Orang tua si Udin mengeluh, anaknya akhir-akhir ini tidak mau
makan di rumah. Selidik punya selidik
ternyata uang jajan dan kebiasaan jajan di sekolah semakin bertambah. Kegiatan di sekolah menyita
waktu terbesar dari aktifitas keseluruhan anak sehari hari, termasuk aktifitas makan. Makanan jajanan di
sekolah ternyata sangat beresiko terjadi cemaran biologis atau kimiawi yang banyak mengganggu
kesehatan. Perilaku makan pada anak usia di sekolah tersebut harus dihatikan secara cermat dan hati-
hati.
ternyata uang jajan dan kebiasaan jajan di sekolah semakin bertambah. Kegiatan di sekolah menyita
waktu terbesar dari aktifitas keseluruhan anak sehari hari, termasuk aktifitas makan. Makanan jajanan di
sekolah ternyata sangat beresiko terjadi cemaran biologis atau kimiawi yang banyak mengganggu
kesehatan. Perilaku makan pada anak usia di sekolah tersebut harus dihatikan secara cermat dan hati-
hati.
Anak
usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus
bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia
harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh
berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan
kuantiĆtas yang baik serta benar. Dalam
masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak
tidak selalu dapat dilaksanakan dengan
sempurna. Sering timbul masalah terutama dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang. Penyimpangan ini
mengakibatkan gangguan pada banyak organ organ dan sistem tubuh anak.
Foodborne diseases atau penyakit bawaan makanan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di banyak negara.
Penyakit ini dianggap bukan termasuk penyakit yang serius, sehingga seringkali
kurang diperhatikan.
PEMBERIAN NUTRISI YANG BAIK DAN BENAR PADA ANAK SEKOLAH
Untuk
memberikan makanan yang benar pada anak usia sekolah harus dilihat dari banyak aspek,seperti
ekonomi, sosial ,budaya,agama,disamping aspek medik dari anak itu sendiri.
Makanan pada anak usia sekolah
harus serasi,selaras dan seimbang. Serasi artinya sesuai dengan tingkat
tumbuh kembang anak. Selaras adalah sesuai dengan kondisi ekonomi,sosial budaya
serta agama dari keluarga. Sedangkan seimbang artinya nilai gizinya harus
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia dan jenis bahan makanan seperti
kabohidrat, protein dan lemak.
Karena
besarnya variasi kebutuhan makanan pada masing-masing anak,maka dalam
memberikan
nasehat makanan pada anak tidak boleh terlalu kaku. Pemberian makanan pada anak tidak boleh
dilakukan dengan kekerasan tetapi dengan persuasif dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya.
Pemberian makan yang baik harus sesuai dengan Jumlah, Jenis dan Jadwal pada umur anak tertentu.
Ketiga hal tersebut harus terpenuhi sesuai usia anak secara keseluruhan, bukan hanya mengutamakan
jenis tapi melupakan jumlahnya atau sebaliknya memberikan jumlah yang cukup tapi jenisnya tidak sesuai
untuk anak. Contoh, pemberian makanan jumlahnya sudah cukup banyak tapi jenis makanannya kurang
mengandung nilai gizi yan baik. Pada usia sekolah sudah harus dibagi dalam jenis kelaminnya mengingat
kebutuhan mereka yang berbeda. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik sehingga
mmerlukan kalori yang lebih banyak dibandingkan anak perempuan. Pada usia ini biasanya anak
perempuan sudah mengalami masa haid sehingga memerlukan lebih banyak protein, zat besi dari usia
sebelumnya.
nasehat makanan pada anak tidak boleh terlalu kaku. Pemberian makanan pada anak tidak boleh
dilakukan dengan kekerasan tetapi dengan persuasif dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya.
Pemberian makan yang baik harus sesuai dengan Jumlah, Jenis dan Jadwal pada umur anak tertentu.
Ketiga hal tersebut harus terpenuhi sesuai usia anak secara keseluruhan, bukan hanya mengutamakan
jenis tapi melupakan jumlahnya atau sebaliknya memberikan jumlah yang cukup tapi jenisnya tidak sesuai
untuk anak. Contoh, pemberian makanan jumlahnya sudah cukup banyak tapi jenis makanannya kurang
mengandung nilai gizi yan baik. Pada usia sekolah sudah harus dibagi dalam jenis kelaminnya mengingat
kebutuhan mereka yang berbeda. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik sehingga
mmerlukan kalori yang lebih banyak dibandingkan anak perempuan. Pada usia ini biasanya anak
perempuan sudah mengalami masa haid sehingga memerlukan lebih banyak protein, zat besi dari usia
sebelumnya.
Sarapan
pagi bagi anak usia sekolah sangatlah penting, karena waktu sekolah adalah
penuh
aktifitas yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar. Untuk sarapan pagi harus memenuhi
sebanyak ¼ kalori sehari. Dengan mengkonsumsi 2 potong roti dan telur; satu porsi bubur ayam; satu
gelas susu dan buah; akan mendapatkan 300 kalori. Bila tidak sempat sarapan pagi sebaiknya anak
dibekali dengan makanan/snack yang berat (bergizi lengkap dan seimbang) misalnya : arem-arem, mi
goreng atau roti isi daging. Makan siang biasanya menu makanannya lebih bervariasi karena waktu tidak erbatas. Makan malam merupakan saat makan yang menyenangkan karena bisa berkumpul dengan keluarga.
aktifitas yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar. Untuk sarapan pagi harus memenuhi
sebanyak ¼ kalori sehari. Dengan mengkonsumsi 2 potong roti dan telur; satu porsi bubur ayam; satu
gelas susu dan buah; akan mendapatkan 300 kalori. Bila tidak sempat sarapan pagi sebaiknya anak
dibekali dengan makanan/snack yang berat (bergizi lengkap dan seimbang) misalnya : arem-arem, mi
goreng atau roti isi daging. Makan siang biasanya menu makanannya lebih bervariasi karena waktu tidak erbatas. Makan malam merupakan saat makan yang menyenangkan karena bisa berkumpul dengan keluarga.
BAHAYA MAKAN JAJANAN
Pada umumnya kebiasaan
yang sering menjadi masalah adalah kebiasaan makan di kantin atau warung di sekitar sekolah dan kebiasaan makan fast
food. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam bahasa Inggris disebut street food menurut FAO
didefisinikan sebagai makanan dan minuman
yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di
tempat-tempat keramaian umum lain yang
langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut.
Jajanan kaki lima dapat mejawab tantangan masyarakat terhadap makanan yang
murah, mudah, menarik dan bervariasi. Anak-anak sekolah umumnya setiap hari
menghabiskan ¼ waktunya di sekolah. Sebuah
penelitian di Jakarta baru-baru ini menemukan bahwa uang jajan anak sekolah
rata-rata sekarang berkisar antara Rp 2000 - Rp 4000 per hari. Bahkan
ada yang mencapai Rp 7000. Sekitar 5% anak-anak tersebut membawa bekal dari rumah. Mereka lebih terpapar pada makanan
jajanan kaki lima dan mempunyai
kemampuan untuk membeli makanan tersebut.
Menariknya,
makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak
36%, protein 29% dan zat besi 52%. Karena itu dapat dipahami peran penting makanan jajanan kaki lima
pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Namun demikian, keamanan jajanan tersebut baik
dari segi mikrobiologis maupun kimiawi masih dipertanyakan. Pada penelitian yang dilakukan di Bogor
telah ditemukan Salmonella Paratyphi A di 25% - 50% sampel minuman yang dijual di kaki lima. Penelitian
lain yang dilakukan suatu lembaga studi di daerah Jakarta Timur mengungkapkan bahwa jenis jajanan
yang sering dikonsumsi oleh anak-anak sekolah adalah lontong, otak-otak, tahu goreng, mie bakso
dengan saus, ketan uli, es sirop, dan cilok. Berdasarkan uji lab, pada otak-otak dan bakso ditemukan
borax, tahu goreng dan mie kuning basah ditemukan formalin, dan es sirop merah positif mengandung
rhodamin B. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan
jajanan kaki lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) ilegal seperti borax (pengempal
yang mengandung logam berat Boron), formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin B (
pewarna merah pada tekstil), dan methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil). Bahan-bahan ini dapat
terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan
penyakit-penyakit seperti antara lain kanker dan tumor pada organ tubuh manusia. Belakangan juga
terungkap bahwa reaksi simpang makanan tertentu ternyata dapat mempengaruhi fungsi otak termasuk
gangguan perilaku pada anak sekolah. Gangguan perilaku tersebut meliputi gangguan tidur, gangguan
konsentrasi, gangguan emosi, hiperaktif dan memperberat gejala pada penderita autism. Pengaruh jangka
pendek penggunaan BTP ini menimbulkan gelaja-gejala yang sangat umum seperti pusing, mual, muntah,
diare atau bahkan kesulitan Luang air besar. Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) dari
WHO yang mengatur dan mengevaluasi standar BTP melarang penggunaan bahan kimia tersebut pada
makanan. Standar ini juga diadopsi oleh Badan POM dan Departemen Kesehatan RI melalui Peraturan
Menkes no. 722/Menkes/Per/IX/1998.
36%, protein 29% dan zat besi 52%. Karena itu dapat dipahami peran penting makanan jajanan kaki lima
pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Namun demikian, keamanan jajanan tersebut baik
dari segi mikrobiologis maupun kimiawi masih dipertanyakan. Pada penelitian yang dilakukan di Bogor
telah ditemukan Salmonella Paratyphi A di 25% - 50% sampel minuman yang dijual di kaki lima. Penelitian
lain yang dilakukan suatu lembaga studi di daerah Jakarta Timur mengungkapkan bahwa jenis jajanan
yang sering dikonsumsi oleh anak-anak sekolah adalah lontong, otak-otak, tahu goreng, mie bakso
dengan saus, ketan uli, es sirop, dan cilok. Berdasarkan uji lab, pada otak-otak dan bakso ditemukan
borax, tahu goreng dan mie kuning basah ditemukan formalin, dan es sirop merah positif mengandung
rhodamin B. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan
jajanan kaki lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) ilegal seperti borax (pengempal
yang mengandung logam berat Boron), formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin B (
pewarna merah pada tekstil), dan methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil). Bahan-bahan ini dapat
terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan
penyakit-penyakit seperti antara lain kanker dan tumor pada organ tubuh manusia. Belakangan juga
terungkap bahwa reaksi simpang makanan tertentu ternyata dapat mempengaruhi fungsi otak termasuk
gangguan perilaku pada anak sekolah. Gangguan perilaku tersebut meliputi gangguan tidur, gangguan
konsentrasi, gangguan emosi, hiperaktif dan memperberat gejala pada penderita autism. Pengaruh jangka
pendek penggunaan BTP ini menimbulkan gelaja-gejala yang sangat umum seperti pusing, mual, muntah,
diare atau bahkan kesulitan Luang air besar. Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) dari
WHO yang mengatur dan mengevaluasi standar BTP melarang penggunaan bahan kimia tersebut pada
makanan. Standar ini juga diadopsi oleh Badan POM dan Departemen Kesehatan RI melalui Peraturan
Menkes no. 722/Menkes/Per/IX/1998.
Wawancara dengan PKL
menunjukkan bahwa mereka tidak tahu adanya BTP ilegal pada bahan baku jajanan yang mereka jual. BTP ilegal menjadi
primadona bahan tambahan di jajanan kaki lima karena harganya murah, dapat memberikan penampilan makanan yang menarik
(misalnya warnanya sangat cerah
sehingga menarik perhatian anak-anak) dan mudah didapat. Lebih jauh lagi, kita
ketahui bahwa makanan yang dijajakan
oleh PKL umumnya tidak dipersiapkan dengan secara baik dan bersih. Kebanyakan PKL mempunyai pengetahuan yang rendah
tentang penanganan pangan yang aman, mereka
juga kurang mempunyai akses terhadap air bersih serta fasilitas cuci dan buang
sampah. Terjadinya penyakit bawaan makanan pada jajanan kaki lima dapat
berupa kontaminasi baik dari bahan baku,
penjamah makanan yang
tidak sehat, atau
peralatan yang kurang
bersih, juga waktu
dan temperatur penyimpanan yang tidak tepat.
UPAYA PERBAIKKAN
Untuk
mengurangi paparan anak sekolah terhadap makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak
aman, perlu dilakukan usaha promosi keamanan pangan baik kepada pihak
sekolah, guru, orang tua, murid, serta pedagang. Sekolah dan pemerintah
perlu menggiatkan kembali UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Materi komunikasi tentang keamanan
pangan yang sudah pernah dilakukan oleh Badan POM dan Departemen Kesehatan
dapat ditingkatkan penggunaannya
sebagai alat bantu
penyuluhan keamanan pangan di
sekolah-sekolah.
Perlu
diupayakan pemberian makanan ringan atau makan siang yang dilakukan di
lingkungan sekolah. Hal
ini dilakukan untuk mencegah agar anak tidak sembarang jajan. Koordinasi oleh
pihak sekolah, persatuan orang tua murid dibawah konsultasi
dokter sekolah atau Pusat Kesehatan Masyarakat setempat untuk dapat menyajikan makanan ringan pada
waktu keluar istirahat yang bisa diatur porsi dan nilai
gizinya. Upaya ini tentunya akan lebih murah dibanding anak jajan diluar
disekolah yang tidak ada jaminan gizi dan kebersihannya.
Dengan
menyelenggarakan kegiatan makanan tambahan tersebut, diharapkan mendapat
keuntungan, misalnya : anak sudah ada jaminan makanan disekolah,
sehingga orang tua tidak khawatir dengan makanan yang dimakan anaknya disekolah. Ibu
yang selalu khawatir biasa memberi bekal makanan pada anaknya. Kalau makanan
yang baik dan bergizi tersedia disekolah, akan meringankan tugas ibu. Dalam
kegiatan ini bisa pula dikenalkan berbagai jenis bahan makanan yang mungkin
tidak disukai anak ketika disajikan
dirumah, tetapi akan
menerima ketika disajikan
disekolah. Dengan demikan
anak dapat mengenal aneka bahan
pangan.
Banyak
studi yang menunjukkan persentase anak sekolah Amerika yang kelebihan berat
badan bertambah hampir tiga kali lipat dalam 20 tahun
terakhir. Kecenderungan tersebut diduga akibat makanan faft food (junk food) dan
kurang olahraga. Pengalaman yang bisa diambil jadi contoh yaitu kebijakan baru
di Los Angeles dalam beberapa tahun ke depan
akan menghilangkan tahap demi tahap minuman ringan di mesin-mesin penjaja dan kafetaria. Minuman
yang dianggap tak bermanfaat itu akan diganti dengan air putih, susu dan buah-buahan dan minuman olahraga.
Hal ini menunjukkan statu kepedulian terhadap kesehatan anak usia sekolah.
Bahaya yang senantiasa
mengancam kesehatan anak usia sekolah karena perilaku makan ini harus
diperhatikan oleh semua pihak. Orang tua, guru, persatuan orang tua murid dan guru, pemerintah daerah
khususnya departemen pendidikan dan departemen kesehatan harus mulai mengambil langkah cepat
berkoordinasi untuk melakukan upaya perbaikkan. Perlu dipikirkan pembuatan peraturan atau
diperhatikan oleh semua pihak. Orang tua, guru, persatuan orang tua murid dan guru, pemerintah daerah
khususnya departemen pendidikan dan departemen kesehatan harus mulai mengambil langkah cepat
berkoordinasi untuk melakukan upaya perbaikkan. Perlu dipikirkan pembuatan peraturan atau
kebjaksanaan
baik oleh pihak sekolah atau instansi terkait sehingga dapat mengatasi masalah
ini. Peningkatan perhatian kesehatan anak usia sekolah ini
diharapkan dapat mengciptakan peserta didik yang sehat, cerdas dan berprestasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar