Makalah Tertalogi of fallot

Makalah Tertalogi of fallot
Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Keperawatan
“Sistem kardiovaskuler”
Semester IV B




Disusun oleh Kelompok 3 :




PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG
Jl.Simp.Candi Panggung 133 Malang Telp/Fax (0341) 4345375, 7751871
Website :www.stikesmaharani.ac.id | email : Informasi@stikesmaharani.ac.id




KATA PENGANTAR

Segala  puji  syukur  kami  haturkan  kehadirat  Allah  SWT. Tuhan  Yang  Maha  Esa  yang  telah  memberikan  karunia  kepada  kami, sehingga  makalah  ini  dapat  selesai  tepat  waktu.
Pada  kesempatan  ini  kami  haturkan  terima kasih  kepada Ibu / Bapak Dosen  pembimbing  sehingga makalah  ini  dapat  tersususun. Tak  lupa  pula  kepada  teman-teman  yang terus  memberikan  motivasi  sehingga  kami dapat  menyelesaikan  makalah  ini  dengan  hasil  maksimal.
Harapan  kami, makalah  ini  dapat  bermanfaat  bagi  kita  semua. Saran  dan  kritik  yang  bersifat membangun  selalu  kami  harapkan, demi  kesempurnaan  dalam  pembuatan  makalah selanjutnya.



Terima Kasih,
Malang, 24 Maret 2014




 Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan terdiri dari berbagai jenis dan salah satunya adalah Tetralogi of Fallot. Yang mana Tetralogi of Fallot adalah suatu penyakit dengan kelainan bawaan yang merupakan kelainan jantung bawaan sianotik yang paling banyak dijumpai. Kelainan ini mula mula dilaporkan pada tahun 1671, tetapi baru diformulasikan oleh Fallot pada tahun 1888.
Tetralogi fallot menempati urutan keempat dari angka kejadian penyakit jantung bawaan pada anak, setelah defek septum ventrikel, defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten atau lebih kurang 10-15% dari seluruh penyakit jantung bawaan. Di antara penyakit jantung bawaan sianotik, tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Di RSU Dr. Soetomo sebagian besar pasien Tetralogi fallot didapat diatas 5 tahun dan prevalensi menurun setelah berumur 10 tahun. Dari banyaknya kasus kelainan jantung serta kegawatan yang ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan ini, maka sebagai seorang perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.

1.2    Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari tetralogi of fallot?
2. Bagaimana etiologi dari tetralogi of fallot?
3. Apa saja manifestasi klinis dari tetralogi of fallot?
4. Apa saja pemeriksaan diagnostik untuk tetralogi of fallot?
5. Bagaimana penatalaksanaan untuk tetralogi of fallot?
6. Apa saja komplikasi yang muncul pada tetralogi of fallot?
7. Bagaimana riwayat prognosis untuk tetralogi of fallot?
8. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat untuk tetralogi of fallot?
1.3    Tujuan
1. Memahami dan mampu menjelaskan tentang definisi dari tetralogi of fallot
2. Memahami dan mampu menjelaskan tentang etiologi dari tetralogi of fallot
3. Memahami dan mampu menjelaskan tentang manifestasi klinis dari tetralogi of fallot
4. Memahami dan mampu menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik untuk tetralogi of fallot.
5. Memahami dan mampu menjelaskan tentang penatalaksanaan untuk tetralogi of fallot
6. Memahami dan mampu menjelaskan tentang komplikasi yang muncul pada tetralogi of fallot
7. Memahami dan mampu menjelaskan tentang riwayat prognosis untuk tetralogi of fallot.
8. Memahami dan mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan yang tepat untuk tetralogi of fallot.

1.4 Manfaat
1. Dapat Memahami dan mampu menjelaskan tentang definisi dari tetralogi of fallot
2. Dapat Memahami dan mampu menjelaskan tentang etiologi dari tetralogi of fallot
3. Dapat Memahami dan mampu menjelaskan tentang manifestasi klinis dari tetralogi of fallot
4. Dapat Memahami dan mampu menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik untuk tetralogi of fallot.
5. Dapat Memahami dan mampu menjelaskan tentang penatalaksanaan untuk tetralogi of fallot
6. Dapat Memahami dan mampu menjelaskan tentang komplikasi yang muncul pada tetralogi of fallot
7. Dapat Memahami dan mampu menjelaskan tentang riwayat prognosis untuk tetralogi of fallot.
8. Dapat Memahami dan mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan yang tepat untuk tetralogi of fallot.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Definisi
Tetralogi Fallot (TOF) adalah penyakit jantung bawaan tipe sianotik. Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang  dari bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta. Sebagai konsekuensinya didapatkan adanya empat kelainan anatomi sebagai berikut :
§  Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel
§  Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan
§  Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta  keluar dari bilik kanan
§  Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal

Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.
Jadi tetralogi of fallot adalah kombinasi dari obstruksi aliran ke luar dari bilik kanan (stenosis pulmonal), Defek Septum Ventrikel (VSD), aorta overriding, dan hipertrofi ventrikel kanan.

2.2  Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara lain :
Faktor endogen
- Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom, contohnya down syndrome, marfan syndrome.
- Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan misalnya VSD, pulmonary stenosis, and overriding aorta.
- Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi,  penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen
- Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu)
- Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
- Efek radiologi (paparan sinar X)
- Ibu mengonsumsi alcohol dan merokok saat mengandung.
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan.

2.3 Epidemiologi
Tetralogy of fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan menempati angka 5-7% dari kelainan jantung akibat congenital. Sampai saat ini para dokter tidak dapat memastikan sebab terjadinya, akan tetapi ,penyebabnya dapat berkaitan dengan factor lingkungan dan juga factor genetic atau keduanya. Dapat juga berhubungan dengan kromosom 22 deletions dan juga diGeorge syndrome. Ia lebih sering muncul pada laki-laki daripada wanita. Pengertian akan embryology daripada penyakit ini adalah sebagai hasil kegagalan dalam conal septum bagian anterior, menghasilkan kombinasi klinik berupa VSD, pulmonary stenosis, and overriding aorta. Perkembangan dari hipertropi ventricle kanan adalah oleh karena kerja yang makin meningkat akibat defek dari katup pulmonal. Hal ini dapat diminimalkan bahkan dapat dipulihkan dengan operasi yang dini.

2.3 Menifestasi klinis
- Murmur mungkin merupakan tanda pertama yang biasa ditemukan oleh dokter. Ia merupakan suara tambahan atau tidak biasa yang dapat didengar pada denyut jantung si bayi. Kebanyakan bayi yang menderita tetaralogy of fallot mempunyai suara murmur jantung.
- Cyanosis juga merupakan pertanda umum pada tetralogy of fallot. Cyanosis adalah suatu keadaan di mana pada sirkulasi bayi kekurangan darah yang telah mengalami oksigenasi sehingga dapat timbul dengan kulit, kuku, serta bibir yang pucat.
- Warna kulit pucat
- Frekuensi pernafasan yang meninggi
- Kulit terasa dingin
- BB yang rendah
- Susah untuk diberi makan karena klien cepat lelah ketika diberi makan

2.4 Patofisiologi
Tetralogy of fallot biasanya berakibatkan oksigenasi yang rendah berhubungan dengan tercampurnya darah yang deoksigenasi dan oksigenasi pada ventricle kiri yang akan dipompakan ke aorta karena obstruksi pada katup pulmonal. Ini dikenal dengan istilah right-to-left shunt. Hal ini sering mengakibatkan kulit bayi menjadi pucat dan terlihat biru.
Apabila Tetralogy of  fallot tidak ditangani pada jangka waktu yang panjang, maka akan mengakibatkan hipertrofi ventricle kanan progressive dan dilatasi  berhubung dengan resistensi yang meningkat pada ventricle kanan. Hal ini dapat menyebabkan DC kanan yang bisa berakhir dengan kematian.

2.4  Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan Laboratorium
1.      Darah
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %.
2.      BGA
Nilai BGAmenunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi
3.      Analisa Gas Darah
PCV meningkat. PCV lebih besar 65%, dapat menimbulkan kelainan koagulasi : waktu perdarahan memanjang, fragilitas kapiler meningkat, umur trombosit yang abnormal.
4.      Anemia hipokrom mikrositer (karena defisiensi besi).

b.      X foto dada (radiologi)
-          Jantung tidak membesar
-          Arkus aorta disebelah kanan (25%)
-          Aorta asendens melebar
-          Konus pulmonalis cekung
-          Apeks terangkat
-          Vaskularitas paru berkurang

c.       EKG
Defisiasi sumbu QRS ke kanan (RAD) hipertrofi ventrikel kanan (RVH): gelombang P diantara II sering tinggi.

2.5  Penatalaksanaan
Kebanyakan anak dengan tetralogi fallot direncanakan untuk menjalani bedah jantung, namun indikasi untuk koreksi total versus penanganan paliatif bergantung pada kebijakan ahli bedah.

a.       Penatalaksanaan medis
•         Pada anemia relatif dapat diberi preparat besi
•         Jaga hygiene gigi geligi
•        Pada tindakan pembedahan ringan atau pencabutan gigi perlu diberi propilaksis terhadap endokarditis infektif
•         Hindari keadaan dehidrasi, misalnya pada gastroenteritis
•         Pada perdarahan beri transfusi darah
•         Pada serangan hipoksia :
       Posisi “Knee-chest’
       Beri zat oksigen (5-8 l/mn)
       Propanolol 0,1 mg/kg BB sebagai suntikan bonus, diteruskan dengan dosis 1 mg/kg BB peroral tiap 6 jam
       Bila terdapat asidosis beri Nabik. 1 mEq/kg IV
       Bila terdapat hipoglikemia beri dekstrosa
       Bila Hb <15 gm/100 ml : transfusi darah (5 ml/kg)

b.      Penatalaksanaan pembedahan
•         Pembedahan paliatif
Dengan suatu shunt procedure diharapkan paru akan mendapat darah lebih banyak dan sianosis akan menghilang.
Cara :
Ø  Prosedur Blalock – Taussig : Anastomosis antara arteri sistemik (A. subklavia, A. karotis) dengan arteri pulmonalis proksimal yang ipsilateral.
Arteri subklavia yang berhadapan dengan sisi lengkung aorta diikat, dibelah dan dianastomosiskan ke arteri pulmonal kotralateral. Keuntungan pirau ini adalah membuat pirau yang sangat kecil, yang tumbuh bersama anak, dan mudah mengangkatnya selama perbaikan definitive. Prosedur ini memakai bahan prostetik, umumnya politetrafluoroetilen. Dengan pirau ini , ukurannya dapat lebih dikendalikan, dan lebih mudah pada saat anak masih muda.
Konsekuensi hemodinamik dari pirau Blalock-Taussig adalah untuk memungkinkan darah sistemik memasuki sirkulasi pulmonal melalui arteri subklavia, yang meningkatkan aliran darah pulmonal dengan tekanan rendah dan menghindari kongesti paru. Aliran darah ini memungkinkan stabilisasi, meningkatkan status jantung dan paru sampai anak tersebut cukup besar untuk menghadapi pembedahan korektif dengan aman.
Ø  Prosedur Waterson : Anastomosis antara aorta asendens dengan arteri pulmonalis kanan.
Indikasi :
Tindakan ini dilakukan apabila koreksi total tidak atau belum dimungkinkan (misalnya pada hipoplasia arteri pulmonalis atau pada bayi). dengan prosedur ini diharapkan arteri pulmonalis dapat berkembang.
•         Bedah kolektif.
Tindakan ini terdiri dari :
Ø  Penutupan defek septum ventrikel
Ø  Reteksi infundibulum
Ø  Valvulotomi untuk stenosis pulmonal
2.6  Komplikasi
Trombosis serebri
Biasanya terjadi dalam vene serebrum atau sinus duralis, dan terkadang dalam arteri serebrum, lebih sering ditemukan pada polisitemia hebat. juga dapat dibangkitkan oleh dehidrasi. trombosis lebih sering ditemukan pada usia di bawah 2 tahun. pada penderita ini paling sering mengalami anemia defisiensi besi dengan kadar hemoglobin dan hematokrit dalam batas-batas normal.
•         Asbes otak
Biasanya penderita penyakit ini telah mencapai usia di atas 2 tahun. Awitan penyakit sering berlangsung tersembunyi disertai demam berderajat rendah. mungkin ditemukan nyeri tekan setempat pada kranium, dan laju endap darah merah serta hitung jenis leukosit dapat meningkat. dapat terjadi serangan-serangan seperti epilepsi, tanda-tanda neurologis yang terlokalisasi tergantung dari tempat dan ukuran abses tersebut.
•         Endokarditis bakterialis
terjadi pada penderita yang tidak mengalami pembedahan, tetapi lebih sering ditemukan pada anak dengan prosedur pembuatan pintasan selama masa bayi.
•         Gagal jantung kongestif
dapat terjadi pada bayi dengan atresia paru dan aliran darah kolateral yang besar. keadaan ini, hampir tanpa pengecualian, akan mengalami penurunan selama bulan pertama kehidupan dan penderita menjadi sianotis akibat sirkulasi paru yang menurun.
•         hipoksia
keadaan kekurangan oksigen dalam jaringan akibat dari stenosis pulmonal sehingga menyebabkan aliran darah dalam paru menurun.
2.7  Prognosis
Pada klien dengan TF (Tetralogi Fallot) apabila tidak melakukan suatu tindakan operasi maka akan berakibat fatal . Rata-rata klien akan mencapai umur 15 tahun, tetapi semua ini tergantung pada besarnya kelainan yang dialami. Ancaman pada anak dengan TF adalah abses otak pada umur sekitar 2 sampai dengan 3 tahun. Jika pada bayi dengan TF terdapat gangguan neurologis, maka cenderung untuk didiagnosis thrombosis pembuluh darah otak daripada abses otak. Anak dengan TF cenderung untuk menderita perdarahan banyak, karena berkurangnya trombosit dan fibrinogen. Kemungkinan timbulnya endokarditis bakterialis selalu ada.

ASUHAN KEPERAWATAN
Trigger Case
Tanggal 5 april 2009 px KT berjenis kelamin perempuan datang kerumah sakit diantar oleh bapak dan ibunya dengan keluhan kesulitan bernafas dan tidak nafsu makan 1 minggu lalu. Px KT berusia 18 bulan. Dx medis Tetralogi of fallot.
3.1  Pengkajian
Tgl. MRS : 5 April 2009
Data Dasar
A. Identitas Pasien
Nama Pasien : K.T
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 18 Bulan
Status Perkawinan : Belum
Pendidikan : Belum
Bahasa yang Digunakan : Bahasa Indonesia
Diagnose medis : Tetralogi of Fallot
C. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat kesehatan
Keluhan utama : sianosis ( kulit Nampak kebiruan ), napas dangkal, mudah kelelahan,
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Ibu klien mengatakan, klien sebelumnya belum pernah mengalami penyakit seperti ini.
3. Riwayat keluarga
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga, yaitu ibu klien menderita hipertensi dan saat hamil sering mengkonsumsi obat – obatan tanpa resep dokter.
4. Diagnosa medis : Tetralogi of Fallot
D. Data Bio Psiko Sosial Spiritual
a. Bernafas
Ibu klien mengatakan bahwa, klien mengalami kesulitan bernafas. Klien mengalami dispnea dan kadang-kadang mengalami apnea.
b. Makan dan Minum
- Makan
Sebelum masuk rumah sakit ibu klien mengatakan, klien tidak nafsu makan, yang biasanya 1 porsi anak – anak penuh tiga kali sehari menjadi ¼ porsi tiga kali sehari.
- Minum
Klien biasanya minum ± 5 – 6 gelas/hari masing – masing 100 cc. Sekarang klien hanya bisa minum ± 3 gelas dan akan segera mual setelah minum minuman yang agak dingin.
c. Aktivitas
Ibu klien mengatakan, aktivitas klien berkurang, karena klien sering mengalami kelelahan dan sering mengalami sesak dalam bernafas.
d. Istirahat tidur
Klien terbiasa tidur ± 2 – 3 jam pada siang hari dan di malam hari tidur jam 20.30 – 6.00. Pasien sering terbangun di malam hari karena mengalami kesulitan dalam bernafas.
e. Rasa nyaman
Klien merasa kurang nyaman, ketika merasakan susah bernafas.

E. Pengkajian fisik
a.  Suara waktu menangis cukup melengking dan agak keras
b. Gejala cardinal : - suhu = 36oC
- nadi = 80 x / menit
- respirasi = 40 x / menit
- Tekanan darah = 100 x/ 75menit
c.  Antropometri : - BB = 10 kg
- TB = 75 cm
- LD = 26 cm
- LK = 25 cm
- LL = 10 cm

3.2 Analisa Data
Data Masalah Etiologi
DS: ibu klien mengatakan klien tidak nafsu makan sejak 1 minggu lalu.
DO: makan klien menjadi ¼ porsi tiga kali sehari, - BB = 10 kg Nutrisi kurang dari kebutuhan Kelemahan
DS: Ibu klien mengatakan bahwa, klien mengalami kesulitan bernafas.
DO: - respirasi = 40 x / menit
Gangguan pola napas kelemahan dan keletihan sekunder akibat kondisi yang melemah.

DS: Ibu klien mengatakan, aktivitas klien berkurang, karena klien sering mengalami kelelahan dan sering mengalami sesak dalam bernafas.
DO:
- respirasi = 40 x / menit
- Tekanan darah = 100 x/ 75menit Intoleransi aktifitas Perubahan status kesehatan sekunder akibat penyakit sekunder ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.


DS:  klien tidak nafsu makan, yang biasanya 1 porsi anak – anak penuh tiga kali sehari menjadi ¼ porsi tiga kali sehari.
DO :
- respirasi = 40 x / menit
- Tekanan darah = 100 x/ 75menit
 Antropometri :
- BB = 10 kg
- TB = 75 cm
- LD = 26 cm
- LK = 25 cm
- LL = 10 cm Gangguan pertumbuhan dan perkembangan oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan nutrisi jaringan tubuh, isolasi social

3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelemahan.
2. Gangguan pola napas berhubungan dengan kelemahan dan keletihan sekunder akibat kondisi yang melemah.
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan  ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
4. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan nutrisi jaringan tubuh, isolasi social.
3.4 Intervensi

1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelemahan
Tujuan : Pasien menunjukan peningkatan berat badan setelah dilakukan
              perawatan selama 2x24jam dengan kriteria hasil :
-           - peningkatan berat badan
-                   -  nafsu makan  bertambah (ASI/PASI)
-                   - dispneu (-)
Intervensi Rasional
1. menjelaskan kepada orang tua mengenai tindakan yang akan dilakukan
2. auskultasi bunyi usus



3. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
4. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan.
Kolaborasi :
5. kaji pemeriksaan laboratorium.

Observasi :
6. pertahankan jadwal penimbangan berat badan teratur
1. agar adanya kerjasama antara perawat dengan orangtua pasien dalam proses penyembuhan.
2. penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, penurunan aktifitas, dan hipoksemia
3. keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
4. akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan

5. mengevaluasi/ mengatasi kekurangan dan mengawasi keefektifan terapi nutrisi
6. memberikan catatn lanjut penurunan/ peningkatan berat badan yang akurat

2. Gangguan pola napas berhubungan dengan kelemahan dan keletihan sekunder akibat kondisi yang melemah.
Tujuan : Pasien mampu berpola nafas kembali secara efektif setelah
             dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam dengan criteria
             hasil :
-          Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
-          Ekspansi dada maksimal
-          Bunyi napas tambahan tidak ada
-          Napas pendek tidak ada

Intervensi Rasional
1. Pantau adanya pucat dan sianosis
2. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk meningkatkan pola pernapasan.
3. Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
Kolaborasi :
5. Pertahankan O2 selalu adekuat dengan kanul atau masker.

Observasi :
6. Kaji pernafasan setiap 2 sampai 4 jam (kedalaman, irama, frekuensi, penggunaan otot pernafasan).
1. memungkinkan untuk mencegah terjadinya sianosis lebih awal.
2. memudahkan ekspansi paru.

3. Pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia
4. mungkin perlu untuk mencegah hipoksia

5. terpenuhinya kebutuhan O2 pada jaringan.

6. mengetahui adanya ketidak efektifan jalan nafas.

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan  ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
tujuan : Pasien menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktifitas dalam             waktu 3x24 jam dengan kriteria hasil :
-   dispnea(-)
-   kelemahan (-)
-   TTV:
TD : 90/70   mmHg
Nadi 120-140x/menit
RR: 35 x/mnt
Intervensi Rasional
1. Jelaskan kepada keluarga tentang aktifitas maksimal anak dengan gangguan kelainan jantung
2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas contoh: apakah tekanan darah stabil, perhatian terhadap aktifitas dan perawatan diri
3. jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas contoh: bayi dilatih posisi duduk di tempat tidur, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri dst
4. Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan (makan, minum, mandi, berpakaian dan eleminasi)
kolaborasi :
5. dengan dokter dalam pemberian oksigen nasal 2liter/jam
Observasi :
6. ada tidaknya sianosis pada jaringan hangat.

1. keluarga mengerti pentingnya pemenuhan kebutuhan aktifitas
2. Stabilitas fisiologis penting untuk menunjukkan tingkat aktifitas individu
3. Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung
4. Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi
5. memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas
6. menunjukkan hipoksemia siskemik.
7. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan nutrisi jaringan tubuh, isolasi social.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam,
              diharapkan pertumbuhan dan perkembangan klien dapat mengikuti
              kurva tumbuh kembang sesuai dengan usia , dengan kriteria hasil :
-          - Anak usia 6 bulan dapat :
                Merangkak,duduk dengan bantuan, menggenggam, dan
                memasukkan benda ke mulut.
             - Berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan rata – rata
               masa tubuh berada dalam batas normal sesuai usia.
-          - Klien dapat berinteraksi dengan keluarga
Intervensi Rasional
1. Sediakan kebutuhan nutrisi adekuat.
2. Monitor BB/TB, buat catatan khusus sebagai monitor.
Kolaborasi
3. intake Fe dalam nutrisi.

1. Menunjang kebutuhan nutrisi pada masa pertumbuhan dan perkembangan serta meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Sebagai monitor terhadap keadaan  pertumbuhan dan keadaan gizi pasien selama dirawat.
3. Mencegah terjadinya anemia sedini mungkin sebagi akibat penurunan kardiak output.


BAB III
PEMBAHASAN KELOMPOK
Menurut kelompok kami, Tetralogi Fallot (TOF) adalah penyakit jantung bawaan tipe sianotik. Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi  lubang  dari bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel) dengan syarat lubang  tersebut paling sedikit sama besar dari lubang aorta.
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor genetic (kelainan kromosom), sudah menderita kelainan jantung bawaan ,riwayat kehamilan ibu yang meminum obat-obatan tanpa resep dokter.
Pada klien dengan TF (Tetralogi Fallot) tanpa melakukan suatu tindakan operasi akan berakibat fatal dan diberikan juga perawatan intensif. Rata-rata klien akan mencapai umur 15 tahun, tetapi semua ini tergantung pada besarnya kelainan yang dialami.

BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Tetralogi Fallot (TOF) adalah penyakit jantung bawaan tipe sianotik. Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang  dari bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta.
Jadi tetralogi of fallot adalah kombinasi dari obstruksi aliran ke luar dari bilik kanan (stenosis pulmonal), Defek Septum Ventrikel (VSD), aorta overriding, dan hipertrofi ventrikel kanan.

Pada klien dengan TF (Tetralogi Fallot) apabila tidak melakukan suatu tindakan operasi maka akan berakibat fatal . Rata-rata klien akan mencapai umur 15 tahun, tetapi semua ini tergantung pada besarnya kelainan yang dialami. Ancaman pada anak dengan TF adalah abses otak pada umur sekitar 2 sampai dengan 3 tahun.
4.2  Saran
Jantung adalah bagian dari tubuh yang sangat penting dan harus kita jaga agar kita bisa bertahan hidup. Jika seseorang mengalami gangguan pada jantungnya, maka pada organ lain juga akan ikut terganggu. Oleh karena itu jagalah jantung kita.

DAFTAR PUSTAKA

Brashers, L. Valentina. 2003. Aplikasi Klinik Patofisiologi. Jakarta : EGC
Marilynn E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Moyet Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Aplikasi Pada Pratik Klianik. Jakarta : Salemba Medika
www.google.com
sumber ilmu dan asuhan keperawatan  ASKEP TETRALOGI OF FALLOT.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar