MAKALAH KARDIOVASKULER DEFEK SEPTUM VENTRIKULAR

MAKALAH KARDIOVASKULER
DEFEK SEPTUM VENTRIKULAR




Disusun Oleh :




Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maharani Malang
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
2013/2014



DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang……………………………………………………………… 1
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum……………………………………………………………………..… 2
2. Tujuan Khusus………………………………………………………………………. 3
1.3   Manfaat…………………………………………………………………………… 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. LAPORAN PENDAHULUAN  VENTRIKULAR SEPTUM DEFEK (VSD)
2.1 Anatomi dan Fisiologi Jantung…………………………………………………….. 4
2.2 Definisi VSD............................................................................................................. 8
2.3 Etiologi...................................................................................................................... 9
 2.4 Patofisiologi.............................................................................................................. 10 2.5 Manifestasi Klinik................................................................................................ ..... 12
2.6 Klasifikasi.................................................................................................................. 12
2.7 Gambaran klinis......................................................................................................... 12
2.8 Pemeriksaan penunjang dan diagnostik..................................................................... 14
2.9 Komplikasi................................................................................................................. 14
2.10 Penatalaksanaan....................................................................................................... 14
2.11 Cara Mengatasi VSD ( Ventricular Septal Defect  )…………………………………….. 15
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian…………………………………………………………………………… 16
2. Analisa Data………………………………………………………………………… 20
3. Diagnosa Keperawatan……………………………………………………………… 22
4. Rencana Asuhan Keperawatan……………………………………………………… 22
5. Evaluasi……………………………………………………………………………… 26
BAB III PEMBAHASAN KELOMPOK…………………………………………….. 27
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………… 28
4.2 Saran……………………………………………………………………………….. 28
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 29


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan jantung yang paling sering ditemukan pada bayi dan anak. Kelainan ini ditemukan sekitar 8 tiap 1000 kelahiran hidup.
Gejala klinis PJB bervariasi dari yang paling ringan tanpa gejala sampai dengan yang paling berat dengan gejala sianosis dan gagal jantung pada neonatus yang memerlukan tindakan intervensi atau bedah segera setelah lahir.
Sebelum era intervensi berkembang, semua jenis penyakit jantung bawaan harus dioperasi. Dengan berkembangnya tehnik kateterisasi dan intervensi ,sebagian dari kelainan ini dapat ditatalaksana tanpa operasi. Di beberapa negara yang sudah maju seperti Malaysia, Australia, dan negara maju lainnya, tindakan intervensi sudah dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu dan sudah dipakai sebagai prosedur standar penangan kelainan jantung ini. Kelebihan tindakan intervensi dibandingkan dengan operasi adalah pasien terbebas dari risiko bedah,lama rawat yang singkat dan secara kosmetik lebih baik karena tidak ada bekas jaringan parut di kulit khususnya pada anak perempuan. Kendala yang dihadapi untuk negara kita masih berkisar pada harga yang masih sedikit relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tindakan operasi. Tapi kalau dihitung jumlah total keseluruhannya termasuk beban psikologis pasien dan keluarganya, sebenarnya biaya intervensi tersebut lebih murah.
Di Indonesia, walaupun belum ada data PJB yang akurat, namun masalah PJB jelas telah memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh baik dari dokter umum maupun spesialis. Data Polildinik Jantung Anak di Bagian Anak FKUI— RSCM1 melaporkan peningkatan jumlah pengunjung dari 241 menjadi 512 padatahun 1970 dan 1973. Jumlah PJB (72%) lebih tinggi dari Penyakit Jantung Didapat (28%), dan jumlah konsultasi berasal dari Dokter umum (47%) tidak jauh berbeda dari dokter spesialis (53%).
Tubuh manusia terdiri dari berbagai system, diantaranya adalah system kardiovaskuler. System ini menjalankan fungsinya melalui organ jantung dan pembuluh darah. Dimana organ yang memiliki peranan penting dalam hal ini adalah jantung yang juga merupakan organ besar dalam tubuh .Jantung adalah organ berupa otot berbentuk kerucut.
Fungsi utama jantung adalah untuk memompakan darah ke seluruh tubuh dengan cara mengembangdan menguncup yang disebabkan oleh karena adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom. Seperti pada organ-organ yang lain, jantung juga dapat mengalami kelainan ataupun disfungsi. Sehingga munculah penyakit jantung yang dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu penyakit jantung didapat dan penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan adalah kelainan struktural jantung yang kemungkinan terjadi sejak lahir dan beberapa waktu setelah bayi dilahirkan. Salah satu jenis penyakit jantung yang tergolong penyakit jantung bawaan adalah VSD yang paling sering ditemukan, yaitu 30% dari semua jenis penyakit jantung bawaan. Pada sebagian kasus, diagnosis kelainan ini ditegakkan setelah melewati masa neonates, karena pada minggu-minggu pertama bising yang bermakna biasanya belum terdengar oleh karena resistensi vascular paru masih tinggi dan akan menurun setelah 8-10 minggu. Untuk menghindari atau mencegah penyebab dari penyakit ini semaksimal mungkin perawat harus berusaha memberikan nasehat terutama pada ibu yang sedang hamil untuk tidak mengkonsumsi alkohol ataupun pengobatan sembarangan
Atas dasar itulah, kami membahas lebih lanjut mengenai Ventrikel septum defek yang kurang diketahui oleh masyarakat, khususnya mengenai Asuhan Keperawatan pada Klien Ventrikel septum defek.  Sehingga diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien Ventrikel septum defek

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang VSD ( Ventrikel septum defek ) dan mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi pulmonal.

2. Tujuan Khusus
  Untuk mengetahui anatomi fisiologi Ventrikel septum defek
  Untuk mengetahui definisi Ventrikel septum defek
  Untuk mengetahui etiologi dan patofisiologi pada Ventrikel septum defek
  Untuk mengetahui manifestasi klinis pada Ventrikel septum defek
  Untuk mengetahui klasifikasi pada ventrikel septum defek
  Untuk mengetahui gambaran klinis pada ventrikel septum defek
  Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dan diagnostic pada ventrikel septum defek
  Untuk mengetahui komplikasi dari ventikel septum defek
  Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada ventrikel septum defek
  Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi VSD
  Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang di berikan pada pasien Ventrikel septum defek

1.3   Manfaat
  Bagi mahasiswa
Dari makalah ini akan menyediakan informasi yang sangat berguna untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai penyakit Ventrikel septum defek
  Bagi pendidikan
Untuk pendidikan keperawatan, informasi yang didapat dari makalah ini akan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi pengembangan pembelajaran asuhan keperawatan Ventrikel septum defek


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. LAPORAN PENDAHULUAN  VENTRIKULAR SEPTUM DEFEK (VSD)
2.1 Anatomi dan Fisiologi Jantung
  Embriologi Jantung
Embriogenesis jantung merupakan serangkaian proses yang kompleks.Untuk keperluan pemahaman , proses yang rumit tersebut dapat disederhanakan menjadi empat tahapan, yaitu :
1.Tubing
yaitu tahapan ketika bakal jantung masih merupakan tabung sederhana
2. Looping
yakni suatu peristiwa kompleks berupa perputaran bagian-bagian bakal jantung dan arteri besar (aorta dan a. Pulmonalis)
3.Septasi
yakni proses pemisahan bagian-bagian jantung serta arteri besar dengan pembentukan berbagai ruang jantung
4.Migrasi
yakni pergeseran bagian-bagian jantung sebelum mencapai bentuk akhirnya.
            Perlu diingat bahwa keempat proses tersebut benar-benar merupakan proses yang
            terpisah, namun merupakan rangkaian proses yang saling tumpang tindih.
5. Sirkulasi darah pada janin dan bayi
terdapat perbedaan, antara lain :
Pada janin terdapat pirau intrakardiak (foramen ovale) dan pirauekstrakardiak (duktus arteriosus Botalli, duktus venosus Arantii) yang efektif.Arah pirau adalah dari kanan ke kiri, yakni dari atrium kanan ke kiri melalui foramen ovale dan dari pulmonalis menuju ke aorta melalui duktusarteriosus.
a.   Pada sirkulasi pasca lahir pirau intra maupun ekstra kardiak tersebut tidak ada.
b.     Pada janin ventrikel kiri dan kanan bekerja serentak, sedang pada keadaan pasca lahir ventrikel kiri berkontraksi sedikit lebih awal dari ventrikel kanan.
c.      Pada janin ventrikel kanan memompa darah ke tempat dengan tahananyang lebih tinggi, yakni tahanan sistemik, sedang ventrikel kiri melawan tahanan yang rendah yakni plasenta. Pada keadaan pasca lahir ventrikel kanan akan melawan tahanan paru, yang lebih rendah daripada tahanan sistemik yang dilawan ventrikel kiri.
d.      Pada janin darah yang dipompa oleh ventrikel kanan sebagian besar menuju ke aorta melalui duktus arteriosus, dan hanya sebagian kecil yang menuju ke paru. Pada keadaan pasca lahir darah dari ventrikel kanan seluruhnya ke paru.
e.       Pada janin paru memperoleh oksigen dari darah yang mengambilnya dari plasenta; pasca lahir paru memberi oksigen kepada darah.
f.       Pada janin plasenta merupakan tempat yang utama untuk pertukaran gas,makanan, dan ekskresi. Pada keadaan pascalahir organ-organ lain mengambil alih berbagai fungsi tersebut.
g.      Pada janin terjamin berjalannya sirkuit bertahanan rendah oleh karena terdapatnya plasenta. Pada keadaan pasca lahir hal ini tidak ada.

  Anatomi Jantung
Jantung terletak didalam rongga mediastinum dari ronga dada (toraks)diantara kedua paru. Selaput yang melapisi jantung disebut perikardium yangterdiri atas 2 lapisan:
Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan selaput paru.
Perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri yang juga disebut epikardium.
Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan perikardium sebagai pelumas yang berfungsi mengurangi gesekan akibat gerak jantung saat memompa.Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan:
1. Lapisan luar disebut epikardium atau perikardium.
2. Lapisan tengah merupakan lapisan berotot, disebut miokardium.
3. Lapisan dalam disebut endokardium.

Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu dua ruang yang berdinding tipis disebut atrium (serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel (bilik).
1. Atriuma
a.       Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan darah yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kavasuperior, vena kava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Dari atrium kanan kemudian darah di pompakan keventrikel kanan.
b.      Atrium kiri menerima darah yang kaya akan oksigen dari parumelalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah dialirkan ke ventrikelkiri. Antara kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septumatrium.

2.Ventrikel
a.       Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan yang kemudian dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis.  
b.      Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri kemudianmemompakannya ke seluruh tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.
•         Katup jantung terdiri atas:
1. Katup Atrioventrikuler
Merupakan katup yang terletak diantara atrium dan ventrikel, katup antara atrium kanan dan ventrikel  kanan mempunyai tiga buah daun katup disebut Katup trikuspidalis, Sedangkan katup yang terletak diantara atrium kiri dan ventrikel   kiri mempunyai dua buah daun katup disebut katup bikuspidalis  atau katup mitral .Katup AV memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium keventrikel pada waktu diastole ventrikel, serta mencegah aliran balik ke atrium pada saat sistol ventrikel.

2. Katup Semilunar
Katub semilunar terdiri atas katub pulmonal dan katup aorta. Katup pulmonal, terletak antara arteri pulmonalis dan ventrikel kanan. Katup aorta,terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup semilunar  terdiri dari 3 daun katup. Adanya katup semilunar memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel  ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistol ventrikel, dan mencegah aliran balik ke ventrikel  sewaktu diastole ventrikel. Pembuluh darah di otot jantung terdiri atas:
1.      Arteri Koroner Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik. Sirkulasi koroner terdiri dari: arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri. Arteri koroner  bermuara di sebelah atas daun katup aorta yang disebut ”sinus valsava”.
2.      Vena Jantung Distribusi  vena koroner sesungguhnya paralel dengan distribusi arteri koroner. Sistem vena jantung terdiri dari 3 bagian: vena tebesian, vena kardiakaanterior, sinus koronaria.

•         Fisiologi Jantung
Lingkaran sirkulasi jantung dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitusirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Namun demikian terdapat juga sirkulasi koroner yang juga berperan sangat penting bagi sirkulasi jantung.
1. Sirkulasi Sistemik
a.       Mengalirkan darah ke berbagai organ tubuh.
b.      Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda.
c.       Memerlukan tekanan permulaan yang besar.
d.      Banyak mengalami tahanan.e.Kolom hidrostatik panjang.

2. Sirkulasi Pulmonal
a.       Hanya mengalirkan darah ke paru.
b.      Hanya berfungsi untuk paru-paru.
c.       Mempunyai tekanan permulaan yang rendah.
d.      Hanya sedikit mengalami tahanan.
e.       Kolom hidrostatiknya pendek.

3.Sirkulasi Koroner
Efisiensi  jantung sebagi pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi  yang cukup pada otot jantung itu sendiri. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa oksigen untk miokardium melalui cabang-cabang intramiokardial yang kecil-kecil. Aliran darah koroner meningkat pada:
•Peningkatan aktifitas
•Jantung berdenyut
•Rangsang sistem saraf simpatis.

2.2 Definisi VSD

Ventrikel septum defek (VSD) adalah suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan.(Rita &Suriadi, 2001).
VSD adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan ventrikel kanan dan ventrikel kiri. (Heni dkk, 2001).
VSD adalah kelainan jantung berupa tidak sempurnanya penutupan dinding pemisah antara kedua ventrikel sehingga darah dari ventrikel kiri ke kanan, dan sebaliknya. Umumnya congenital dan merupakan kelainan jantung bawaan yang paling umum ditemukan (Junadi, 1982)
Jadi VSD merupakan kelainan jantung bawaan (kongenital) berupa terdapatnya lubang pada septum interventrikuler yang menyebabkan adanya hubungan aliran darah antara ventrikel kanan dan kiri
Ventrikel septum defek (VSD) merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan, yaitu kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler, dapat hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fungsi septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan,sehingga darah bisa mengalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya. Kelainan ini umumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma.
VSD adalah contoh lain dimana gejala-gejala berhubungan dengan kerusakan yang berat mengingat VSD adalah suatu lubang didinding antara kedua ventricles. Ketika kerusakannya kecil, anak-anak tidak menderita gejala-gejala, dan satu-satunya tanda VSD adalah suara desiran jantung yang keras. Jika lubangnya besar, bayi dapat mengembangkan gagal jantung,kurang gizi dan pertumbuhan yang lambat.
Pada kasus-kasus yang lebih maju dengan pengembangan pulmonary hypertension yang permanen (kenaikan tekanan darah yang parah pada arteri-arteri dari paru-paru), cyanosis dapat berkembang. Defek Septum Ventrikel ( VSD, Ventricular Septal Defect ) adalah suatu lubang pada septum ventrikel  yaitu suatu dinding yang memisahkan jantung bagian bawah (memisahkan ventrikel kiri dan ventrikel kanan). Ventricular septal defect (VSD) merupakan suatu kelainan dimana terdapat adanya lubang atau “defect” pada didinding pemisah antara ventrikel kiri dan kanan.
Darah kaya oksigen bercampur dengan darah miskin oksigen. Sehingga jantung memompa sebagian darah miskin oksigen ke tubuh dan juga darah kaya oksigen dipompa jantung ke paru. Ini berarti kerja jantung tidak efisien Kadang kala VSD dapat menutup sendiri. Jika VSD besar biasanya selalu harus dioperasi..VSD ini tergolong Penyakit Jantung bawaan (PJB) nonsianotik dengan vaskularisasi paru bertambah. VSD ini memiliki sifat khusus,yaitu: shunt pada daerah ventrikel, aliran darah pada arteri pulmonalis lebih banyak, tidak ada sianosis. Defek septum ventrikel biasa sebagai defek terisolasi dan sebagai komponen anomali gabungan. Lubang biasanya tunggal dan terletak pada bagian membranosa septum. Gangguan fungsional lebih tergantung pada ukurannya dan keadaan bantalan vaskuler paru, dari pada lokasi defek.

2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan (PJB) yaitu :
1        Faktor prenatal (faktor eksogen)
•         Ibu menderita penyakit infeksi : Rubela
•         Ibu alkoholisme
•         Umur ibu lebih dari 40 tahun
•         Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin
•         Ibu meminum obat-obatan penenang
2        Faktor genetik (faktor endogen)
•         Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
•         Ayah/ibu menderita PJB
•         Kelainan kromosom misalnya sindrom down
•         Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 25% dari seluruh kelainan jantung. Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak tertutup sempurna. Kelainan ini umumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma. Kelainan VSD ini sering bersama-sama dengan kelainan lain misalnya trunkus arteriosus, Tetralogi Fallot.

2.4 Patofisiologi

Defek septum ventricular ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel, biasanya dari kiri ke kanan. Diameter defek ini bervariasi dari 0,5 – 3,0 cm. Perubahan fisiologi yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningkatkan aliran darah kaya oksigen melalui defek tersebut ke ventrikel kanan.
2. Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang akhirnya dipenuhi darah, dan dapat menyebabkan naiknya tahanan vascular pulmoner.
3. Jika tahanan pulmoner ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat, menyebabkan piarau terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen dari ventrikel kanan ke kiri, menyebabkan sianosis.
Keseriusan gangguan ini tergantung pada ukuran dan derajat hipertensi pulmoner. Jika anak asimptomatik, tidak diperlukan pengobatan; tetapi jika timbul gagal jantung kronik atau anak beresiko mengalami perubahan vascular paru atau menunjukkan adanya pirau yang hebat diindikasikan untuk penutupan defek tersebut. Resiko bedah kira-kira 3% dan usia ideal untuk pembedahan adalah 3 sampai 5 tahun.


Faktor Eksogen                                              Faktor Endogen



Pirau ventrikel kiri ke ventrikel kanan
 
Ventrikel ke paru-paru meningkat

Ventrikel sekuncup Tekanan ventrikel kanan meningkat

      COP menurun  Tekanan Ventrikel kanan meningkat

Kebutuhan O2 dan zat nutrisi    Hipertensi pulmonal         Aliran darah ke paru       Hipertropi otot
untuk metabolisme tubuh                                                             meningkat             ventrikel kanan
tidak seimbang                           Takipnea,sesak nafas
                                              pada waktu bermain        Fibrotik katup arteri         Worklood
BB sukar naik                                                                              pulmonal
                                                                                                                                     Atrium kanan
                                                                                            Aliran darah balik             tidak dapat
                                                                     ke ventrikel kiri               mengimbangi
                                                                                                             peningkatan
                                                                    Darah CO2 & O                worklood
                                                                        bercampur
                                                                                                             Pembesaran
                                                                    Mengalir keseluruh          atrium kanan
                                                                            tubuh
                                                                                                              gejala CHF
                                                                    Sesak nafas pada               distensi vena    
                                                                    saat makan, minum            jugularis,
                                                                                                               edema,    
                                                                                                              hepatomegali



2.5 Manifestasi Klinik

1. sesak nafas
2. sianosis
3. tidak dapat tidur
4. Penurunan nafsu makan

2.6 Klasifikasi

Klasifikasi VSD berdasarkan pada lokasi lubang, yaitu:
a. perimembranous (tipe paling sering, 60%) bila lubang terletak di daerah pars membranaceae septum interventricularis,
b. subarterial doubly commited, bila lubang terletak di daerah septum infundibuler dan sebagian dari batas defek dibentuk oleh terusan jaringan ikat katup aorta dan katup pulmonal,
c. muskuler, bial lubang terletak di daerah septum muskularis interventrikularis.

2.7 Gambaran klinis

Menurut ukurannya VSD dapat dibagi menjadi:
a. VSD kecil
Ø   Biasanya asimptomatik
Ø   Defek kecil 1-5 mm
Ø   Tidak ada gangguan tumbuh kembang
Ø   Bunyi jantung normal, kadang ditemukan bising peristaltic yang menjalar ke seluruh tubuh pericardium dan berakhir pada waktu distolik karena terjadi penutupan VSD
Ø   EKG dalam batas normal atau terdapat sedikit peningkatan aktivitas ventrikel kiri
Ø   Radiology: ukuran jantung normal, vaskularisasi paru normal atau sedikit meningkat
Ø   Menutup secara spontan pada umur 3 tahun
Ø   Tidak diperlukan kateterisasi

b. VSD sedang
Ø   Sering terjadi symptom pada bayi
Ø   Sesak napas pada waktu aktivitas terutama waktu minum, memerlukan waktu lebih lama untuk makan dan minum, sering tidak mampu menghabiskan makanan dan minumannya
Ø   Defek 5- 10 mm
Ø   BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu
Ø   Mudah menderita infeksi biasanya memerlukan waktu lama untuk sembuh tetapi umumnya responsive terhadap pengobatan
Ø   Takipneu
Ø   Retraksi bentuk dada normal
Ø   EKG: terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kiri maupun kanan, tetapi kiri lebih meningkat. Radiology: terdapat pembesaran jantung derajat sedang, conus pulmonalis menonjol, peningkatan vaskularisasi paru dan pemebsaran pembuluh darah di hilus.

c. VSD besar
Ø   Sering timbul gejala pada masa neonatus
Ø   Dispneu meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam minggu pertama setelah lahir
Ø   Pada minggu ke 2 atau 3 simptom mulai timbul akan tetapi gagal jantung biasanya baru timbul setelah minggu ke 6 dan sering didahului infeksi saluran nafas bagian bawah
Ø   Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat, kadang tampak sianosis karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernafasan
Ø   Gangguan tumbuh kembang
Ø   EKG terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kanan dan kiri
Ø   Radiology: pembesaran jantung nyata dengan conus pulmonalis yang tampak menonjol pembuluh darah hilus membesar dan peningkatan vaskularisasi paru perifer

2.8 Pemeriksaan penunjang dan diagnostik

Kateterisasi jantung menunjukkan adanya hubungan abnormal antar ventrikel
EKG dan foto toraks menunjukkan hipertropi ventrikel kiri
Hitung darah lengkap adalah uji prabedah rutin
Uji masa protrombin ( PT ) dan masa trombboplastin parsial ( PTT ) yang dilakukan sebelum pembedahan dapat mengungkapkan kecenderungan perdarahan
CPK
CPK-MB

2.9 Komplikasi

a.    Gagal jantung kronik
b.    Endokarditis infektif
c.     Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonar
d.    Penyakit vaskular paru progresif
e.     kerusakan sistem konduksi ventrikel

2.10 Penatalaksanaan

Ø   Pada VSD kecil: ditunggu saja, kadang-kadang dapat menutup secara spontan. Diperlukan operasi untuk mencegah endokarditis infektif.
Ø   Pada VSD sedang: jika tidak ada gejala-gejala gagal jantung, dapat ditunggu sampai umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan ini dapat mengecil. Bila terjadi gagal jantung diobati dengan digitalis. Bila pertumbuhan normal, operasi dapat dilakukan pada umur 4-6 tahun atau sampai berat badannya 12 kg.
Ø   Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen: biasanya pada keadaan menderita gagal jantung sehingga dalam pengobatannya menggunakan digitalis. Bila ada anemia diberi transfusi eritrosit terpampat selanjutnya diteruskan terapi besi. Operasi dapat ditunda sambil menunggu penutupan spontan atau bila ada gangguan dapat dilakukan setelah berumur 6 bulan.
Ø   Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen:operasi paliatif atau operasi koreksi total sudah tidak mungkin karena arteri pulmonalis mengalami arteriosklerosis. Bila defek ditutup, ventrikel kanan akan diberi beban yang berat sekali dan akhirnya akan mengalami dekompensasi. Bila defek tidak ditutup, kelebihan tekanan pada ventrikel kanan dapat disalurkan ke ventrikel kiri melalui defek.

2.11 Cara Mengatasi VSD ( Ventricular Septal Defect  )
  Pengobatan.
Terhadap lubang yang kecil tidak perlu dilakukan penutupan, karena lubang ini seringkali menutup dengan sendirinya pada masa kanak-kanak atau remaja. Tetapi jika lubangnya besar, meskipun gejalanya minimal, dilakukan penutupan lubang untuk mencegah terjadinya kelainan yang lebih berat.Biasanya lubang ini ditutup dengan sebuah tambalan, pada beberapa kasus hanya perlu dilakukan penjahitan tanpa harus menambal lubang.Pembedahan biasanya dilakukan pada usia pra-sekolah (2-5 tahun).Jika terjadi gagal jantung kongestif, diberikan obat digitalis dan diuretik.

  Pencegahan.
•         Persiapan kehamilan
Pada awal masa kehamilan terutama tiga bulan pertama dimana terjadi pembentukan organ tubuh antara lain jantung, sebaiknya ibu tidak mengkonsumsi jamu berbahaya dan obat obat yang dijual bebas di pasaran. Menghindari minuman beralkohol . Perbanyak asupan makanan bergisi terutama yang mengandung protein dan zat besi juga asam folat tinggi. Protein bisa didapat dari sumber hewani, misal ikan, daging, telur dan susu maupun tumbuh tumbuhan sayur mayur segar. Pencegah ananemia dengan makan aneka sayuran yang mengandung zat besi jugateratur mengkonsumsi tablet zat besi yang diresepkan dokter atau bidan.Menghindari paparan sinar X atau radiasi dari foto rontgen berulang pada masa kehamilan, ibu hamil tidak merokok baik secara aktif maupun terkena asap rokok dari suami atau anggota keluarga disekitarntya. Hindari polusi asap kendaraan dengan menggunakan masker pelindung agar tidak terhisap zat - zat racun dari karbondioksida.

•         Pencegahan infeksi
Pada masa hamil Segera lakukan pencegahan sebelum masa kehamilan seperti imunisasi MMR untuk mencegah penyakit morbili (campak) dan rubella selama hamil. Pola hidup sehat dan cukup olahraga yang sesuai dengan kondisi ibu hamil agar meningkatkan daya tahan tubuh dan istirahat yang cukup agar tidak mudah terserang penyakit infeksi sejak hamil muda.Ibu hamil dengan faktor resiko antara lain kehamilan dengan usia ibu di atas 40 tahun, ada riwayat penyakit dalam keluarga seperti diabetes, kelainan genetik down sindrom , penyakit jantung dalam keluarga perlu waspada dengan faktor resiko meskipun kecil kemungkinannya.

 B. ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS :
Anak W (16 th) masuk rumah sakit pada tanggal 18 Mei 2012 dengan keluhan sesak nafas, sesak napas bertambah setelah berjalan ±10 m, perut terasa penuh, seluruh tubuh nampak kebiruan, dan pasien sulit tidur. Keluarga menyebutkan bahwa anak W sering sesak nafas sejak usia 8 tahun, ketika berolahraga senam dan lari. 2 minggu SMRS dengan gejala yang muncul seperti di atas anak W diminta untuk melakukan rontgen thorax dan hasilnya menunjukkan scoliasis thoracalis, cardiomegali, dan tidak ada efusi pleura. Hasil pengkajian tanggal 21 Mei 2012 menunjukkan data sesak nafasnya sudah berkurang, pasien merasa sesak nafas ketika berjalan ke kamar mandi, nafsu makan pasien pun berkurang, sehingga pasien hanya mampu menghabiskan ½ porsi makan saja. Data yang lain antara lain TD : 100/60mmHg, Nadi : 110x/menit, RR : 28x/menit, TB:157 cm; BB:34 kg; IMT:13,79;  RBC:6,38;  MCV:72,8fL;  MCH:24,1g/dl.

1. PENGKAJIAN
` I. Identitas Pasien:
 Nama : Anak W
 Usia           : 16 tahun
 Jenis kelamin : laki-laki
 Alamat : pujon
 Status perkawinan : -
 Agama : islam
 Suku : jawa
 Pendidikan :  SMA
Pekerjaan : pelajar
 Tanggal MRS     : 18 Mei 2012
 Dx medis : VSD
 Tgl pengkajian :  18 Mei 2012
 II. Keluhan utama
Saat MRS :
Klien mengeluh sesak nafas, sesak napas bertambah setelah berjalan ±10 m.
Saat pengkajian :
Seluruh tubuh nampak kebiruan, dan pasien sulit tidur. Keluarga menyebutkan bahwa
anak W sering sesak nafas sejak usia 8 tahun, ketika berolahraga senam dan lari.
III. Riwayat penyakit sekarang
Anak W (16 th) masuk rumah sakit pada tanggal 18 Mei 2012                
dengan keluhan sesak nafas, sesak nafas bertambah setelah berjalan ±10 m,
kelurga menyebutkan bahwa klien sejak usia 8 tahun sering sesak nafas.
IV. Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya klien tidak menderita penyakit lain
V. Riwayat penyakit keluarga
VSD adalah penyakit jantung bawaan, jadi kemungkinan ada kelurganya yang
menderita VSD.
VI. Kebutuhan ADL
ADL Sebelum sakit Saat MRS
Nutrisi Klien dapat menghabiskan 1 porsi makan Nafsu makan pasien berkurang , pasien hanya mampu menghabiskan 1/2 porsi makan
Pola dan kebutuhan tidur Klien dapat tidur dengan nyaman 8jam tanpa keluhan sesak Pasien sulit tidur
Eliminasi Intake-output seimbang Antara intake-output tidak seimbang karena pasien merasa sesak nafas saat berjalan ke kamar mandi
Aktivitas Sesak nafas ketika berolahraga senam dan lari Aktivitas pasien terbatas karena pasien akan sesak nafas jika berjalan
Personal hygiene Dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan Tidak dapat terpenuhi karna klien merasa sesak nafas saat berjalan kekamar mandi

VII. Pengkajian fisik
     1. Keadaan Umum : Lemah
       Kesadaran   :
TTV : TD : 100/60mmHg
  Nadi : 110x/menit
  RR : 28x/menit, tubuh nampak kebiruan
TB : 157 cm , BB : 34 kg
     2. Head to toe
Jantung : cardiomegali
Paru : rontgen thorax menunjukkan scoliasis thoracalis,
 tidak ada efusi pleura.
 VIII. Pemeriksaan penunjang
Suara Jantung : Gallop (S3)
IMT         : 13,79
RBC     : 6,38
MCV       : 72,8fL
MCH       : 24,1g/dl

2. ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi
1
2.
3. DS: -
DO: Takikardi
(nadi 110 kali/ menit ),
-   Suara jantung gallop (S3),
- Cardiomegali

DS : klien mengeluh sesak nafas
DO : tubuh kebiruan atau syanosis ,
RR : 28x/menit,
Rontgen thorax : scoliasis thoracalis

DS : nafsu makan klien berkurang
DO : klien hanya mampu menghabiskan 1/2 porsi makan ,
BB 34kg, perut terasa
Penuh Ketidakadekuatan volume darah yang dikeluarkan ventrikel kiri

Gangguan pola nafas tidak efektif

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Malformasi jantung akibat dari adanya defek ventrikular

Ketidakadekuatan volume darah yg dikeluakan ventrikel kiri

resistensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan resistensi pulmonal.

Kerja pompa jantung meningkat

Defek ventrikel
Suplay oksigen keseluruh tubuh tidak seimbang
Terjadi resistensi sirkulasi pulmonal
Sesak nafas
Sianosis

Defek ventrikel asimtomatik
Resistensi sirkulasi pulmonal
Sesak nafas

Tidak nafsu makan
3. Diagnosa Keperawatan
  1. Ketidakadekuatan volume darah yang dikeluarkan ventrikel kiri b/d Malformasi jantung
    akibat dari adanya defek ventrikular
  2. Gangguan pola nafas tidak efektif b/d akibat adanya defek ventrikel
  3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d akibat adanya defek ventrikel asimtomatik sehingga
    nafsu makan berkurang
  4. Gangguan pola istirahat tidur b/d akibat dari sesak nafas

4. Rencana Asuhan Keperawatan
No Dx keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Ketidakadekuatan kekuatan volume darah dari ventrikel kiri b/d malformasi jantung Setelah dilakukan     tindakan keperawatan selama 3x24jam kemampuan pompa jantung klien membaik dengan kriteria hasil :
TTV: Nadi normal (60-100x/menit)
      Suara jantung pasien normal, Ukuran jantung pasien kembali normal KIE :
- Jelaskan maksud dan tujuan setiap melakukan tindakan
- Instruksikan pasien untuk segera melaporkan pada petugas jika merasakan ketidaknyamanan di dada.

Mandiri :
- Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung
-  -
- Selalu monitor TTV
-  - -Monitor status cardiovaskuler
 
     Kolaborasi :
-  - - Sediakan terapi anti aritmia berdasarkan kebijakan unit
- agar klien mengetahui apa yang dilakukan kepadanya

- ketidaknyamanan dada mungkin terjadi sesuatu
- curah jantung yg menurun akan berakibat suplay oksigen menurun
- TTV akan memperlihatkan adanya perubahan
- untuk mengetahui cara kerja jantung
- dapat mengurangi kerja jantung

2 Gangguan pola nafas tidak efektif b/d adanya defek ventrikel Setelah dilakukan tindakan selama 2x24jam klien mengatakan tidak sesak nafas dengan kriteria hasil:
Tidak sianosis ,
RR normal (16-20x/menit),
Hasil rontgen thorax tidak ada scoliasis thoracalis KIE :
- Jelaskan maksud dan tujuan setiap melakukan tindakan

Mandiri :
- Memertahankan kepatenan jalan nafas
- Atur Oksigenisasi
- Monitor aliran oksigen
- Monitor posisi selang oksigen
- Cek peralatan dan aliran O2secara berkala

Kolaborasi :
- pemberian bronkodilator
- Agar klien mengetahui tindakan yg diberikan kepadanya
- jalan nafas yg paten membantu untuk sirkulasi oksigen
- kecepatan dan volume oksigen harus diperhatikan saat mengatur
- aliran oksigen harus lancar
- posisi selang menentukan sirkulasi oksigen ke paru
- untuk memastikan aliran sesuai dengan yang dibutuhkan
Untuk melebarkan brunkus

3 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d menurunnya nafsu makan akibat defek ventrikel Setelah dilakukan tinadakan selama 1x24jam nafsu makan klien meningkat dengan kriteria hasil :
Klien mampu menghabiskan porsi makan,
BB normal(40-50kg)     KIE :
   - Jelaskan maksud dan tujuan setiap melakukan tindakan
   - Jelaskan tentang pentingnya makan
      Mandiri :
   - Monitor BB
   - Monitor energi yang dikeluarkan, kelemahan dan kelelahan
   - Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
   - Anjurkan menggosok gigi sebelum makan

Memberikan dan menyarankan untuk mengkonsumsi rendah kolesterol
-  - Catat intake yang masuk
      Kolaborasi :
   - Kolaborasi dengan ahli gizi , jumlah kalori dan tipe nutrisi yang dibutuhkan
    - Agar klien mengetahui tindakan yang diberikan kepadanya
- Makan adalah kbutuhan dasar manusia
- penimbangan BB dilakukan sebagai evaluasi terhadap intervensi
- antara intake-output energi harus seimbang saat melakukan aktivitas
- porsi makan sedikit untuk mencegah mual
- keaadaan mulut yang bersih dapat menanmbah nafsu makan
- rendah kolesterol agar mengurangi kerja jantung
- intake-output harus seimbang
- agar intake nutrisi yg dikonsumsi termasuk makanan yg sehat & dapat mempercepat penyembuhan

6. Evaluasi
   1. Kemampuan jantung khususnya ventrikel kiri memompa darah menjadi adekuat
   2. Sirkulasi oksigen ke paru kembali lancar dan klien tidak merasa sesak nafas
   3. Nafsu makan klien meningkat, BB bertambah, intake-output nutrisi seimbang


                                                                  BAB III
                                             PEMBAHASAN KELOMPOK

Pengobatan pada pasien dengan kelainan jantung khususnya pasien Ventrikuler Septum Defek (VSD) memang tidak serta merta harus dilakukan pembedahan dalam menutup katub antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri namun terlebih dahulu mengetahui seberapa parah VSD yang terjadi, jika VSD yang terjadi dikategorikan ringan maka tidak perlu dilakukan pembedahan karena biasanya secara otomatis akan menutup pada masa kanak-kanak atau remaja.
Jika pasien yang mengalami VSD dan telah dikategorikan tingkat keparahanya sedang dan berat maka ketika anak berusia (2-5 tahun) segera dilakukan pembedahan agar dapat meminimalisirkan resiko yang lebih parah misalnya gagal jantung kronik.
VSD kecil mempunyai resiko berupa endokarditis bacterial. Jadi, pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan antibiotik, terutama apabila akan melaksanakan tindakan operasi. Pada VSD besar dengan kelainan vaskuler paru obstruktif, apabila tidak di operasi pada resistensi vaskuler, resistensi akan cenderung semakin meningkat pada paru. Demikian juga VSD sedang dengan resistensi vascular paru total harus dikoreksi dengan operasi. Mortalitas perioperatif berkisar antara 0-2 %. VSD besar dengan aliran darah pintas yang sudah terbalik sering mengalami polisitemia. Flebotomi dapat dilakukan apabila hematokrit > 65%, dengan pemberian obat anti thrombosis dapat dilakukan. VSD besar dengan stenosis pulmonari, pada perjalanan penyakit sering disertai stenosis pulmonar, sehinggah mirip sekali dengan tetralogi fallot. Hasil operasi pada klien ini umumnya sangat memuaskan. VSD dengan regurgitasi aorta yang berat memerlukan koreksi VSD dan rekonstruksi katup pada usia muda.


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tubuh manusia terdiri dari berbagai system, diantaranya adalah system kardiovaskuler. System ini menjalankan fungsinya melalui organ jantung dan pembuluh darah. Dimana organ yang memiliki peranan penting dalam hal ini adalah jantung yang juga merupakan organ besar dalam tubuh .Jantung adalah organ berupa otot berbentuk kerucut.
VSD adalah kelainan jantung berupa tidak sempurnanya penutupan dinding pemisah antara kedua ventrikel sehingga darah dari ventrikel kiri ke kanan, dan sebaliknya. Umumnya congenital dan merupakan kelainan jantung bawaan yang paling umum ditemukan
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 25% dari seluruh kelainan jantung. Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak tertutup sempurna. Kelainan ini umumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma.

4.2 Saran
Dengan mempelajari Asuhan Keperawata pada Klien VSD, diharapkan kita semua mengetahui apa saja penyebab pada penyakit VSD,walaupun VSD adalah penyakit bawaan, tetapi ada faktor pemicu yang dapat juga menyebabkan VSD seperti minuman alkhol, obat-obatan penenang. Sehingga kita yang mempelajari Asuhan keperawatan pada klien VSD dapat menghindari factor-faktor penyebabnya dan terhindar dari penyakit VSD.

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, arif. 2012. Buku ajar Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskular dan hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam Indonesia.2006.Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:FKUI
Cecily L. Bets, Linda A. Sowden, Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3, Jakarta : EGC, 2002.
Junadi dkk, Kapita SElekta kedokteran, Ed2, Media Aesculapius, FKUI, 1982
http://www.layurveda.com/index.php?option=com_content&view=article&id=21%3 Aadmin&catid=7%3 Aadmin&Itemid=20&lang=en
http://nursinganddebate.blogspot.com/2013/02/laporan-pendahuluan-ventrikel-septum.html
http://books.google.co.id/books?id=EBb7BlfficQC&pg=PA37&dq=defek+septum+ventrikel&hl=id&sa=X&ei=hNsqU9HfJoOLrQeptoEo&redir_esc=y#v=onepage&q=defek%20septum%20ventrikel&f=false

Tidak ada komentar:

Posting Komentar