“Ardi, loe tau nggak. Serly anak cewek di lokal sebelah?” tanya Dion sambil menikmati jus pesananya di kantin sekolah. Saat itu memang jam istirahat.
Ardi menghentikan aktifisas mengaduk – aduk kuah bakso pesanannya. Menoleh kearah Dion lurus. Serly?. Tentu saja ia kenal. Itu cewek kan yang selama ini ia taksir diam – diam.
Hanya saja ia belum berani untuk mengungkapkannya. Bukan, tentu saja bukan karena takut di tolak. Bukan bermaksut sombong atau sok kepedean, tapi memang sudah menjadi rahasia umum kalau ia memiliki wajah di atas rata – rata Kalau nggak boleh di bilang keren.
Jadi mustahil ia ditolak cewek. Hanya saja selama ini ia belum memiliki kesempatan untuk mengungkapkannya. Tapi kenapa tiba – tiba Dion menanyakannya?.
“Kayaknya gue naksir deh sama tu anak”.
“Uhuk uhuk” Ardi yang baru memasukan sesuap kuah baksonya kontan langsung tersedak mendengar kalimat lanjutan yang keluar dari mulut temannya barusan.
“Ah elo, kalau makan hati – hati donk” Kata Dion sambil menyodorkan segelas air putih kearah Ardi yang langsung diteguk habis olehnya.
“Loe bilang apa barusan?. Loe naksir sama dia?” Tanya Ardi langsung.
Tanpa menyadari nada aneh plus kaget dari Ardi dengan santai Dion mengangguk.
“Iya, rencananya besok gue mau nembak dia. Loe sebagai sahabat doain gue ya. Semoga aja gue di terima sama dia. Sekalian hari ini biar gue yang traktir deh.
Ardi hanya terdiam. Tiba – tiba napsu makannya langsung menguap begitu saja. Bakso yang ada di hadapannya sama sekali sudah tak mampu menarik minatnya. Pikirannya hanya satu. Sahabatnya akan menyatakan cinta pada cewek yang di taksirnya. Astaga,,....
Setelah menbereskan buku – bukunya Ardi segera melangkah pulang. Teriakan Dion yang memintanya untuk berbarengan sama sekali tidak ia indahkan. Moodnya benar – benar memburuk. Sambil melamun ia terus melangkah sampai tanpa sadar tubuhnya bertabrakan dengan seseorang yang kebetulan baru muncul dari pintu kelas sebelah yang ia lewati. Sepertinya cewek itu tadi juga melangkah tanpa melihat – lihat karena sibuk membalas sms dari hape nya yang kini sudah tergeletak berhamburan di lantai.
“Aduh, sory sory sory. Gue nggak sengaja” Kata Ardi sambil berjonkok mengambil bagian – bagian benda mungil yang bernasip tidak beruntung itu.
“Yah, hape gue. Rusak donk” Keluh cewek itu yang membuat Ardi merasa tidak enak. Dan betapa terkejut nya ia saat menyadari kalau cewek yang berdiri tepat di hadapannya ternyata Seryl. Cewek yang selama ini di taksirnya. Bahkan sekarang temannya juga ikut – ikutan.
“Sory.
Gue tadi beneran nggak sengaja. Tapi coba bentar gue liat” kata Ardi sambil mengulurkan tanggannya meminta seryl untuk menyerahkan batray hape yang berada di tangannya.
Beberapa menit kemudian hape itu sudah kembali terpasang seperti semula. Dengan hati – hati Ardi mencoba untuk menyalakannya. Setelah menunggu beberapa saat barulah benda mungil itu menyala. Dan untung saja sepertinya masih berfungsi dengan baik sehingga Ardi bisa merasa sedikit lega dan langsung menyerahkan pada pemiliknya.
“Ardi?” Pertanyaan bernada bingung sekaligus kaget meluncur dari mulut Seryl yang sepertinya memang baru menyadari siapa yang menabraknya karena tadi perhatiannya hanya terpusat pada hapenya. Sementara Ardi sendiri seperti orang bodoh hanya yang hanya menganggukan kepala sambil tersenyum simpul. Hei, bukankah kebanyakan orang akan terlihat bodoh bila bersama orang yang di sukainya. Dan sepertinya ardi juga termasuk kedalam katagori orang – orang bodoh tersebut.
“Drrrtt...”
Getaran hape di tangan Seryl mengetkannya. Matanya hanya memperhatikan raut wajah Serly yang mengerakan jarinya dengan lincah. Mengetikan kata yang Ardi sendiri tidak tau apa.
“Eh, gue udah di tungguin sama kakak gue. Sory ya gue duluan” Pamit Seryl sambil berlalu. Dan lagi – lagi Ardy hanya membalasnya dengan anggukan. Barulah setelah bayangan gadis itu hilang dari pandangan ia menyesali dirinya sendiri yang tadi sama sekali tidak berkutik. Hilang sudah kesempatan untuk mengenal gadis itu lebih jauh. Dengan lemes ia segera melangkah menuju kearah parkiran. Dimana motornya berada.
Keesokan harinya ardi hanya mampu menatap Dion yang kini duduk di sampingnnya dengan heran. Kenapa tampang sahabatnya hari ini terlihat kusut sekali. Berbanding balik dengan wajah yang ia lihat terakhir kalinya kemaren.
“Kenapa loe?” Tanya Ardi.
“Nggak papa” Balas Dion tanpa minat.
Ardi kembali terdiam. Diliriknya jam yang melingkar di tangan. Pukul tujuh kurang 15 menit. Masih ada sekitar setengah jam’an sebelum pelajaran pertama di mulai. Setelah menimbang – nimbang untuk beberpa saat akhirnya mulutnya terbuka. Sama sekali tidak mampu menahan rasa penasarannya.
“Oh ya, gimana kemaren. Loe jadi nembak dia?” tanya Ardi sambil berusaha menjaga nada bicaranya agar tetap terdengar datar.
“Hufh...” Dion tampak menghembuskan nafas beratnya. “Itu yang bikin gue hari ini nggak semagat. Gue di tolak sama dia”.
“O....” Mulut Ardi hanya mampu beroh ria. Tiba – tiba saja ia merasa lega mendengar berita yang baru saja di dengarnya. Tapi karena tak ingin di angap tertawa atas penderitaan orang lain Ardi kembali terdiam.
“Dia bilang dia udah naksir sama cowok laen”.
“Apa?” Tanya Ardi refleks saat mendegar alasan yang keluar dari mulut Dion. “Siapa?” Sambung Adri lagi. Dion hanya angkat bahu. Dan sebelum mulut Ardi kembali terbuka untuk bertanya kemunculan bu sitah di depan pintu kelas sudah terlebih dahulu menginterupsinya. Mau tak mau Ardi terpaksa menelan kembali rasa keingin tahuannya.
***
Begitu jam istirahat bukannya kekantin seperti biasa Ardi justru malah keperpustakaan. Ada buku yang harus ia cari. Setelah mendapakan buku yang ia cari Ardi segera melakah menuju kearah meja. Beberapa menit kemudian ia hanyut kedalam buku yang ia baca. Mengerjakan tugas yang harus ia selesaikan secepatnya. Karena keasikan ia Sama sekali tidak menyadari orang – orang disekelilingnya.
Begitu tugasnya selesai, Ardi segera bangkit berdiri. Pada saat bersamaan seseorang yang sedari tadi duduk di sebelahnya juga berdiri. Hampir saja Ardi terjungkal jatuh karena kaget saat menyadari seryl yang sedang menatapnya lurus.
“Asik banget kayaknya. Sampe gue sedari tadi disini sampe nggak nyadar”.
“He?” Ardy mengernyit bingung. Sementara seryl sendiri hanya angkat bahu sambil tersenyum kemudian segera berlalu.
Seolah baru menyadari sesuatu setengah berlari Ardy menyusul seryl keluar kampus.
“Seryl tunggu”.
“Kenapa?” tanya Seryl sambil menatap mata Ardy yang kini berdiri tepat di hadapannya.
“Ehem... Gue boleh nanya nggak?”.
Seryl tidak menjawab. Ia hanya memberikan isarat agar Ardy melanjutkan ucapnnya.
“Kemaren Doni nembak elo ya?”.
Walau bingung tapi seryl tetap mengangguk.
“Terus katanya loe tolak?”.
Lagi – lagi Seryl hanya membalas dengan anggukan.
“Kenapa?” Tanya Ardy lagi.
Kali ini Seryl terdiam. Mencoba mencerna maksut ardy menanyakan hal itu padanya.
“Memangnya dia nggak bilang alasannya?” bukannya menjawab Seryl malah balik bertanya.
“Dia bilang si, katanya loe udah naksir sama cowok laen. Bener?”.
Seryl hanya angkat bahu.
“Siapa?” tanya Ardy tidak mampu menahan rasa ingin taunya.
Untuk sejenak Serly menarik nafas berlahan. Sambil tersenyum ia menatap kearah Ardy yang terlihat sedikit gelisah menanti jawabannya.
“Loe yakin pengen tau”.
Walau tidak yakin ia benar – benar ingin tau, namun tak urung Ardy mengangguk.
“Elo”.
“Ha?” Mulut Ardy terbuka. Asli nggak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.
“Elo. Orang yang gue suka itu elo” Seryl menegaskan kalimatnya dengan santai.
Ardy terdiam. Kali ini ia yakin ia tidak salah dengar. Ditatapnya Seryl yang kini berdiri tepat di hadapan dengan senyum yang menhiasi bibir nya. Dan pada detik berikutnya senyuman yang sama juga menghiasi bibir Ardy.
“Gue juga suka sama loe. Nggak, maksut gue sangat”.
Dan kali ini senyuman lebar benar – benar menghiasi Bibir keduanya. Hei, Cinta memang selalu datang pada waktunya bukan?.
End?.
He he he, Endingnya maksa banget ya?. Maklum aja lah. Namanya juga ide dadakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar