Makalah Somatik ( Farmakologi )

Makalah Somatik (Farmakologi)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Keperawatan
“Keperawatan jiwa ”
Semester IV B


Disusun oleh :
Kelompok 7



STIKES MAHARANI MALANG
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2014/2015



          BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Kesehatan  jiwa merupakan kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan, sebagai perwujudan keharmonisan fungsi mental dan kesanggupannya menghadapi masalah yang biasa terjadi, sehingga individu tersebut merasa puas dan mampu (Rasmun, 2001).
Gangguan jiwa tidak dapat disembuhkan secara maksimal sebagaimana keadaan sebelum sakit,  beberapa pasein meninggalkan gejala sisa seperti adanya ketidakmampuan berkomunikasi dan mengenali realitas, (Setiawan, 2009.http//www. Gizi.net, diperolehtanggal 1 Juni 2010).
Sebagai salah satu upaya untuk mengurangi penurunan produktifitas maka pada pasien yang dirawat inap dilakukan upaya rehabilitasi sebelum klien dipulangkan dari Rumah Sakit. Tujuannya untuk mencapai perbaikan fisik dan mental sebesar-besarnya, penyaluran dalam pekerjaan dengan kapasitas maksimal dan penyesuaian diri dalam hubungan perseorangan dan socials ehingga bisa berfungsi sebagai anggota  masyarakat yang mandiri dan  berguna (Nasution,2006).
Pelaksanaan rehabilitasi dilakukan oleh multiprofesi yang terdiri dari dokter, perawat, psikologi, sosial worker serta okupasi therapist yang memiliki peran dan fungsi masing-masing. Dokter memberikan terapi somatik, psikolog melakukan pemilahan klien berdasarkan hasil psikotest, kemampuan serta minat klien, social worker menjadi penghubung antara klien dengan keluarga dan lingkungan serta okupasi terapis memberikan terapi kerja bagi pasien. Perawat sendiri mempunyai peran yang sangat penting dalam pelaksanaan rehabilitasi  baik dalam tahap persiapan, pelaksanaan maupun pengawasan. Sebagai sebuah team, perawat memberi peran yang sangat penting dalam mengkoordinasikan berbagai cara dan kerja yang dilakukan semua anggota team sesuai dengan tujuan yang akan dicapai antara klien dan team kesehatan sehingga rehabilitasi berjalan sesuai tujuan yang diharapkan menurut para perawat sistem dan budaya kerja yang ada tidak memungkinkan untuk melaksanakan peran tersebut, sehingga perawat mengerjakan tugas multiprofesi sekaligus dari mulai dokter, psikolog sosial worker, tenaga gizi sampai tenaga pertanian. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti merasa tertarik untuk melihat peran perawat dalam psikofarmaka.

1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian Psikofarmaka ?
b. Apa klasifikasi obat-obatan psikofarmaka ?
c. Apa peran perawat dalam pemberian obat ?

1.3  TUJUAN
a. untuk memahami pengertian Psikofarmaka
b. untuk memahami klasifikasi obat-obatan psikofarmaka
c. untuk memahami peran perawat dalam pemberian obat

1.4 MANFAAT
a. Dapat memahami pengertian Psikofarmaka
b. Dapat memahami klasifikasi obat-obatan psikofarmaka
c. Dapat memahami peran perawat dalam pemberian obat

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  PENGERTIAN
Terapi somatik adalah terapi yg diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dgn melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien.
 Psikofarmaka adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat Neuroleptik (bekerja pada sistim saraf ).Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif, yang meliputi Teori biologis (somatik), mencakup:
1. Pemberian obat psikotik dan Elektro  Convulsi Therapi (ECT).
2. Psikoterapeutik.
3. Terapi Modalitas.
Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari management psikoterapi. Perawat perlu mamahami konsep umum psikofarmaka. Beberapa hal yang termasuk Neurotransmiter adalah Dopamin, Serotonin dan GABA (Gama Amino Buteric Acid),dll.
Dopaimin adalah suatu hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus. Fungsi utamanya adalah menghambat pelepasan prolaktin dar kelenjar hipofisis. Dopamin yang berlebihan dapat menyebabkan skizofrenia dan bila kekurangan dapat menyebabkan penyakit parkinson. Terutama dipengaruhi oleh antipsikotik
Serotonin adalah suatu neurotransmitter yang disintesiskan pada neuron-neuron serotonergis dalam sistem saraf pusat. Hormon ini berfungsi sebagai pemberi rangsang nyaman dan senang. Dipengaruhi oleh antidepresan dan anti psikotik
GABA (Gama Amino Buteric Acid) adalah nerotransmitter inhibitor yang akan menghalangi penghantaran impuls di srabut saraf yang tidak menguntungkan. Kekurangan GABA adapat menyebabkan pikiran terhalusinasi, delusi, histeria, keterbelakang mental. Penghambat alami dari GABA adalah ion klorida, jika kadar ion klorida dalam darah tidak terkendali, maka akan mengurangi kadar GABA yang kemudian akan menghasilkan kecemasan berkepanjangan dan ketakutan yang tidak rasional.  Meningkatnya dan menurunnya kadar / konsentrasi neurotransmiter akan menimbulkan kekacauan atau gangguan mental. Obat–obatan psikofarmaka efektif untuk mengatur keseimbangan Neurotransmiter. Terutama dipengaruhi oleh agens ansietas.

2.2  KLASIFIKASI
Yang temasuk obat-obatan psikofarmaka adalah golongan :
1. Anti Psikotik, pemberian sering disertai pemberian anti perkinson
2. Anti Depresi
3. Anti Maniak
4. Anti Cemas ( Anti Ansietas)
5. Anti Insomnia
6. Anti Obsesif – Kompulsif
7. Anti Panik

Yang paling sering digunakan oleh klien jiwa :
a. ANTI PSIKOTIK
a. Definisi
Anti Psikotik termasuk golongan Mayor Transquilizer atau Psikotropik : Neuroleptika  adalah obat-obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis tertentu tanpa mempengaruhi fungsi-fungsi umum, seperti berpikir, dan berkelakuan normal. Obat ini dapat meredakan emosi, agresi, dan dapat juga mengurangi gangguan jiwa seperti ; halusinasi serta menormalkan perilaku yang tidak normal.
b.   pengolongan
o fenotiazin, contoh obat : chlorpromazine (dosis 150-600 mg/hari), thioridazin (dosis 150-600 mg/hari), Trifluoperazin (dosis 10-15 mg/hari), perfenazin (12-24 mg/hari), Flufenazin (dosis 10-15 mg/hari).
o Butirofenon, contoh obat : Halloperidol (dosis 5-15 mg/hari), Droperidol (dosis 7,5-15 mg/hari).
o Difenilbutil piperidin, contoh obat : pimozide ( dosis 1-4 mg/hari).
o Atypcal, contoh obat : Risperidon ( dosis 2-6 mg/hari).
c.   Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja dari obat anti-psikosis yaitu Memblokade Dopamine pada reseptor pasca sinaps neuron di otak, dan juga dapat memblokade reseptor kolinergik, adrenergic dan histamine. Untuk obat generasi pertama ( fenotiazin dan butirofenon), umumnya tidak terlalau selektif benzamid sangat selektif dalam memblokade reseptor dopamine D2. Anti-psikosis golongan atypical memblokade reseptor dopamine dan juga serotonin 5HT2.

d.  Indikasi
Obat anti-psikosis merupakan pilihan pertama dalam menangani skizofreni, untuk memgurangi delusi, halusinasi, gangguan proses dan isi pikiran dan juga efektif dalam mencegah kekambuhan. Major transquilizer juga efektif dalam menangani mania, perilaku kekerasan dan agitasi akibat bingung dan demensia.
e.   Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan dari pengunaan obat anti-psikosis antara lain :
o Sedasi dan Inhibisi Psikomotor
o Gangguan Otonomik
o Gangguan Ekstrapiramidal
o Gangguan Endokrin, metabolik, hematologik
f. Kontraindikasi
Obat-obat anti-psikosis berkontradiksi dengan : penyakit hati, penyakt darah, kelainan jantung, epilepsy, febris yang tinggi, penyakit SSP, ketergantungan alcohol, dan gangguan kesadaran.
g. Efek samping pada anti psikotik :
Efek Samping pada Sistim Syaraf ( Ektrapyramidal Side Efect / EPSE/ EPS / Ekstrapyramidal Syndrome ) :
PARKINSON
Efek samping ini muncul 1 - 3 minggu pemberian obat (tergantung respon klien). Terdapat TRIAS gejala parkinsonisme ;
Tremor : sering terjadi, dan paling  jelas  pada istirahat.
Bradikinesia : muka seperti topeng, berkurangnya gerakan reiprokal pada saat berjalan.
Rigitas : gangguan tonus otot ( kaku )
DISTONIA
kontraksi otot singkat atau bisa juga lama. Tanda - tanda; muka menyeringai, gerakan tubuh dan anggota tubuh tidak terkontrol.
AKATHISIA
Ditandai dengan perasaan subyektif dan obyektif dari kegelisahan, seperti adanya perasaan cemas, tidak mampu santai, gugup, langkah bolak - balik dan gerakan mengguncang pada saat duduk. Ketiga efek samping diatas bersifat akur dan bersifat Reversible (bisa hilang atau kembali normal).

TARDIVE DYSKENESIA
Merupakan efek samping yang timbulnya lambat, terjadi setelah pengobatan jangka panjang dan bersifat Ireversible (susah hilang/ menetap).Berupa gerakan Involunter yang berulang pada lidah, wajah, mulut / rahang, anggota gerak seperti jari dan ibu jari, dan gerakan tersebut akan hilang pada saat tidur. Efek samping pada sistim saraf perifer atau CHOLINERGIC Side Efect. Ini terjadi karena penghambatan pada reseptor Asetilkolin. Yang termasuk Efek Samping Kolinergic adalah ;
o Mulut kering
o Kontipasi
o Pandangan kabur, akibat midriasis pupil dan Sikloplegia (pariese otot – otot siliaris)  menyebabkan Presbiopia
o Hipotensi Orthostatik, akibat penghambatan reseptor Adrenergik
o Kongesti / sumbatan Nasal
b. ANTI DEPRESAN
a. Definisi
Antidepresan adalah obat yang mampu memperbaiki suasana jiwa dengan menghilangkan atau meringankan gejala keadaan murung, yang idak disebabkan oleh kesulitan social ekonomi, obat-obatan, atau penyakit.
b. Pengolongan
Trisiklik (TCA) : Amitriptilin (75-150 mg/hari), Imipramin ( 75-150 mg/hari).
SSSRI : sentralin (50-150 mg/hari), Fluvoxamin (50-100 mg/hari), Fluxentin (20-40 mg/hari), Paroxentin (20-40 mg/hari).
MAOI : Moclobemide (300-600 mg/.hari)
Atypical : mianserin (30-60 mg/hari), Trazodon ( 75-150 mg/hari), Maprotilin (75-150 mg/hari dosis terbagi).
c. Mekanisme Kerja
menghambat re-uptake aminergic neurotransmiter, menghambat penghancuran oleh enzim monoamine oxidaseà sehingga tjd peningkatan jumlah aminergic neurotransmiter pana sinaps neuron di SSP.
d.   Indikasi
Obat antidepresan digunakan untuk penderita depresi dan kadang juga berguna untuk penderita ansietas foba, obsesif-kompulsif, dan mencegah kekambuhan depresi.

e.   Efek samping
o Sedasi
o Efek Antikolinergik  (mulut kering, penghilatan kabur, konstipasi, sinus takikardi)
o Efek Anti Adrenergik Alfa (perubahan EKG, hipotensi)
o Efek Neurotoksik
f.    Kontraindikasi
Kontraindikasi pada penyakit jantung koroner, Glaucoma, retensi urin, hipertensi prostat, gangguan fungsi hati, epilepsy.
c. OBAT ANTI MANIA / LITHIUM CARBONATE
a. Definisi
Obat Antimania adalah obat yang digunakan untuk mengendalikan kecenderungan patologis untuk suatu aktivitas tertentu, yang tidak dapat dikendalikan , misalnya mengutil ( kleptomania).
b. Pengolongan
Obat antimania yang menjadi acuan adalah litium karbonat (250-500 mg/hari).
c. Mekanisme Kerja
Efek anti mania dari lithium carbonate disebabkan kemampuanya mengurangi dopamine reseptor supersensitivity, meningkatkan cholinergic muscarinic activity, dan menghambat cyclic adenosine monophospate.
d. Efek Samping
Efek samping lithium berhubungan erat dengan dosis dan kondisi fisik pasein. Efek samping dini yaitu mulut kering, haus, gastrointestinal distress, kelemahan otot, poliuria, tremor halus,. Sedangkan efek samping lain yaitu : hipotiroidisme, peningkatan BB, odema, lekositosis, ggn daya ingat dan konsentrasi
e. Kontraindikasi
Respon hipersensitivitas terhdap litium karbonat, penyakit ginjal, penyakit tiroid.
f. Indikasi
Mengurangi Agresivitas, Tidak menimbulkan efek sedatif, Mengoreksi / Mengontrol pola tidur, iritable dan adanya Flight Of Idea. Pada Mania dengan kondisi berat pemberian anti mania di kombinasi dengan obat anti psikotik.

4.      Anti Ansietas
Sering juga disebut : Psycholeptics, Minortranqulizers, Anxyolitics, Ansiolitika
a. definisi
adalah obat yang digunakan untuk gangguan mental yang sering dijumpai dengan ansietas berat serupa dengan takut (seoerti takikardi, berkeringat, gemetar, palpitasi) dan rasa takut, gelisah rasa takut yang mungkin timbul dari penyebab yang tidak diketahui.
b. Pengolongan
o benzodiazepine
Obat anti ansietas golongan Benzodiazepin yang menjadi acuan adalah Diazepam/ Klordiazepoksid.
o Non benzodiazepine
Untuk obat non benzodiazepine antara lain Sulpirid dan Buspiron.
Diazepam ( Valium )                  :   2 mg/tab. 5 mg/injeksi
Chlordiazepoxide ( Etabrium ) :   5,10 mg / tab
Frisium ( Clubazam )                 :   10 mg
Xanac ( AlphaZolam )                 :   0,25mg & 0,5 mg/tab
Sulfiride ( Dogmasil )                 :   50 mg/tab
Buspiron ( Buspar )                      :   10 mg/tab
c. Mekanisme Kerja
Obat antiansietas benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya yang akan meng-inforce the inhibitory action of GABA neuron, sehingga hiperaktivitas tersebut mereda. Sindrom ansietas disebabkan hiperaktivitas dari system limbic yang terdiridari dopaminergic, nonadrenergic, seretonnergic yang dikendalikan oleh GABA ergic yang merupakan suatu inhibitory neurotransmitter.
d. Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan obt antiansietas antara lain: mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerjaa psikomotor menurun, kemampuan kognitif melemah, relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah),


e. Indikasi
Untik mengobati ansietas dan gangguan ansietas, insomnia, depresi, gangguan stress pasca trauma, putus alkohol.
f. Kontraidikasi
Pasien dengan hipersensitif terhadap benzodiazepin, glaukoma, miastenia gravis, insufisiensi paru kronik, penyakit ginjal dan penyakit hati kronik.

5.      Anti Insomnia
Sering disebut juga Hypnotics, Somnifacient, Hipnotika
a. definisi
obat yang digukanan untuk gejala/kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur
b. Pengolongan Obat
Obat acuan adalah fenobarbital
o Benzodiazepine : Nitrazepam, Trizolam, Estazolam
o Non Benzodiazepin : Choral Hydrate
Nitrazepam ( Magadon )         :   5 mg/tab
Estazolam ( Esilgan )              :   1,2 mg / tab
c. Mekanisme Kerja
Obat anti-insomnia bekerja pada reseptor BZ1 di susunan saraf pusat yang berperan dalam memperantara proses tidur.
d. Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan yaitu supresi SSP pada saat tidur, rebound phenomen.
e. Indikasi
Diberikan pada orang yang kesulitan untuk tidur.
f. Kontraindikasi
Berkontraindikasi pada wanita hamil dan menyusui, gagal jantung, penyakit pernapasan akut, dan sleep apnoe syndrome.
g. Lama pemberian  :
1 – 2 minggu  untuk pencegahan pemakaian obat lama  :  Dapat menimbulkan sleep EEG yang menetap selama 6 bulan
6.      Obat Antipanik
Sebut juga sebagai : Drugs Used In Panic Disorders
a.   Penggolongan Obat Antipanik
Obat antipanik trisiklik, contohnya:  imipramin, klomipramin
Obat antipanik benzodiazepine, contoh: alprazolam
Obat antipanik RIMA (Reversible Inhibitors of Monoamine oxydase-A), contoh: muklobemid
Obat antipanik SSRI, contoh: sertralin, fluoksetin, paroksetin, fluvoksamin.
No Nama generik Dosis anjuran
1 Imipramin 75-150 mg/hari
2 Klomopramin 75-150 mg/hari
3 Alprazolam 2-4 mg/hari
4 Moklobemid 300-600 mg/hari
5 Sertralin 50-100 mg/hari
6 Fluoksetin 20-40 mg/hari
7 Parosetin 20-40 mg/hari
8 Fluvoksamin 50-100 mg/hari

b.   Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja obat antipanik adalah menghambat reuptake serotonin
c.    Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan antara lain: mengantuk, sedasi, kewaspadaan berkurang,  dan Neurotoksik.
d. Indikasi
mencegah atau mengurangi jumlah serangan panik
e. Lama pemberian
o Lamanya pemberian obat tergantung dari individual, umunya selama 6- 12 bulan, kemudian dihentikan secara bertahap selama 3 bulan bila kondisi penderita sudah memungkinkan
o Dalam waktu 3 bulan bebas obat 75% penderita menunjukkan gejala kambuh. Dalam keadaan ini maka pemberian obat dengan dosis semula diulangi selama 2 tahun. Setelah itu dihentikan secara bertahap selama 3 bulan.
f. Kontraindikasi
Wanita hamil dan menyusui

7.      Obat Anti Obsesif Kompulsif
Disebut juga sebagai : Drugs Used In Obsessive Compulsive Disorders
a. Definisi
Adalah obat yang digunakan pada orang yang menderita obsesi yaitu munulnya gambaran/ ide-ide yang tidak di inginkan yang menimblka kecemasan berulang.
b. Pengolongan Obat
Obat anti Obsesif Kompulsif yang menjadu acuan adalah klomipramin. Obat anti kompulsi dapat digolongkan menjadi :
Obat anti obsesi-kompulsi trisiklik
Contoh: klomipramin
Obat anti obsesi-kompulsi SSRI.
Contoh: sertralin, paroksetin, fluvoksamin, fluoksetin.
c. Mekanisme Kerja
Menghambat re-uptake neurotransmitter serotonin sehingga gejala mereda.
d. Indikasi
mencegah atau mengurangi jumlah serangan panik
e. Efek samping
obat anti obsesi-kompulsi, sama seperti obat antidepresi trisiklik, dapat berupa:
Efek antihistamin (sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun, dan lain-lain)
Efek antikolinergik (mulut kering, keluhan lambung, retensi urin, disuria, penglihatan kabur, konstipasi, gangguan fungsi seksual, sinus takikardi, dan lain-lain).
Efek antiadrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi ortostatik)
Efek neurotoksis (tremor halus, kejang epileptik, agitasi, insomnia)
f. Kontraindikasi
Kontraindikasi pada penyakit jantung koroner, Glaucoma, retensi urin, hipertensi prostat, gangguan fungsi hati, epilepsy

g. Dosis
Obat dimulai dengan dosis rendah. Klomipramin mulai dengan 25-50 mg/hari (dosis tunggal malam hari), dinaikkan secara bertahap dengan penambahan 25 mg/hari sampai tercapai dosis efektif (biasanya sampai 200-300 mg/hari).
Dosis pemeliharaan umumnya agak tinggi, meskipun bersifat individual, klomipramin sekitar 100-200 mg/hari dan sertralin 100 mg/hari.
Sebelum dihentikan, lakukan pengurangan dosis secara tapering off.
Meskipun respons dapat terlihat dalam 1-2 minggu, untuk mendapat hasil yang memadai setidaknya diperlukan waktu 2-3 bulan dengan dosis antara 75-225 mg/hari.
No Nama generik Dosis anjuran
1 Imipramin 75-150 mg/hari
2 Klomopramin 75-150 mg/hari
3 Alprazolam 2-4 mg/hari
4 Moklobemid 300-600 mg/hari
5 Sertralin 50-100 mg/hari
6 Fluoksetin 20-40 mg/hari
7 Parosetin 20-40 mg/hari
8 Fluvoksamin 50-100 mg/hari

2.3      PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT
Pengumpulan data sebelum pengobatan yang meliputi :
o Diagnosa Medis
o Riwayat Penyakit
o Hasil Pemeriksaan Laborat ( yang berkaitan )
o Jenis obat yang digunakan ,dosis,waktu pemberian
o Program terapi yang lain
o Mengkombinasi obat dengan terapi Modalitas
o Pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga tentang pentingnya minum obat secara   teratur dan penanganan efek samping obat.
o Monitoring efek samping penggunaan obat

1. Melaksanakan Prinsip Pengobatan Psikofarmaka :
a. Persiapan
o Melihat order pemberian obat di lembaran obat ( di status )
o Kaji setiap obat yang akan diberikan termasuk tujuan, cara kerja obat, dosis efek samping dan cara pemberian.
o Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang obat
o Kaji kondisi klien sebelum pengobatan
b. Lakukan minimal prinsip lima benar
c. Laksanakan program pemberian obat
o Gunakan pendekatan tertentu
o Bantu klien minum obat dan jangan di tinggal
o Pastikan bahwa obat telah terminum
o Bubuhkan tanda tangan pada dokumentasi pemberian obat , sebagai aspek LEGAL !!
2. Laksanakan program pengobatan berkelanjutan, melalui program rujukan
3. Menyesuaikan dengan terapi non farmakoterapi
4. Turut serta dalam penelitian tentang obat psikofarmaka
Setelah seorang perawat melaksanakan terapi psikofarmaka maka tugas terakhir yang penting harus di lakukan adalah evaluasi. Dikatakan reaksi obat efektif jika :
a.       Emotional Stabil
b.      Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat
c.       Halusinasi,Agresi,Delusi,Menarik diri menurun
d.      Prilaku Mudah di arahkan
e.       Proses Berpikir ke Arah Logika
f.       Efek Samping Obat
g.      Tanda – tanda Vital
Perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi psikofarmakologis yang tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan holistic pada asuhan pasien. Peran perawat meliputi hal – hal sebagai berikut :
1. Pengkajian pasien      
2. Pengkajian pasien memberikan landasan pandangan tentang masing – masing pasien.
3. Koordinasi modalitas terapi
4. Koordinasi ini mengintegrasikan berbagai terapi pengobatan   dan sering kali membingungkan bagi pasien.
5. Pemberian agens psikofarmakologis
6. Program pemberian obat dirancang secara professional dan bersifat individual.
7. Pemantauan efek obat
8. Termasuk efek yang diinginkan maupun efek samping yang dapat dialami pasien.
9. Penyuluhan pasien
10. Memungkinkan pasien untuk meminum obat dengan aman dan efektif.
11. Program Rumatan obat
12. Dirancang untuk mendukung pasien di suatu tatanan perawatan tindak lanjut dalam jangka panjang.
13. Partisipasi dalam penelitian klinis antardisiplin tentang uji coba obat
14. Perawat merupakan anggota tim yang penting dalam penelitian obat yang digunakan untuk mengobati pasien gangguan jiwa.
15. Kewenangan untuk memberi resep
16. Beberapa perawat jiwa yang memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman sesuai dengan undang – undang praktik negaranya boleh meresepkan agens farmakologis untuk mengobati gejala dan memperbaiki status fungsional pasien yang mengalami gangguan jiwa.
Sebelum melakukan pengobatan psikofarmakologis, evaluasi psikiatri yang lengkap harus dilakukan, mencakup hal – hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan fisik
b. pemeriksaan lab
c. Evaluasi status mental
d. Riwayat medis dan psikiatri
e. Riwayat medikasi
f. Riwayat keluarga


BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
Salah satu somatic terapi ( terapi fisik ) pada klien gangguan jiwa adalah pemberian obat psikofarmaka, Psikofarmaka adalah sejumlah besar obat farmakologis yang digunakan untuk mengobati gangguan mental, obat-obatan yang paling sering digunakan di Rumah Sakit Jiwa adalah Chlorpromazine, Halloperidol dan Trihexypenidil. Obat-obatan yang diberikan selain dapat membantu dalam proses penyembuhan pada klien gangguan jiwa, juga mempunyai efek samping yang dapat merugikan klien tersebut, seperti paskinsonisme, pusing, sedasi, pingsan, hipotensi, pandangan kabur dan konstipasi, untuk menghindari hal tersebut perawat sebagai tenaga kesehatan yang langsung berhubungan dengan pasien selama 24 jam, harus mampu mengimbangi terhadap perkembangan mengenai kondisi klien, terutama efek dari pemberian obat psikofarmaka.
Dengan demikian berarti bahwa pengetahuan hanya merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan asuhan keperawtan dalam pemberian obat pada klien gangguan jiwa, dimana masih ada faktor lain yang mempengaruhi seperti : sikap perawat terhadap pelaksanaan, protap pelaksanaan dan kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemberian obat.

3.2  SARAN
Perawat jiwa yang ada di rumah sakit (rumah sakit jiwa, rumah sakit umum, panti kesehatan jiwa, yayasan yang merawat pasien gangguan jiwa), pengajar keperawatan jiwa di sekolah keperawatan, perawat jiwa yang ada di struktur departemen kesehatan dan dinas kesehatan diharapkan bersatu padu untuk menyuarakan kesehatan jiwa pada setiap desempatan mulai dari sekarang lepada setiap orang yang ditemui. Kegiatan yang dilakukan berupa advocacy and action.

DAFTAR PUSTAKA

PENDAHULUAN. PSIKOFARMAKA - FIK UNIVERSITAS PADJADJARAN.http://www.pendahuluan-psikofarmaka.blogspot.com/
http://www.docstoc.com/docs/51615838/PERAN-PERAWAT-PADA-REHABILITASI-KLIEN-GANGGUAN-JIWA
http://satriadwipriangga.blogspot.com/2011/11/psikofarmaka.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar