MODUL 2
KARAKTERISTIK,
KLASIFIKASI DAN PROFIL
KEMAMPUAN
KOGNITIF
Pendahuluan
Karakteristik
dan klasifikasi pengembangan kognitif merupakan pengetahuan yang harus dimiliki
guru anak usia dini, termasuk di dalamnya guru Taman Kanak-kanak. Pengetahuan karakteristik
dan klasifikasi pengembangan kognitif ini, dapat memungkinkan guru untuk
menyusun program stimulasi sesuai dengan tahapan perkembangan anak.
Setiap
anak dilahirkan dengan jumlah potensi yang berbeda. Perbedaan Individual (individual diferences) inilah yang
menyebabkan adanya perbedaan kemampuan pada setiap anak walaupun usia mereka sama.
Setelah mempelajari dengan seksama Modul 5 ini, diharapakan
dapat :
1.
Menjelaskan
karakteristik anak usia TK 4 – 6 tahun
2.
Menjelaskan
teori dasar perkembangan kognitif
3.
Mengidentifikasi
klasifikasi perkembangan kognitif
4.
Membuat
program stimulasi berdasarkan karakteristik dan klasifikasi perkembangan
kognitif.
KEGIATAN BELAJAR 1
KARAKTERISTIK DAN TEORI PERKEMBANGAN
KOGNITIF
A.
KARAKTERISTIK ANAK USIA TK 4 – 6 TAHUN
Pada saat memasuki usia
3 tahun bisaanya seorang anak akan semakin mandiri dan mulai mendekatkan diri
pada teman-teman sebayanya. Pada tahap usia ini anak mulai menyadari apa yang
dirasakan dan apa yang telah mampu dilakukan dan belum mampu ia lakukan.
Perilaku usia 3 tahun
diwarnai imajinasi, umumnya ia masih sulit untuk membedakan atara imajinasi
dengan realitas. Keadaan ini semua membuatnya tampak seperti pembual kecil,
sebagian besar dari mereka bahkan sering kali memiliki teman imajiner. Namun
hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena kegiatan berfantasi bagi anak usia ini
merupakan hal yang penting dan merupakan refleksi dari perkembangan tubuhnya
yang sehat.
Pada tahap selanjutnya,
sekitar usia 4 tahun seorang anak semakin bersemangat untuk mempelajari hal
yang baru. Keadaan ini ditandai dengan semakin seringnya anak mengajukan
pertanyan sebagai wujud dari rasa keingintahuannya, seperti : “ Kenapa adik
bayi harus minum susu ibu (ASI maksudnya) ? “. Rasa ingin tahu anak semakin
hari akan semakin banyak variasi pertanyaan yang juga semakin kompleks. Namun
hal ini tidak terlalu dikhawatirkan dan perlu diingat bahwa keadaan ini
merupakan fase normal yang bisa di lewati setiap anak. Untuk itu bantulah anak
melewati fase ini dengan baik lewat sikap bijaksana dengan cara memberikan
penjelasan yang bersifat wajar dan sesuai dengan tingkat kemampuan berpikirnya.
Pada umumnya di akhir
usia 4 tahun daya khayal anak semakin menipis seiring dengan meningkatnya
kemampuan memahami realitas. Kemampuan mengatasi masalah pun meningkat, anak
mulai mahir mengungkapkan apa yang di rasakan dengan cara yng lebih tepat.
Masa kanak-kanak
khususnya usia 3 – 5 tahun, pada sebagian besar anak merasakan seolah-olah
sebagai masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan. Umumnya masa kanak-kanak
dibagi menjadi masa kanak-kanak awal dan akhir. Salah satu ciri tertentu dari
periode awal masa kanak-kanak tercermin dalam sebutan yang bisaanya diberikan
oleh orang tua, pendidik dan ahli psikologi, yaitu usia sulit. Sebagian besar orang tua menganggap awal masa
kanak-kanak sebagai usia yang mengundang masalah. Pada masa ini mereka sering
bandel, keras kepala, tidak menurut/negativisme dan melawan atau sering kali
marah tanpa alasan. Selain itu masa kanak-kanak awal sering kali dianggap
sebagai usia bermain yang
sesungguhnya.
Bagi para pendidik,
masa kanak-kanak awal diidentikkan sebagai usia prasekolah karena pada masa ini
sebagian besar anak-anak sudah mulai mengikuti pendidikan “ formal “ seperti di
Kelompok Bermain, Taman Kanak-kanak ataupun sanggar-sanggar kreatifitas yang
disediakan untuk anak-anak.
Masa usia 3 – 5 tahun ini juga disebut dengan
masa berkelompok mengingat perkembangan utama yang terjadi selama awal masa
kanak-kanak berkisar seputar penguasaan dan pengendalian lingkungan, banyak
ahli psikolog melabelkan awal masa kanak-kanak sebagai usia penjelajahan. Suatu hal yang menonjol pada fase ini adalah
munculnya berbagai bentuk kreatifitas dalam bermain sehingga para ahli
menamakan periode ini sebagai masa kreatif.
Dapat dikatakan usia 3
– 5 tahun adalah usia keemasan bagi
anak. Selain ditandai dengan munculnya masa peka terhadap sejumlah aspek
perkembangan masa ini ditandai dengan berbagai bentuk kreatifitas dalam bermain
yang muncul dari daya imajinasi anak.
Merujuk dari masa yang
di lewati anak pada usia 3 – 5 tahun maka periode ini merupakan masa yang
penting bagi perkembangan anak di masa mendatang. Sebagai implikasinya, untuk
membantu anak dalam mencapai keberhasilan perkembangannya maka perlu kiranya
dipikirkan suatu program stimulasi untuk mengembangkan potensi anak usia 3 – 5
tahun.
Peran dan tanggung
jawab pendidik pada proses pembimbingan dan pengasuhan pada anak sangatlah
besar. Terutama dalam membantu anak melewati masa terpenting dalam rentang usia
3 – 5 tahun. Namun kenyataannya, banyak pendidik yang belum sepenuhnya memahami
tentang perkembangan anak usia ini. Minimnya pemahaman ini, tentunya akan
berakibat bagi perkembangan anak yaitu dapat mengendapkan “The Hidden Potency” yang telah dimiliki oleh anak. Untuk
menghindari hal tersebut maka perlu dikembangkan program layanan yang terpadu
untuk mengembangkan semua potensi yang ada pada anak dan dilakukan secara
terus-menerus dan berkesinambungan.
B.
TEORI DASAR PERKEMBANGAN KOGNITIF
Pada rentang usia 3 – 4
sampai 5 – 6 tahun, anak mulai memasuki masa prasekolah yang merupakan masa
persiapan untuk memasuki pendidikan formal yang sebenarnya di Sekolah Dasar.
Menurut Montessori masa ini ditandai dengan masa peka terhadap segala stimulasi
yang diterima dari pancaindranya.
Mengenai perkembangan
kognitif, Piaget berpendapat bahwa anak pada rentang usia ini, masuk dalam perkembangan
berpikir Praoperasional Konkret pada saat ini sifat Egosentris pada anak
semankin nyata.
Menurut usia ini,
Hurlock (1996) berpendapat untuk membuat anak kecil mengerti agama, konsep
keagamaan diajarkan dalam bahasa sehari-hari dan contoh dari kehidupan
sehari-hari.
Menurut Sigmund Freud,
anak yang berada pada rentang usia 3 – 5 tahun berada pada tahap falish.
Perhatian anak pada saat ini berhubungan dengan peran seksnya (Nur’aeni 1997)
Pada rentang usia 3 – 5
tahun anak mulai memasuki usia prasekolah atau taman kanak-kanak. Apabila orang
tua memberikan respons yang kurang baik terhadap tingkah laku anak maka anak
dikhawatirkan tidak akan dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
Montessori dalam buku
Pendidikan anak prasekolah (1999) mengatakan tentang masa peka. Ini merupakan
sesuatu teori yang sangat khas dari Montessori dan banyak di terima oleh banyak
tokoh pendidikan anak. Menurutnya, dalam rentang perkembangan anak usia 3 – 5
tahun, akan muncul keadaan dimana suatu potensi menunjukkan kepakaan (sensitif)
untuk berkembang (Patmonodewo, 2000).
Dewey dalam Soejono (1980)
mengatakan bahwa pendidik harus memberikan kesempatan pada setiap anak untuk
dapat melakukan sesuatu, baik secara individual maupun kelompok sehingga anak
akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan. Sekolah dijadikan laboratorium
bekerja bagi anak-anak.
Sedangkan menurut Piaget
dalam Tedjasaputra (2001) mengemukakan bahwa tahap perkembangan kognitif usia 3
– 5 tahun merupakan tahap Praoperasional konkret. Pada tahap ini anak dapat
memanipulasi objek simbol, termasuk kata-kata yang merupakan karakteristik
penting dalam tahap ini. Hal ini dinyatakan dalam peniruan yang tertunda dan
dalam imajinasi pura-pura ketika bermain.
Elizabeth B. Hurlock (1999)
mengatakan bahwa usia 3 – 5 tahun adalah masa permainan. Bermain dengan
benda/alat permainan dimulai sejak usia satu tahun pertama dan akan mencapai
puncaknya pada usia 5 – 6 tahun. Sigmund Freud mengemukakan bahwa anak pada
usia 3 – 5 tahun mengalami masa falish. Dalam tahap ini alat-alat kelamin
merupakan daerah perhatian yang penting dan pendorong aktivitas.
Sedangakan Gessel dan
Amatruda mengemukakan bahwa anak usia 3 – 4 tahun mulai berbicara secara jelas
dan berarti. Kalimat-kalimat yang diucapkan anak semakin baik. Ia menamakan
masa ini sebagai masa perkembangan fungsi bicara. Pada usia 4 – 5 tahun, yaitu
masa belajar matematika. Dalam tahap ini anak sudah mulai belajar matematika
sederhana, misalnya menyebutkan bilangan, menghitung urutan bilangan dan
penguasaan jumlah kecil dari benda-benda (Wasty Soemanto).
Anak juga belum
memusatkan perhatiannya pada dua dimensi yang berbeda secara serempak (Gunarsa,
1987). Sedangakan menurut Paul E. Torrance, pada usia 3 tahun kreatifitas anak
mulai meningkat dan akan mencapai puncaknya pada usia 3 dan 4, 5 tahun, lalu
menurun pada usia 5 tahun ketika anak masuk sekolah.
Menurut Sigmund Frued,
rentang usia 3 – 5 mulai mengamati bentuk tubuhnya dan juga tubuh orang lain,
perkembangan kepribadiannya juga makin kompleks. Sifat egosentrisnya menjadi
kuat, pada masa ini pula dalam diri anak tercampur rasa bangga, kacau, dan
kebencian.
Berikut akan
diidentifikasikan karakteristik perkembangan kognitif anak usia 3 – 4 tahun
sampai usia 5 – 6 tahun berdasarkan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli
di atas dan tugas perkembangan pada masa anak prasekolah :
1.
Memahami
konsep makna berlawanan, kosong/penuh atau ringan/berat.
2.
Menunjukkan
pemahaman mengenai di dasar/di puncak, di belakang/di depan, di atas/di bawah.
3.
Mampu
memadankan bentuk lingkaran atau persegi dengan objek nyata.
4.
Sengaja
menumpuk kotak atau gelang sesuai ukuran.
5.
Mengelompokkan
benda yang memiliki persamaan : warna, bentuk atau ukuran.
6.
Mampu
mengetahui mengetahui dan menyebutkan umurnya.
7.
Memasangakan
dan menyebutkan benda yang sama, misalnya : “ apa pasangannya cangkir “.
8.
Mencocokkan
segitiga, persegi panjang dan wajik.
9.
Menyebutkan
lingkaran dan kotak jika diperhatikan.
10. Memahami konsep
lambat/cepat, sedikit/banyak, tipis/tebal, sempit/luas.
11. Mampu memahami apa yang
harus dilakukan jika tali sepatu lepas, jika haus dan jika mau keluar saat
hujan.
12. Mampu menerangkan,
mengapa seseorang memiliki : kunci, lemari pakaian, mobil, dll.
13. Menyentuh dan
menghitung 4 - 7 benda.
14. Merangkai kegiatan
sehari-hari dan menunjukkan kapan setiap kegiatan dilakukan.
15. Mengenal huruf kecil
dan huruf besar.
KEGIATAN BELAJAR 2
KLASIFIKASI DAN PROFIL KEMAMPUAN
KOGNITIF
A.
KLASIFIKASI PENGEMBANGAN KOGNITIF
Dengan pengetahuan
pengembangan kognitif akan lebih mudah bagi orang dewasa lainya dalam
menstimulasi kemampuan kognitif anak sehingga akan tercapai optimalisasi potensi
pada masing-masing anak.
Adapun tujuan
pengembangan kognitif diarahkan pada pengembangan kemampuan auditory, visual,
taktil, kinestetik, aritmatika, geometri dan sains permulaan.
Berikut ini akan diuraikan masing-masing
bidang pengembangan di atas :
1.
Pengembangan Auditory (PA)
Kemampuan ini berhubungan dengan bumi atau indra
pendengaran anak. adapun kemampuan yang akan dikembangkan, antar lain :
a.
Mendengarkan
atau menirukan bumi yang didengar sehari-hari.
b.
Mendengarkan
cerita dengan baik.
c.
Mengetahui
asal suara.
d.
Mengikuti
ritmik dengan bertepuk tangan.
2.
Pengembangan Visual (VV)
Kemampuan ini berhubungan dengan penglihatan,
pengamatan, perhatian, tanggapan dan persepsi anak terhadap lingkungan
sekitarnya. Adapun kemampuan yang akan dikembangkan, antara lain :
a.
Mengenali
benda-benda sehari-hari.
b.
Mengetahui
benda dan ukuran, bentuk atau dari warnanya.
c.
Mengenali
namanya sendiri bila tertulis.
d.
Mengenali
huruf dan angka.
3.
Pengembangan Taktil (PT)
Kemampuan ini berhubungan dengan tekstur (indra
peraba). Adapun kemampuan yang akan dikembangkan, antara lain :
a.
Mengembangkan
kesadaran akan indra sentuhan.
b.
Mengembangkan
kesadaran dengan berbagai tekstur.
c.
Bermain
air.
d.
Meremas
kertas Koran.
4.
Pengembangan kinestetik (PK)
Kemampuan yang berhubungan dengan kelancara gerak
tangan /keterampilan tangan atau motorik halus yang mempengaruhi perkembangan kognitif.
Kemampuan ini dapat dikembangkan dengan :
a.
Melukis
dengan cat air.
b.
Mewarnai
dengan sederhana.
c.
Menjiplak
huruf-huruf geometri.
d.
Mampu
menulis.
5.
Pengembangan Aritmatika (PAr)
Berhubungan dengan kemampuan yang diarahkan untuk
kemampuan berhitung atau konsep berhitung permulaan. Adapun kemampuan yang akan
dikembangkan, antara lain :
a.
Mengenali
atau membilang angka.
b.
Menyebut
urutan bilangan.
c.
Menghitung
benda.
d.
Mengenali
himpunan dengan nilai bilangan berbeda.
6.
Pengembangan Geometri (PG)
Kemampuan ini berhubungan dengan pengembangan konsep
bentuk dan ukuran adapun kemamouan yang dikembangkan, antara lain :
a.
Memilih
benda menurut warna, bentuk dan ukurannya.
b.
Mencocokan
benda menurut warna, bentuk dan ukurannya.
c.
Menciptakan
bentuk dari kepingan geometri.
d.
Mengenal
ukuran panjang, berat dan isi.
7.
Pengembangan Sains Permulaan (PS)
Kemampuan ini berhubungan dengan berbagai pecobaan
atau demonstrasi sebagai suatu pendekatan secara saintifik atau logis, tetapi
tetap dengan mempertimbangkan tahapan berpikir anak. Adapun kemampuan yang akan
dikembangkan, antara lain :
a.
Mengeksplorasi
berbagai benda yang ada di sekitar.
b.
Mengadakan
berbagai percobaan sederhana.
c.
Mengkomunikasikan
apa yang telah diamati dan diteliti
Contoh kegiatan yang dapat dikembangkan
melalui permainan, sebagai berikut.
a.
Mengenal
asal mula sesuatu.
b.
Benda-benda
dimasukkan ke dalam air.
c.
Mengenal
sebab akibat sakit gigi.
d.
Balon
ditiup lalu dilepas.
B.
PROGRAM STIMULASI
Berdasarkan karakteristik
dan klasifikasi pengembangan kognitif yang telah dijelaskan diatas maka
selanjutnya akan diuraikan tentang berbagai program stimulasi yang dapat dikembangkan
dalam kegiatan belajar melalui bermain. Penyajian akan dilakukan dengan cara
mengidentifikasi indikator dan kemudian dijabarkan tentang kegiatan yang
disarankan untuk dilakukan.
Mari kita simak
berikut ini !
1.
Dengan
kemampuan semakin kuat, anak akan banyak mengajukan pertanyaan.
2.
Mampu
menyebutkan nama dan umur secara lengkap.
3.
Mampu
mengenali berbagai bunyi.
4.
Dapat
menyebut hari-hari dalam seminggu.
5.
Mampu
mengingat dan menyanyikan lagu-lagu sederhana dengan kalimat pendek.
6.
Mampu
menggunakan konsep waktu yang sederhana seperti kemaren, besok, sekarang, tadi,
nanti, dan mengetahui perbedaan pagi dan siang.
7.
Anak
menggunakan benda sebagai simbol untuk manusia dan mampu mengambil peran
pura-pura sendiri.
8.
Sulit
membayangkan segala sesuatu dari perspektif orang lain (sifatnya masih
egosentris).
9.
Tidak
bisa mengerti penalaran abstrak/logika.
10. Daya imajinasi tinggi.
11. Mengenal paling sedikit
6 warna dan menyebutnya satu persatu.
12. Mampu memasangkan
gambar-gambar dari benda yang dikenal.
13. Mampu membuat gambar
berdasarkan ingatannya.
14. Mampu menyebutkan nama
benda dan mengenal sifat/keadaan benda.
15. Mampu mengenal dan
menyebutkan perbedaan kasar halus.
16. Mampu mengelompokkan
benda menurut permukaan/tekstur (kasar/halus).
17. Kemampuan menggambar
meningkat dan lengkap, misalnya orang terdiri dari kepala, badan, lengan.
18. Bermain balok mainan
dan mampu menyusun menara/balok 3 – 7 balok.
19. Mampu menyusun bangun
dasar geometri menjadi satu bentuk bangunan baru.
20. Mampu menyusun kembali
keping-keping sederhana.
21. Mampu menciptakan suatu
bentuk dari kertas, plastisin, beberapa
potongan lidi, bilah kayu, biji-bijian, sedotan atau barang-barang bekas yang
lain.
22. Mampu menyebutkan
urutan bilangan dari 1 – 10.
23. Mampu membilang (mengenal
konsep bilangan) dengan benda benda dari 1 – 10.
24. Mampu menghubungkan
konsep bilangan sama dan tidak sama, lebih dan kurang, banyak dan sedikit.
25. Mengerti arti separuh
dan satu.
26. Mengenal penambahan dan
pengurangan 1 – 10 dengan menggunakan benda-benda.
27. Mampu mengelompokkan
benda-benda menurut jenis-jenis, ukuran, bentuk, warna dan ciri-ciri tertentu.
28. Dapat membedakan
bentuk-bentuk geometri.
29. Mampu mencocokan
sesuatu, misalnya mencocokan benda-benda yang mempunyai bentuk yang sama.
30. Mampu membuat
perbandingan benda-benda menurut ukuranya.
31. Rasa ingin tahunya
semakin besar, bahkan diikuti oleh kegemarannya bereksperimen dengan apa yang
ditemukannya di alam sekitar.
32. Tertarik mengamati
mengapa ada benda-benda di dalam air, mereka cukup bingung memandangi benda
lain yang mengapung diatas permukaan air
33. Mulai mengajukan
pertanyaan-pertanyaan filosofi misalnya yang berkaitan dengan tema kehidupan
dan kematian.
34. Mengenal sebab akibat
misalnya mengapa kita sakit gigi ? mengapa kita lapar ?
35. Mengetahui asal mula
sesuatu, misalnya nasi berasal dari apa ?
36. Mampu mencoba dan
menceritakan apa yang akan terjadi bila :
a.
Warna
dicampur.
b.
Biji
di tanam.
c.
Balon
ditiup lalu dilepas.
d.
Benda-benda
dimasukkan kedalam air.
e.
Benda-benda
dijatuhkan, dll.
37. Mampu mencoba dan
menceritakan apa yang terjadi jika :
a.
Benda-benda
kecil dilihat dengan kaca pembesar.
b.
Besi
berani didekatkan dengan bermacam benda.
MODUL 3
TEORI
PERKEMBANGAN KOGNITIF
Pendahuluan
Aspek
kognitif memegang peranan yang sangat penting dalam diri seseorang maka ada
beberapa orang yang tertari untuk memperlajari hal tersebut, diantaranya adalah
Jean Piaget.
Piaget
dibantu oleh istrinya melakukan observasi terhadap tingkah laku dan perkembangan
ketiga anaknya. Hal ini dilakukannya melalui sebuah penelitian yang sangat
berarti bagi kemajuan pengetahuan dibidang pendidikan anak.
Setelah mempelajari dengan seksama modul 3 ini,
diharapakan anda dapat menjelaskan teori perkembangan kognitif (bagian 1).
Secara khusus setelah mempelajari modul 3 ini, anda
diharapkan dapat :
1.
Menjelaskan
tentang kognisi dan permasalahannya.
2.
Menjelaskan
pentingnya pengembangan aspek kognitif pada anak.
3.
Menjelaskan
model pengembangan kognitif Piaget.
4.
Menjelaskan
tahapan pengembangan kognitif.
5.
Menjelaskan
cara pengolahan informasi.
6.
Menjelaskan
tentang proses eksekutif metakognisi.
KEGIATAN BELAJAR 1
ARTI KOGNISI DAN TAHAP PERKEMBANGAN
KOGNITIF
A.
ARTI KOGNISI DAN PERMASALAHAN
Piaget dilahirkan pada
tanggal 9 agustus 1896 di Neuchatel, Swiss. Ayahnya ahli sejarah di universitas
Neuchatel, dan digambarkan sebagai seorang yang rasional dan sistematik dalam
cara berpikir, dimana banyak ditiru oleh Piaget.
Istilah kognitif mulai
banyak dikemukakan ketika Jean Piaget banyak ditulis dan dibicarakan lagi pada
kira-kira tahun 1960-an.
Kognisi dapat diartikan
sebagai pengetahuan yang luas, daya nalar, kreatifitas (daya cipta), kemampuan
berbahasa, serta daya ingat (Tedjasaputra, 2001). Piaget sendiri mengemukakan
bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil dari kematangan organisme, bukan
pula pengaruh lingkungan saja, melainkan interaksi antara keduanya. Dalam
pandangan ini organism aktif mengadakan hubungan dengan lingkungan. Perbuatan
atau lebih jelas lagi penyesuaian terhadap objek-objek yang ada
dilingkungannya, yang merupakan proses interaksi yang dinamis inilah yang
disebut kognisi.
Proses kognisi meliputi
aspek-aspek persepsi, ingatan, pikiran, symbol, penalaran dan pemecahan
persoalan. Dalam psikologi kognitif bahasa menjadi salah satu objek materialnya
karena bahasa merupakan perwujudan fungsi-fungsi kognitif.
B.
PENTINGNYA MENGEMBANGKAN ASPEK KOGNITIF PADA ANAK
Semua kecerdasan yang lebih tinggi, termasuk intuisi
ada dalam otak sejak lahir. Dan selama lebih dari tujuh tahun pertama kehidupan,
kecerdasan ini dapat disingkapkan jika dirawat dengan baik. Hal dibawah ini
adalah beberapa persyaratan yang harus di penuhi agar kecerdasan dapat terawat
dengan baik, yaitu :
1.
Stuktur
saraf bagian bawah harus cukup berkembang agar energi dapat mengalir ke tingkat
yang lebih tinggi.
2.
Anak
harus merasa aman secara fisik dan emosional.
3.
Harus
ada model untuk memberikan perangsangan yang wajar.
Pada anak dapat diberikan
kesempatan untuk mengembangkan daya ciptanya secara bebas, baik melalui coretan
yang mereka buat, cerita yang mereka ungkap, serta hasil karya lainnya.
C.
MODEL PENGEMBANGAN KOGNITIF JEAN PIAGET
Teorinya
mengenai perkembangan kognitif ialah “anak ternyata bukan merupakan miniatur
replika orang dewasa dan cara berpikir anak-anak tidak sama dengan cara berpikir
orang dewasa“.
Perkembangan kognitif dengan demikian
memiliki 4 aspek :
1.
Kematangan
2.
Pengalaman
3.
Transmisi
sosial
4.
Ekuilibrasi
System mengatur yang dikemukakan oleh Piaget
mempunyai 2 faktor :
1.
Skema
Yaitu
pola teratur yang melatar belakangi tingkah laku tersebut terpengaruh oleh apa
yang masuk kemulut.
2.
Adaptasi
Adaptasi
dibagi dalam dua proses yang saling mengisi :
a.
Asimilasi
Secara
khusus pengasimilasian sebuah objek baru kedala skema lama, misalnya :
-
Bayi
akan meraih, memegang, melihat dan menggoyang-goyangkan sebuah boneka.
-
Gerakan
menghisap ibu jari seorang bayi sama
dengan gerakan menghisap ketika ia menyusu ibunya.
b.
Akomodasi
Pada
akomodasi terjadi perubahan pada subjeknya agar ia bisa menyesuaikan terhadap
objek yang ada diluar dirinya.
D.
TAHAPAN PENGEMBANGAN KOGNITIF
Tahap-tahap
perkembangan kognitif Piaget dibagi menjadi 4 tahapan yaitu :
1.
Tahap
Sesori motor
Pada tahap ini bayi menggunakan kemampuan perasaan
dan motor untuk memahami dunia. Berawal dari reflek dan berakhir dengan
kompinasi kompleks dari kemampuan sensori motor.
2.
Tahap
Pra-Operasional
Tahap ini anak mempunyai gambaran mental dan mampu
untuk berpura-pura, langkah pendek untuk menggunakan simbol.
Contoh
yang paling terkenal dari pra-operasional, Piaget menghubungkan dengan ketidak
mampuan mereka dalam mengamati volume air.
3.
Tahap
Konkret-Operasional
Dalam tahap ini anak tidak hanya menggambarkan simbol,
tetapi dapat memanipulasi simbol secara terbuka. Cukup sebuah prestasi ! tetapi
pada point ini mereka harus masih menampilkan cara kerja ini tanpa konteks dari
situasi konkret.
4.
Tahap
Formal-Operasional
Dari sekitar 12 tahun, kita memasuki tahap
formal-operasional. Tahap ini kita menjadi semakin bertambah kompeten pada
orang dewasa. Gaya berpikir melibatkan penggunaan operasional logika dan
menggunakannya secara abstrak.
KEGIATAN BELAJAR 2
PENGOLAHAN INFORMASI DAN PROSES
EKSEKUTIF METAKOGNISI
A.
PENGOLAHAN INFORMASI
Banyak para ahli di Amerika menekankan variasi
perubahan yang lebih luas, dibandingkan informasi oleh Piaget :
-
Pertama,
mereka tertari bagaimana anak memperoleh pengetahuan faktual sementara mereka
menjadi matang dan bagaimana mereka menghubungkan fakta yang berbeda.
-
Kedua,
bagaimana suatu jajaran luas proses kognitif berubah, anak-anak menjadi penuh
rencana.
-
Ketiga,
seperti Piaget para ahli psikologi pengolahan informasi menaruh perhatian pada
kapasitas anak untuk berhubungan dan beroperasi pada lebih banyak informasi
secara serentak dengan semakin bertambahnya usia.
B.
PROSES EKSEKUTIF : METAKOGNISI
Metakognitif adalah pengetahuan seorang anak
mengenal dan mengendalikan fungsi kognitif mereka sendiri. Salah satu jenis
metakognisi adalah metamemori, yaitu pemahaman anak akan cara kerja ingatannya.
1.
Beberapa
proses eksekutif atau fungsi metakognitif
a.
Formulasi
masalah dan kemungkinan pemecahanya
Suatu
masalah yang ditemukan menemukan jalan keluar, langkah pertama yang dilakukan
adalah menentukan tujuan yaitu memecahkan masalah tersebut.
b.
Kesadaran
akan proses kognitif yang diperlukan untuk pemecahan masalah
Seorang
anak menyadari pengetahuan dan fungsi kognitif yang di perlukan untuk
memecahkan masalah dan menyesuaikan usaha seseorang dengan fungsi-fungsi
tersebut.
c.
Aktifitas
kaidah dan starategi kognitif
Muncul
secara alamiah setelah fungsi kedua anak harus mengaktifkan proses segera
setelah ia menyadari proses kognitif yang diperluakan memecahkan masalah.
d.
Flexibilitas
yang meningkat
Kemampuan
menyingkirkan pemecahaan yang tidak efisien dan mencari pemecahan yang lebih
baik.
e.
Kontrol
atas distraksi dan ansietas
Memelihara
perhatian yang tefolus pada masalah, menolak distraksi (gangguan, kebingungan)
dan mengenalikan asietas (ketakutan).
f.
Pemonitoran
proses pemecahan masalah
Monitor
berarti mendengar, mencacat, dan mengingat. Anak yang lebih besar lebih
konsisten dalam melacak performansi yang tengah berlangsung dan menyesuaikan
dengan tuntutan tugas.
g.
Kesetiaan
dalam pemikiran
Seseorang
menggunakan pemikirannya untuk memecahkan masalah dan apabila merasa kesulitan
untuk memecahkannya ia berhenti sejenak untuk mencari solusi yang lebih baik
untuk memecahkan masalah itu.
h.
Keinginan
untuk pemecahan yang bagus
Standar
umum untuk memecahkan masalah di miliki oleh seorang anak untuk menghasilkan
pemecahan yang terbaik dari masalah yang dimilikinya.
2.
Pemakaian
kaidah
Penerapan
kaidah merupakan proses kognitif yang melengkapi urutan pemecahan masalah.
Kaidah memberikan operasi yang harus dilakukan atas informasi untuk
menghasilkan informasi baru. Kaidah ini dapat dihasilkan melalui inferensi atau
di pelajari langsung.
Kemampuan untuk menangani kaidah secara serentak
merupakan perubahan yang penting dalam pemecahan masalah. Penghambat yang dalam
kehidupan yang sulit melepaskan kaidah lama yang bermanfaat pada masa lalu
dalam menghasilkan kaidah yang lebih efektif.
MODUL 4
TEORI
PERKEMBANGAN KOGNITIF 2
(LEV VYGOTSKY)
Pendahuluan
Tidak ketinggalan dari Piaget, Vygotsky
juga mencoba untuk berperan didalam dunia pendidikan lewat teori-teori yang
telah dikemukakan berdasarkan penenelitiannya. Ia mengajarkan literatur dalam
sekolah dasar serta memberikan kuliah pada lembaga pelatihan guru.
Teori perkembangannya disebut sebagai
teori kebudayaan-kesejarahan teorinya banyak memberikan perubahan cara berpikir
para ahli psikologi tentang perkembangan dan cara para pendidik bekerja dengan
anak.
Setelah mempelajari dengan seksama
modul 4 ini, ada diharapkan :
1.
Menjelaskan
pandangan Vygotsky tentang perkembangan kognitif.
2.
Menjelaskan
tentang prinsip dasar Vygotsky.
3.
Menjelaskan
tentang tujuan pembelajaran dari model Vygotsky.
4.
Menerapkan
model pembelajaran dari Vygotsky pada program kegiatan belajar di taman kanak-kanak.
KEGIATAN BELAJAR 1
PRINSIP DASAR VYGOTSKY TENTANG
PERKEMBANGAN KOGNITIF
Vygotsky
mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya
dan sejarahnya pemikiran Vygotsky yang sangat cemerlang adalah tentang fungsi
alat berpikir (Tool of the mind) pada setiap individu yang tentunya berbeda
antara satu individu dengan individu lainnya.
A.
PEMAHAMAN VYGOTSKY TENTANG KEGUNAAN ALAT BERPIKIR
Secara
spesifik Vygotsky mengemukakan beberapa kegunaan alat berpikir yaitu :
1.
Membantu
memecahkan masalah
Melalui alat berpikir inilah seseorang akan mampu
mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang dihadapinya.
2.
Memudahkan
dalam melakukan tindakan
Menurut Vygotsky dengan alat berpikirnya setiap
individu akan dapat memilih tindakan atau perbuatan yang seefektif dan
seefisien mungkin dalam mencapai tujuan.
3.
Memperluas
kemampuan
Melalui keberfungsian alat berpikirlah setiap
individu akan mampu memperluas wawasan berpikirnya memalui berbagai aktifitas
untuk mencari dan menemukan berbagai pengetahuan yang ada di sekitarnya.
4.
Melakukan
sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya
Alat berpikir pada manusia pada dasarnya akan
berkembang secara alamiah mengikuti apa yang terjadi dilingkungannya. Semakin
banyak stimulasi yang diperoleh anak saat ia berinteraksi dengan lingkungannya
maka akan semakin cepat berkembangnya fungsi berpikir.
Vygotsky mengemukakan bahwa peningkatan fungsi-fungsi
mental seseorang terutama berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya dan
bukan sekedar dari individu itu sendiri. Teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat
disebut sebagai pendekatan ko-kontruktivisme, yaitu suatu proses mengkonstruksi
sesuatu pengetahuan baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat
di dalamnya.
Vygotsky
percaya bahwa proses kognitif tertinggi yang berkembang saat anak berada di
sekolah adalah saat terjadinya interaksi antara anak dan guru.
Pada uraian berikut akan dijelaskan lebih lanjut
tentang ketiga konsep teori Vygotsky yang sesuai denan teori
revolusi-sosiokultural.
a.
Hukum
genetik tentang perkembangan (Genetic law of development)
Belajar dan perkembangan merupakan dua proses
berbeda tetapi secara kompleks berhubungan yang satu dengan yang lainnya. Vygotsky
berpendapat bahwa belajar dan perkembangan merupakan perkembangan kualitatif
dalam pandangan yang tidak hanya diperoleh melalui akumulasi fakta-fakta dan
ketrampilan-ketrampilan.
b.
Zona
perkembangan proksimal (Zone of proximal development)
ZPD merupakan satu dari banyak cara yang diketahui
dari konsep Vygotsky, untuk mengonsep hubungan antara pembelajaran dan
perkembangan. ZPD diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan yang belum
matang yang masih pada proses pematangan.
Selanjutnya Vygotsky mengemukakan tentang empat
tahapan ZPD yang terjadi dalam perkembangan dan pembelajaran, yaitu :
a.
Tahap
1 : Tindakan anak masih dipengaruhi atau dibantu orang lain.
b.
Tahap
2 : Tindakan anak didasarkan atas inisiatif sendiri.
c.
Tahap
3 : Tindakan anak berkembang spontan dan terinternalisasi.
d.
Tahap
4: Tindakan spontan akan terus diulang-ulang hingga anak siap untuk berpikir
secara abstrak.
c.
Mediasi
Menurut Vygotsky, kunci utama untuk memahami proses sosial
psikologis adalah tanda-tanda atau lambang-lambang yang berfungsi sebagai
mediator. Mekanisme hubungan antara pendekatan sosiokultural dan fungsi-fungsi
mental didasari oleh tema mediasi semiotik. Artinya tanda atau lambang beserta
makna yang terkandung didalamnya berfungsi sebagai penghubung antara
rasionalitas-sosiokultural (intermental) dengan individu sebagai tempat
berlangsungnya proses mental (wertsch).
B.
PRINSIP DASAR VYGOTSKY
Vygotsky mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang
harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarah. Vygotsky membuat kerangka dasar yang menjadi
prinsip dalam memahami aspek psikologis pendidikan anak, prinsip yang dimaksud
adalah :
1.
Anak
Membangun berbagai pengetahuan
Vygotsky
meyakini bahwa anak-anak menyusun pengetahuan mereka sendiri secara aktif dan
tidak secara pasif menghasilkan berbagai pengetahuan tersebut.
2.
Perkembangan
kognitif tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial
Menurut
Vygotsky, konteks sosial mempengaruhi cara belajar seseorang tentang sikap dan
kepercayaan. Konteks tersebut terdiri atas beberapa tingkatan sebagai berikut.
a.
Tingkatan
interaksi perantara di mana setiap anak melakukan interaksi pada saat-saat
tertentu.
b.
Tingkatan
stuktural yang mencakup struktur sosial yang berpengaruh pada anak-anak seperti
keluarga dan sekolah.
c.
Tingkatan
sosial dan budaya secara umum yang mencakup ciri-ciri masyarakat seperti
bahasa, sistem numeric dan penggunaan teknologi.
Moll dan Greenberg
(dalam Moll, 1994) melakukan studi dan menemukan adanya jaringan-jaringan erat,
luas dan kompleks di dalam dan diantara keluarga-keluarga.
Menurut Vygotsky,
perolehan pengetahuan dan perkembangan koginitif seseorang seiring dengan teori
sociogenesis. Dimensi kesadaran sosial bersifat primer, sedangkan dimensi
individualnya bersifat derivative atau merupakan turunan dan bersifat sekunder
(Palincsar, Wertsh dan Tulviste, dalam supratiknya, 2002).
KEGIATAN BELAJAR 2
TUJUAN DAN IMPLEMENTASI MODEL
PEMBELAJARAN VYGOTSKY
Ada
bagian berikut ini akan diberikan contoh bagaimana rencana kerja Vygotsky yang
mungkin untuk diterapkan pada aktifitas dalam pembelajaran di kelas-kelas anak
usia dini. Pada dasarnya pembagian aktivitas dalam semua konteks memerlukan
perkembangan termasuk :
1.
Aktivitas
yang menggunakan otot besar atau kasar.
2.
Kecerdasan
matematika.
3.
Permainan
drama dan interaksi sosial.
4.
Waktu
berkumpul atau pertemuan kelompok.
Vygotsky menggunakan konsep aktivitas terprogram
untuk menentukan model interaksi antara anak-anak dengan lingkungan sosial yang
mendasari pemenuhan kebutuhan perkembangan. Suatu aktivitas terprogram
merupakan model interaksi yang akan :
1.
Mengahasilkan
pemenuhan kebutuhan utama perkembangan
2.
Memberikan
dasar untuk aktifitas lainnya
3.
Mendorong
terciptanya proses mental baru dan penataan yang lebih matang
Aktivitas terprogram merupakan kegiatan yang
dilakuakan untuk mengoptimalkan perkembangan anak.
Aktivitas
terprogram pada tiap tahap perkembangan
Tahap
|
Aktivitas
Terprogram
|
Pemenuhan
Perkembangan
|
Bayi
|
Komunikasi Emosional
|
Mendekatkan perasaan,
memanipulasi objek, tindakan gerak sensoris sederhana.
|
Kanak-kanak
|
Memanipulasi
Objek
|
Berpikir
sensoris, penampilan konsep diri.
|
Persekolah
|
Bermain
|
Berimajinasi, fungsi
simbolik dan integratif dari emosi dan perpikir.
|
Sekolah Dasar
|
Aktivitas
Belajar
|
Mulai berpikir
yang bersifat teoristis, timbul fungsi-fungsi mental tinggi, motivasi
intrinsik untuk belajar.
|
IMPLEMENTASI
MODEL PEMBELAJARAN VYGOTSKY
Block Building
Dalam
pengembangan berbagai potensi anak usia dini dapat dilakukan melalui berbagai
aktivitas yang terprogram untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak. Beberapa
aktivitas yang dapat dirancang guru dalam ruang kelas tersebut diantaranya
adalah Block Building.
Bahan yang dibutuhkan : Balok konstruksi, kertas
konstuksi, bentuk yang akan dijadikan balok, dan kertas.
Tujuan : Bangunan balok betujuan membimbing
pengaturan atau pengendalian diri, perencanaan dan kordinasi sebagai peranan
pada anak-anak prasekolah serta memberi prasarana yang memperlihatkan ungkapan
simbolik (gambaran) dan manipulasi konkret, ketika anak membuat bangunan balok
secara bersama-sama, masing-masing anak tidak saling berbicara dalam
mengonstruksikan bangunan balok yang tidak disadari oleh anak bahwa mereka
melakukan aktivitas berbagai prosedur atau tahapan kerja.
a.
Menyatukan
Sebuah Rencana
1.
Semua
anak didorong untuk menguraikan apa yang mereka rencanakan
2.
Dan
rencana tersebut dapat diubah dan digantikan agar lebih baik, anak-anak
merundingkan apa yang akan mereka bangun.
3.
Menyusun
balok dapan dirancang untuk aktivitas bersama dengan peraturan-peraturan khusus
yang disetujui oleh anak-anak atau atas saran dari guru.
b.
Mendorong
Anak Kerja Dalam Stuktur Bersama
Dengan bermain balok bersama, anak belajar mengatur
sesama teman, mengatur diri mereka sendiri dan membahas ide-ide mereka sendiri.
c.
Pemetaan
(Mapping)
Pemetaan dan perencanaan menunjukkan kemampuan
berpikir simbolik mengembangkan kemampuan bahasa anak serta bertindak sebagai
mediator eksternal.
d.
Penyusunan
Pola (Making Patern)
Penyusunan pola tidak hanya mengembangkan kemampuan
anak-anak memahami hubungan yang mendasari antara berbagai objek, tetapi juga
menunjukkan secara praktis penggunaan simbol-simbol untuk mengungkapkan
berbagai hubungan itu.
e.
Permainan
Dramatic (Dramatik Play)
Permainan dramatic merupakan suatu kegiatan
mengungkapkan seluruh fungsi mental tinggi, pengendalian diri dan berbagai
fungsi simbolik.
f.
Menyampaikan
Cerita (Story Telling)
Menyampaikan cerita biasanya memberikan keuntungan
dalam mengembangkan bahasa dan kreativitas.
g.
Penulisan
Jurnal (Journal Writing)
Penulisan jurnal merupakan suatu kegiatan yang
memiliki banyak makna dalam membantu anak-anak menguasai pembicaraan secara
tertulis dan memberikan makna untuk belajar kerampilan pemahaman secara khusus
seperti bunyi koresponden surat.
h.
Kemahiran
berbahasa
1.
Sumber
berpikir dan bahasa
Vygotsky
berpendapat bahwa seorang anak pertama kali tampak menggunakan bahasa untuk
interaksi sosial yang dangkal, tetapi lambat laun bahasa akan menjadi bentuk
cara berpikir.
2.
Arti
kata dan bentuk konsep
Seseorang
anak menyadari bahwa bahasa merupakan segala sesuatu yang mempunyai nama,
masing-masing objek baru ditunjukkan oleh anak dengan sebuah situasi masalah
dan ia memecahkan masalah tersebut dengan menamai objek tersebut.
3.
Vygotsky’s
sosial constructivism
Kemampuan
kognitif dan pola pikir bukanlah dasar yang ditentukan oleh faktor bawaan,
tetapi hasil dari aktivitas atau lingkungan dimana individu tersebut tinggal.
4.
Berpikir,
bahasa dan perkembangan intelektual
Menurut Vygotsky,
pengertian yang jelas hubungan antara berpikir dan bahasa dibutuhkan untuk
memahami perkembangan intelektual. Bahasa tidak hanya ekspresi dari pengetahuan
anak yang telah diperoleh, ada hubungan yang mendasar antara bepikir dan
berbicara dalam tingkat pertama ketika diadakan penelitian terhadap yang
lainnya. Bahasa menjadi penting dalam membentuk pemikiran dan menentukan
kelebihan seseorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar