Penduduk Mesir hamper
homogenous.Pengaruh Mediterania (seperti Arab dan Italia) dan Arab
muncul di utara, dan ada beberapa penduduk asli hitam di selatan. Banyak teori
telah diusulkan mengenai asal-usul orang Mesir, namun tidak ada yang konklusif,
dan yang paling banyak diterima adalah masyarakat Mesir merupakan campuran dari
orang Afrika Timur dan Asiatik yang pindah ke lembah Nil setelah zaman es. Orang Mesir
menggunakan bahasa dari keluarga Afro-Asiatik (sebelumnya dikenal sebagai Hamito-semitic).Mayoritas
penduduk Mesir menetap di pinggir Sungai Nil (sekitar 40.000 km²). Sebagian besar
daratan merupakan bagian dari gurun Sahara yang jarang dihuni.
Mesir terkenal
dengan peradaban kuno dan beberapa monumen kuno termegah di
dunia, misalnya Piramid Giza, Kuil Karnak dan Lembah
Raja serta Kuil
Ramses. Di Luxor,
sebuah kota di wilayah selatan, terdapat kira-kira artefak kuno yang mencakup
sekitar 65% artefak kuno di seluruh dunia. Kini, Mesir diakui secara luas
sebagai pusat budaya dan politikal utama di wilayah Arab dan Timur Tengah.
Bahasa
Mesir silam bertutur bahasa Afro-Asiatik
berkait dengan bahasa Chadic, Berber dan Semitik. Rekod bahasa Mesir silam
telah ditarikh sekitar 3200 BC. Para sarjana meletakkan bahasa Mesir kepada
enam pembahagian mengikut kronologi:
* Mesir Silam (Archaic Egyptian) (sebelum 2600
BC)
* Mesir Lama (Old Egyptian) (2600–2000 BC)
* Mesir Tengah (Middle Egyptian) (2000–1300 BC)
* Mesir Akhir (Late Egyptian) (1300–700 BC)
* Mesir Demotik (Demotic Egyptian) (abad ke 7 BC–abad ke 4 AD)
* Bahasa Coptik (Coptic language) (abad ke 3–abad ke 12 AD)
* Mesir Lama (Old Egyptian) (2600–2000 BC)
* Mesir Tengah (Middle Egyptian) (2000–1300 BC)
* Mesir Akhir (Late Egyptian) (1300–700 BC)
* Mesir Demotik (Demotic Egyptian) (abad ke 7 BC–abad ke 4 AD)
* Bahasa Coptik (Coptic language) (abad ke 3–abad ke 12 AD)
Politik
Mesir
berbentuk republik sejak 18 Juni 1953.
Mesir adalah negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia. Mohamed Hosni Mubarak telah menjabat sebagai Presiden
Mesir selama
lima periode, sejak 14 Oktober 1981 setelah
pembunuhan Presiden Mohammed Anwar el-Sadat. Selain itu, ia juga pemimpin Partai Demokrat Nasional. Perdana Menteri Mesir, Dr. Ahmed Nazif dilantik pada 9 Juli 2004 untuk
menggantikan Dr. Atef Ebeid.
Kekuasaan
diMesir diatur dengan sistem semipresidensial multipartai. Secara teoritis, kekuasaan eksekutif dibagi
antara presiden dan perdana menteri namun dalam prakteknya kekuasaan terpusat
pada presiden, yang selama ini dipilih dalam pemilu dengan kandidat tunggal.
Mesir juga mengadakan pemilu parlemen multipartai.
Pada
akhir Februari 2005, Presiden Mubarak mengumumkan perubahan aturan
pemilihan presiden menuju ke pemilu multikandidat. Untuk pertama kalinya
sejak 1952,
rakyat Mesir mendapat kesempatan untuk memilih pemimpin dari daftar berbagai
kandidat. Namun, aturan yang baru juga menerapkan berbagai batasan sehingga
berbagai tokoh, seperti Ayman
Nour, tidak bisa
bersaing dalam pemilihan dan Mubarak pun kembali menang dalam pemilu.
Pada akhir
Januari 2011 rakyat Mesir menuntut Presiden yang sekarang Berkuasa Hosni
Mubarak untuk meletakan jabatannya. Hingga 18 hari aksi demonstrasi
besar-besaran menuntut Presiden Hosni Mubarak Mundur, akhirnya pada tanggal 11
Februari 2011 Hosni Mubarak resmi mengundurkan diri.Pengunduran diri Hosni
Mubarak ini disambut baik oleh rakyatnya, dan disambut baik oleh dunia
Internasional.
Kebudayaan
Mesir
Sebagian besar masyarakat Mesir Kuno bekerja sebagai petani. Kediaman mereka ini terbuat dari tanah liat yang didesain untuk menjaga udara tetap dingin di siang hari. Setiap rumah memiliki dapur dengan atap terbuka. Di dapur itu biasanya terdapat batu giling untuk menggiling tepung dan oven kecil untuk membuat roti. Tembok dicat warna putih dan beberapa juga ditutupi dengan hiasan berupa linen yang diberi warna. Lantai ditutupi dengan tikar buluh dilengkapi dengan furnitur sederhana untuk duduk dan tidur.
Sebagian besar masyarakat Mesir Kuno bekerja sebagai petani. Kediaman mereka ini terbuat dari tanah liat yang didesain untuk menjaga udara tetap dingin di siang hari. Setiap rumah memiliki dapur dengan atap terbuka. Di dapur itu biasanya terdapat batu giling untuk menggiling tepung dan oven kecil untuk membuat roti. Tembok dicat warna putih dan beberapa juga ditutupi dengan hiasan berupa linen yang diberi warna. Lantai ditutupi dengan tikar buluh dilengkapi dengan furnitur sederhana untuk duduk dan tidur.
Bangsa Mesir Kuno sangat menghargai
penampilan dan kebersihan tubuh. Sebagian besar mandi di Sungai Nil dan
menggunakan sabun yang terbuat dari lemak binatang dan kapur. Laki-laki
bercukur untuk menjaga kebersihan, menggunakan minyak wangi dan salep untuk
mengharumkan dan menyegarkan kulit. Pakaian dibuat dengan linen sederhana yang
diberi warna putih, baik wanita maupun pria di kelas yang lebih elit
menggunakan wig, perhiasan, dan kosmetik. Anak-anak tidak mengenakan pakaian
hingga mereka dianggap dewasa, pada usia sekitar 12 tahun, dan pada usia ini
laki-laki disunat dan dicukur. Ibu bertanggung jawab menjaga anaknya, sementara
sang ayah bertugas mencari nafkah.
Musik dan tarian menjadi hiburan yang paling populer bagi mereka yang mampu membayar untuk melihatnya. Instrumen yang digunakan antara lain seruling dan harpa, juga instrumen yang mirip terompet juga digunakan. Pada masa Kerajaan Baru, bangsa Mesir memainkan bel, simbal, tamborine, dan drum serta mengimpor kecapi dan lira dari Asia. Mereka juga menggunakan sistrum, instrumen musik yang biasa digunakan dalam upacara keagamaan.
Bangsa Mesir Kuno mengenal berbagai macam hiburan, permainan dan kkan dalam urutan acak. Selain itu mereka juga mengenal mehen. Juggling dan permainan menggunakan bola juga sering dimainkan anak-anak, juga permainan gulat sebagaimana digambarkan dalam makam Beni Hasan. Orang-orang kaya di Mesir Kuno juga gemar berburu dan berlayar untuk hiburanmusik, salah satunya adalah Senet,
Musik dan tarian menjadi hiburan yang paling populer bagi mereka yang mampu membayar untuk melihatnya. Instrumen yang digunakan antara lain seruling dan harpa, juga instrumen yang mirip terompet juga digunakan. Pada masa Kerajaan Baru, bangsa Mesir memainkan bel, simbal, tamborine, dan drum serta mengimpor kecapi dan lira dari Asia. Mereka juga menggunakan sistrum, instrumen musik yang biasa digunakan dalam upacara keagamaan.
Bangsa Mesir Kuno mengenal berbagai macam hiburan, permainan dan kkan dalam urutan acak. Selain itu mereka juga mengenal mehen. Juggling dan permainan menggunakan bola juga sering dimainkan anak-anak, juga permainan gulat sebagaimana digambarkan dalam makam Beni Hasan. Orang-orang kaya di Mesir Kuno juga gemar berburu dan berlayar untuk hiburanmusik, salah satunya adalah Senet,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar