diterapkan, karena di dalamnya ada proses diskusi antara anak dan orangtua,”
kata Telly. Untuk menghindarkan remaja dari seks bebas, perlu pengetahuan dan
informasi yang benar yang sampai pada remaja bersangkutan. “Adalah tugas kita
semua terutama orangtua untuk membekali remaja dengan ajaran yang benar tapi tidak
menghakimi,” demikian Telly.
1. Agama:
membina norma dan ajaran agama dan mengimplementasikannya dalam kehidupan
sehari-hari
2. Budaya: membina
tugas-tugas keluarga, meneruskan norma dan menyaring budaya asing
3. Cinta kasih:
tumbuh kembangkan potensi kasih sayang antara anggota keluarga
4. Perlindungan:
penuhi sosialisasi rasa aman pada anggota keluarga
5. Reproduksi: bina
kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan kesehatan reproduksi bagi keluarga
6. Sosial: sadari,
rencanakan keluarga sebagai pendidikan dan sosialisasi pertama
7. Ekonomi: lakukan
kegiatan ekonomi di lingkungan keluarga untuk menopang kelangsungan kehidupan
keluarga
8. Pelestarian
lingkungan: bina kesadaran sikap, praktik pelestarian lingkungan dalam
keluarga.
Kiranya, pendidikan seks bagi
remaja memang sangat diperlukan, untuk memberikan kesadaran kepada remaja akan
pentingnya menjaga hak reproduksinya. Oleh karena itu, diharapkan agar
pendidikan seks kepada anak-anak dan remaja baik laki-laki maupun perempuan
bisa diajarkan dengan tepat pula.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seks bebas merupakan tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual yang ditujukan dalam bentuk tingkah laku. Ada
beberapa faktor penyebab remaja melakukan seks bebas, diantaranya adalah
menonton film porno, pengaruh pergaulan bebas, penyaluran hasrat seksual, dan
kurangnya peran dan perhatian orang tua kepada anaknya.
Secara umum ada dua dampak yang
ditimbulkan dari perilaku seks bebas dikalangan remaja yaitu kehamilan dan
penyakit menular seksual (sipilis, HIV/AIDS, dll). Cara menghindari seks bebas
yaitu melalui pendidikan seks, pendidikan seks dapat diartikan sebagai
penerangan tentang anatomi fisiologi seks manusia, bahaya penyakit kelamin dan
sebagainya. Salah satu bentuk pendidikan seks di keluarga di antaranya adalah
pencegahan seks bebas menurut agama dan pencegahan seks bebas dalam keluarga.
B. Saran
1. Tingkatkan keimanan dan selalu
dekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Tumbuhkan norma dan
nilai-nilai sosial.
3. Hindari pergaulan bebas yang
dapat menjurus ke dalam perilaku seks bebas.
4. Katakan “tidak”, jika pasangan
menghendaki aktivitas berpacaran melebihi batas. Terutama bagi remaja putri
permintaan seks sebagai “bukti cinta”, jangan dipenuhi, karena yang paling rugi
adalah pihak wanita. Ingat !!, sekali wanita kehilangan kegadisannya, seumur
hidup ia akan menderita, karena norma yang dianut dalam masyarakat kita masih
tetap mengagungkan kesucian. Berbeda dengan wanita, keperjakaan pria tidak
pernah bisa dibuktikan, sementara dengan pemeriksaan dokter kandungan dapat
ditentukan apakah seorang gadis masih utuh selaput daranya atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsah, Singgih. D.,
1995. Pendidikan Seksual. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sabas Hartono, Hadi. 2009. “Makalah
Dampak Seks Bebas Dikalangan Remaja”. Dalam http://www.google.com/hadi.asp Suherni. 2008. “Bahaya Seks
Bebas”. DalamKompas. 27 Januari. Jakarta.
Anie AM. 2004. Resume
Peraturan dan Peundangan yang Berkaitan dengan Peran Serta Masyarakat.Tegalrejo
: Karang Taruna Patria Muda Wiratama
Anonim. 2008. Narkoba
menurut Pandangan Agama. Diakses dari http://www.unjabisnis.net/narkoba-menurut-pandangan-agama.html tanggal 30 Agustus 2009.
Nur Adi Setyo. 2009. Rehabilitasi
Narkoba Berbasis Agama. Diakses dari http://www.kadnet.info/web/index.php?option=com_content&view=article&id=1717:rehabilitasi-narkoba-berbasis-agama-&catid=37:wawasan-perspective&Itemid=66 tanggal 30 Agustus 2009
Sardjono O.S. 1982. Penyalahgunaan
Obat dan Ketergantungan Obat, Pembinaan Profesi Apoteker Pengelola Apotek.
Jakarta : Dirjen POM Depkes RI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar