Makalah PNEUMONIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Keperawatan
“Sistem Respirasi”
Semester IV B
Disusun oleh :
kelompok V
STIKES MAHARANI MALANG
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan kepada Allah Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini, kami memilih judul, ”Pneumonia” . Kami menyadari sepenuhnya bahwa pengetahuan dan kemampuan kami sangat terbatas, sehingga penulisan makalah ini mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi sempurnanya penulisan makalah ini.Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini ada kesalahan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli. Terjadi pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan bronco nomonia. Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat dan sesak karena paru-paru meradang secara mendadak dan juga bisa menjadi penyebab kematian diantara semua kelompok umur. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir disebabkan oleh Pneumonia. Lebih dari 2.000.000 anak balita meninggal setiap tahun di seluruh dunia. WHO juga memperkirakan bahwa sampai dengan 1 Juta ini (vaksin dicegah) kematian yang disebabkan oleh bakteri streptococcus pneumonia, dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi dinegara-negara berkembang. Oleh karena itu kami diberi tugas untuk membahas masalah pneumonia ini, agar dapat memberikan manfaat untuk kita semua.
1.2 DEFINISI
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi.Pneumonia adalah peradangan angkut parehkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi.
Pneumonia adalah penyakit saluran nafas bawah (lower respiratory tract) LTR akut, biasanya disebabkan oleh infeksi. (Jeremy,2007)
Pneumonia bukan penyakit tunggal.penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada sumber infeksi, dengan sumber utama baktri, virus, mikroplasma,jamur berbagai senyawa kimia maupun partikel. Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur, walaupun manifestasi klinik terparah muncul pada anak, orang tua, penderita penyakit kronis. (Elin, 2008)
1.3 Klasifikasi Pneumonia
a. Pneumonia yang didapat dari komunitas (community acquired pneumonia,
CAP): pneumonia yang didapatkan di masyarakat yaitu terjadinya infeksi di
luar lingkungan rumah sakit. Infeksi LRT yang terjadi dalam 48 jam setelah
dirawat di rumah sakit pada pasien yang belum pernah dirawat di rumah sakit
selama >14 hari (Jeremy, 2007).
b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (nosokomial): pneumonia yang
terjadi selama atau lebih dari 48 jam setelah masuk rumah sakit. jenis ini
didapat selama penderita dirawat di rumah sakit (Farmacia, 2006). Hampir 1%
dari penderita yang dirawat di rumah sakit mendapatkan pneumonia selama
dalam perawatannya. Demikian pula halnya dengan penderita yang dirawat di
ICU, lebih dari 60% akan menderita pneumonia (Supandi, 1992).
c. Pneumonia aspirasi/anaerob: infeksi oleh bakteroid dan organisme anaerob lain
setelah aspirasi orofaringeal dan cairan lambung. Pneumonia jenis ini biasa
didapat pada pasien dengan status mental terdepresi, maupun pasien dengan
gangguan refleks menelan (Jeremy, 2007).
d. Pneumonia oportunistik: pasien dengan penekanan sistem imun (misalnya
steroid, kemoterapi, HIV) mudah mengalami infeksi oleh virus, jamur, dan
mikobakteri, selain organisme bakteria lain (Jeremy, 2007).
Pneumonia rekuren: disebabkan organisme aerob dan aneorob yang terjadi pada
fibrosis kistik dan bronkietaksis (Jeremy, 2007).
a. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau ”ganda”.
b. pneumonia lobularis (bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatkannya, disebut juga pneumonia loburalis.
c. pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar (Interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
1.4 ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
4. Jamur: candida albicans
5. Aspirasi: lambung
Cara terjadinya penularan berkaitan pula dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui droplet sering disebabkan oleh streptoccus pneumonia.melalui siag infuse oleh staphylococcus aures sedangkan pada pemakaian ventilator oleh P. aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotic yang tidak tepat.
Jenis pneomonia Etiologi Factor resiko Tanda dan gejala
Sindroma tipikal • Streptococcus pneumonia tanpa penyulit
• Streptococcus pneumonia dengan penyulit • Sickle cell diases
• Hipogammaglobulinemia
• Multiple mieloma • Onset mendadak dingin,menggigil,demam(39-40 C)
• Nyeri dada pleuritis
• Batuk produktif ,sputum hijau dan purulen serta mungkin mengandung bercak darah terkadang hidung kemerahan
• Retraksi intercostals,penggunaan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis
Sindroma atipik • Haemophilus influenza
• Staphiloccucus aereus • Usia tua
• COPD
• Flu • Onset bertahap dalam 3-5 hari
• Malaise,nyeri kepala,nyeri tenggorokan,dan batuk kering
• Nyeri dada karena batuk
• Mycoplasma pneumonia
• Virus pathogen • Anak anak
• Dewasa muda
Aspirasi • Aspirasi basil gram negative, klebsiela,pseudomonas, enterobacter,
• Stafilococus
• Aspirasi asam lambung • Alkoholisme debilitas
• Perawatan (mis infeksi nosokomial)
• Gg kesadaran • Pada kuman anaerob campuran ,mulanya onset perlahan
• Demam rendah batuk
• Produksi sputum/bau busuk
• Foto dada terlihat jaringan interstitial tergantung bag yang parunya terkena
• Distress respirasi mendadak dipnea berat,sianosis, batuk, hipoksemia
hematogen • Terjadi bila kuman pathogen menyebar ke paru paru mel aliran darah • Kateter IV yg terinfeksi
• Endokarditis
• Drug abuse
• Abses intraabdomen
• Pielonefritis
• Empiema kandung kemih • Gejala pulmonal timbul minimal disbanding gejala septikemi
• Batuk nonproduktif dan nyeri pleuritis sama seperti yang terjadi pada emboli paru
.(Somantri,irman, 2009 ; 67).
1.5 PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya. Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
1.6 MANIFESTASI KLINIK
• Secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat (39,5ºCsampai 40,5 ºC).
• Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
• Takipnea (25 – 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan mendengur, pernafasan cuping,hidung,
• Nadi cepat dan bersambung
• Bibir dan kuku sianosis
• Sesak nafas
Pada pasien muda atau tua dan pneumonia atipikal (misalnya Mycoplasma), gambaran nonrespirasi ( misalnya konfusi, ruam,diare) dapat menonjol. (Jeremy, 2007)
Tanda dan gejala lainnya, antara lain :
1. Batuk Nonproduktif
2.Ingus (nasal discarge)
3. Suara napas Lemah
4.Retraksi intercosta
5. Penggunaan otot bantu napas
6. Demam
7. Ronchii
8. Cyanosis
9. Reukositosis
10. Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar
11. Sakit kepala
12.Sesak Napas
13. Menggigil
14. Berkeringat
15. Lelah
Gajala lainnya yang mungkin ditemukan :
1. Kulit yang lembab
2. Mual dan Muntah
Tanda Pneumonia
Berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.
Tanda efusi pleura atau empiema
Berupa gerak ekskursi yang tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat diatas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurangbila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningitis
1.7 KOMPLIKASI
• Efusi pleura
• Hipoksemia
• Pneumonia kronik
• Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps).
• Komplikasi sistemik (meningitis)
• Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan masuk dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik kedalam dan timbul efusi.
• Emfisema
• Meningitis
• Abses Otak
• Endokarditis
1.8 PEMERIKSAANPENUNJANG
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses)
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
1. Oksigen
2. Cairan,Kalori dan elektrolit glukosa 10% : NaCl 0,9% = 3 : 1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500ml cairan infuse.
Obat-obatan:
1.Antibiotika berdasarkan etiologi
2.Kostokostiroid bila banyak lender.
1.9 PENATALAKSANAAN
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
• Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
• Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
• Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.
• Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda
• Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
• Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
Penatalaksanaan
a. Terapi antibiotika awal: menggambarkan tebakan terbaik berdasarkan pada
klasifikasi pneumonia dan kemungkinan organisme, karena hasil mikrobiologis
tidak tersedia selama 12-72 jam. Tetapi disesuaikan bila ada hasil dan
sensitivitas antibiotika (Jeremy, 2007).
b. Tindakan suportif: meliputi oksigen untuk mempertahankan PaO2 > 8 kPa
(SaO2
2.2 Antibiotika
< 90%) dan resusitasi cairan intravena untuk memastikan stabilitas
hemodinamik. Bantuan ventilasi: ventilasi non invasif (misalnya tekanan jalan
napas positif kontinu (continous positive airway pressure), atau ventilasi
mekanis mungkin diperlukan pada gagal napas. Fisioterapi dan bronkoskopi
membantu bersihan sputum (Jeremy, 2007).
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Dengan Klien Gangguan Sistem Pernafasan (PNEUMONIA)
I. PENGKAJIAN
1. Biodata
A. Identitas Klien, meliputi :
i. Nama/Nama panggilan
ii. Tempat tgl lahir/usia
iii. Jenis kelamin
iv. A g a m a
v. Pendidikan
vi. Alamat
vii. Tgl/jam masuk
viii. Tgl pengkajian
ix. Diagnosa medic
x. Rencana terapi
Identitas Orang tua
A. Ayah
B. Ibu
Keluhan utama
• sesak napas
Riwayat kesehatan
A. Riwayat Penyakit sekarang, tanyakan :
• Apakah masih ada batuk, berapa lama
• Apakah masih ada panas badan
• Apakah nyeri dada kalau batuk
• Apakah ada riak kalau batuk
Riwayat kesehatan yang lalu, tanyakan :
• Frekuensi ISPA
• Riwauat Alergi
• Kebiasaan merokok
• Pengguaan obat-obatan
• Imunisasi
Riwayat penyakit keturunan
Riwayat Keluarga, tannyakan:
• Apakah ada keluarga yang menderita batuk
• Apakah ada keluarga yang menderita alergi
• Apakah ada keluarga yang menderita TBC, Cancer paru
Riwayat Lingkungan
• Apakah rumah dekat dengan pabrik
• Apakah banyak asap atau debu
• Apakah ada keluarga yang merokok
Riwayat pekerjaan, tanyakan :
• Apakah bekerja pada tempat yang banyak debu,asap
• Apakah bekerja di pabrik
• Apakah saat bekerja menggunakan alat pelindung.
Pengkajian Fisik
A. Ispeksi:
• Amati bentuk thorax
• Amati Frekuensi napas, irama, kedalamannya
• Amati tipe pernapasan : Pursed lip breathing, pernapasan diapragma, penggunaan otot Bantu pernapasan
• Tanda tanda reteraksi intercostalis , retraksi suprastenal
• Gerakan dada
• Adakan tarikan didinding dada , cuping hidung, tachipnea
• Apakah daa tanda tanda kesadaran meenurun
B. Palpasi
• Gerakan pernapasan
• Raba apakah dinding dada panas
• Kaji vocal premitus
• Penurunan ekspansi dada
C. Auskultasi
• Adakah terdenganr stridor
• Adakah terdengar wheezing
• Evaluasi bunyi napas, prekuensi,kualitas, tipe dan suara tambahan
D. Perkusi
• Suara Sonor/Resonans merupakan karakteristik jaringan paru normal
• Hipersonor , adanya tahanan udara
• Pekak/flatness, adanya cairan dalan rongga pleura
• Redup/Dullnes, adanya jaringan padat
• Tympani, terisi udara.
1. Faktor Psikososial/Perkembangan
A. Usia, tingkat perkembangan.
B. Toleransi/kemampuan memahami tindakan.
C. Koping
D. Pengalaman berpisah dengan keluarga/orang tua.
E. Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya
1. Pengetahuan Keluarga, Psikososial
A. Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit bronchopneumonia.
B. Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit saluran pernafasan.
C. Kesiapan/kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya.
D. Koping keluarga
E. Tingkat kecemasan
Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi)
d. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgi
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)
e. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : sputum: merah muda, berkarat
perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Bunyi nafas menurun : Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen darah.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
5. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
6. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
7. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan, penurunan masukan oral.
III. INTERVENSI
A. Dx 1 : Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, peningkatan produksi sputum, ditandai dengan:
• Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.
• Bunyi nafas tak normal.
• Dispnea, sianosis
• Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.
Tujuan : Jalan nafas efektif
Kriteria hasil :
• Batuk teratasi
• Nafas normal
• Bunyi nafas bersih
• Tidak terjadi Sianosis
Intervensi:
• Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan.
• Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas.
Rasional: Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
• Ajarkan teknik batuk efektif
Rasional : Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan jalan nafas paten.
• Penghisapan sesuai indikasi.
Rasional: Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor yang tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
• Berikan cairan sesuai kebetuhan.
Rasional: Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret
• Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik.
Rasional: Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan
.
B. Dx 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen, ditandai dengan:
• Dispnea, sianosis
• Takikardia
• Gelisah/perubahan mental
• Hipoksia
Tujuan : gangguan gas teratasi
Kriteria hasil :
• Tidak nampak sianosis
• Nafas normal
• Tidak terjadi sesak
• Tidak terjadi hipoksia
• Klien tampak tenang
Intervensi
• Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas
Rasional: Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
• Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral.
Rasional: sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.
• Kaji status mental.
Rasional: gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan hipoksia atau penurunan oksigen serebral.
• Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.
Rasional: tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran secret untuk memperbaiki ventilasi tak efektif.
• Kolaborasi
Berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.
Rasional: mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pernapasan.
C. Dx 3 : Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.
Tujuan: Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
• Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat
• Penularan penyakit ke orang lain tidak ada
Intervensi:
• Pantau tanda vital dengan ketat khususnya selama awal terapi
Rasional: selama awal periode ini, potensial untuk fatal dapat terjadi.
• Tunjukkan teknik mencuci tangan yang baik
Rasional: efektif berarti menurun penyebaran/perubahan infeksi.
• Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan penularan terhadap patogen infeksi lain
• Potong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan masukan nutrisi adekuat.
Rasional: memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tekanan alamiah
• Kolaborasi untuk pemberian antibiotic.
Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum/darah misal penicillin, eritromisin, tetrasiklin, amikalin, sepalosporin, amantadin.
Rasional: Obat digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pulmonia.
D. Dx 4 :Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan:
• Dispnea
• Takikardia
• Sianosis
Tujuan : Intoleransi aktivitas teratasi
Kriteria hasil :
• Nafas normal
• Sianosis tidak terjadi
• Irama jantung normal
Intervensi
• Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
Rasional: merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan interan.
• Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
• Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.
• Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
E. Dx 5 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap ditandai dengan:
• Nyeri dada
• Sakit kepala
• Gelisah
Tujuan : Nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil :
1) Nyeri dada teratasi
2) Sakit kepala terkontrol
3) Tampak tenang
Intervensi:
• Tentukan karakteristik nyeri, misal kejan, konstan ditusuk.
Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia, juga dapat timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
• Pantau tanda vital
Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus bila alas an lain tanda perubahan tanda vital telah terlihat.
• Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang/berbincangan.
Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik.
• Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat keefektifan upaya batuk.
• Kolaborasi : Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi
Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau menurunkan mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat umum.
1. F. Dx 6 : Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses inflamasi
Tujuan: Nutrisi tubuh dapat teratasi
Kriteria hasil :
• Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
• Pasien mempertahankan meningkat BB
Intervensi :
• Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.
Rasional: pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
• Jadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
Rasional: menurun efek manual yang berhubungan dengan penyakit ini
• Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang)
makanan yang menarik oleh pasien.
Rasional: tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.
• Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional: adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap terapi.
Dx 7 : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas mulut, penurunan masukan oral.
Tujuan : Kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil :
Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.
Intervensi :
• Kaji perubahan tanda vital contoh peningkatan suhu demam memanjang, takikardia.
Rasional: peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkat laju metabolik dan kehilangan cairan untuk evaporasi.
• Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah)
Rasional: indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut mungkin kering karena nafas mulut dan O2 tambahan.
• Catat laporan mual/muntah
Rasional: adanya gejala ini menurunkan masukan oral
• Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan. Ukur berat badan sesuai indikasi.
Rasional: memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan keseluruhan penggantian.
Tekankan cairan sedikit 2400 mL/hari atau sesuai kondisi individual
Rasional: pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi.
• Kolaborasi : Beri obat indikasi misalnya antipiretik, antimitik.
Rasional: berguna menurunkan kehilangan cairan
• Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
Rasional: pada adanya penurunan masukan banyak kehilangan
penggunaan dapat memperbaiki/mencegah kekurangan
D. EVALUASI
1. Bersihan jalan nafas efektif ditandai dengan :
A. Batuk teratasi
B. Nafas normal
C. Bunyi nafas bersih
D. Tidak terjadi sianosis
E. Tidak terjadi gangguan pertukaran gas ditandai dengan :
i. Tidak nampak sianosis
ii. Nafas normal
iii. Tidak terjadi sesak
iv. Tidak terjadi hipoksia
v. Klien tampak tenang
vi. Tidak ada resiko terhadap infeksi ditandai dengan :
a. Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat
b. Penularan penyakit ke orang lain tidak ada
vii. Toleran terhadap aktivitas sehari-hari ditandai dengan :
a. Nafas normal
b. Sianosis tidak terjadi
c. Irama jantung normal
viii. Nyeri (akut) teratasi ditandai dengan :
a. Nyeri dada teratasi
b. Sakit kepala terkontrol
c. Tampak tenang
ix. Nutrisi adekuat ditandai dengan :
a. Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan.
b. Pasien mempertahankan meningkat BB.
Bab III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut pembahasan dari kelompok kami, penyakit ini termasuk penyakit yang sangat mematikan karna dampaknya sangat berpengaruh kepada semua kalangan manusia mulai dari bayi, balita,anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia(lanjut usia).
B. Daftar pustaka
1. Amin, Hardi ,(2013).Asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis dan Nanda Nic Noc. Yogyakarta: Media Action Publishing.
2. PNEUMONIA_R-Wildan-Prasetya.htm
3. Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000. EGC, Jakarta.
Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
4. .Syilfia A. Price , Lorrane M wilson . Patofisiologi konsep klinis proses – proses penyakit, Edisi 6, Vol2, 2005, EGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar